Sudah banyak sekali pembahasan mengenai ini, semoga tulisan saya yang sedikit ini bisa memberikan manfaat dan maslahat. Mengenai menitipkan anak baik itu pada orangtua atau khusus tempat penitipan anak harus dipikirkan secara bijak bersama pasangan. Karena akan sangat berpengaruh besar bagi tumbuh kembangnya. Al-Qur'an secara syahdu menyampaikan bahwa anak adalah amanah dari Allah Swt yang harus dijaga dan dididik dengan sepenuh cinta, hadirnya anak bisa menjadi ujian bagi orangtua dan membawa kebaikan. Jika dididik dengan baik maka akan mendatangkan pahala yang besar, sebaliknya jika tidak menunaikan hak nya anak seperti pendidikan tauhid, keteladanan maka akan mendatangkan kesia-siaan.
Sebagai orangtua yang baik tentu kita sudah tahu bahwa anak bukanlah barang atau benda yang bisa dititipkan. Anak adalah anugerah terbaik dari Allah, diisi jiwa dan hatinya bahkan kebaikan yang melekat pada anak tergantung pada siapa yang mendidik dan merawatnya. Berbeda dengan barang yang dititipkan, saat kita butuh baru diambil barang tersebut. Barang yang dititipkan dia akan kosong dan tidak ada nilai yang bermakna didalamnya.Â
Pertanyaannya apakah kita mau menyamakan anak dengan barang?
Meletakkan anak pada orangtua atau saudara bukan tidak boleh, tetapi akan membawa dampak besar bagi perkembangan psikologis anak. Orangtua tidak didesain tubuhnya untuk mengurus cucu, waktu terbaik dimasa tuanya adalah untuk beribadah dan menikmati masa tuanya dengan orang-orang tercinta. Orangtua tidak akan menolak untuk mengurus cucunya, bahkan ia akan senang menjalaninya dengan suka hati. Namun dibalik itu semua kita sudah mengambil waktunya untuk beristirahat atau melakukan amal kebaikan lainnya. Oranngtua yang seharusnya kita cintai sepenuh hati karena sudah merawat kita sejak kecil apakah akan kita tambah bebannya lagi dengan mengurus anak kita?
Orangtua atau saudara cenderung akan memberikan yang disukai oleh anak, seperti memasangkan bajunya, memandikan, memberikan makanan atau camilan, sedikit sekali pendidikan yang ditanamkan bahkan diajarkan, seperti belajar berdoa, makan tanpa disuapkan dan lainnya, yang justru itu akan membawa kebaikan pada anak jika diajarkan sejak dini, sehingga anak tidak menjadi manja. Nah itu tugas siapa seharusnya? Kitalah sebagai orangtua yang mengajarkannya. Maka wajarlah bahwa kalimat Ibu adalah madrasah/sekolah utama bagi anak, dan ayah adalah kepala sekolahnya.
Lantas bagaimana dengan penitipan anak? Anak yang dititipkan akan sama pola dan asuhnya, anak-anak cenderung pasif karena akan dibekali semua oleh pengasuhnya, seperti mengganti pakaian, menyuapkan makanan dengan kejar tayang, dan menidurkannya. Efeknya anak cenderung nyaman dengan dirinya sendiri karena diperlakukan istimewa. Penitipan cenderung ramai anak-anak yang akan diasuh, sehingga fokus kepada anak-anak tidak sama, berbeda jika orangtua sendiri yang mengasuhnya maka ada selipan pendidikan ringan yang diberikan, seperti ketika mau makan orangtua akan mengajarkan "yok makan dengan tangan kanan dan baca doa terlebih dahulu ya", hal-hal kecil seperti itu akan melekat pada memori anak. Jadi apakah salah menitipkan anak?
Semuanya itu kembali kepada kita sebagai orangtua, mau mengambil kesempatan untuk mendidik dan mengasuh anak sendiri atau malah mempersilahkan oranglain untuk mengambil kesempatan itu. Jika orangtua bekerja keduanya ayah dan ibu maka pilihlah tempat pendidikan anak yang melatih tumbuh kembangnya, mengajarkan kemandirian dan memberikan keteladanan sejak dini. Orangtua bisa berkomunikasi dengan baik bersama gurunya untuk saling berkolaborasi bukan untuk menyerahkan sepenuhnya pengasuhan. Semoga kita bisa menjadi orangtua yang bijak dalam membersamai tumbuh kembang anak-anak kita. Allah ridhoi setiap langkah kita, memilih jalan untuk mengurus dan merawat anak sendiri adalah sebuah kewajiban untuk kita yang sudah tersematkan gelar sebagai orangtua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI