Mohon tunggu...
Yoanda Suastanti
Yoanda Suastanti Mohon Tunggu... Buruh - saya

selalu ada jalan untuk orang-orang yang masih menggenggam harapan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Virus

13 Juli 2020   01:31 Diperbarui: 13 Juli 2020   01:23 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

'' Virus... virus... semua orang akan mati jika membuka matanya'' Teriak orang di mana-mana . wabah yang terjadi tahun ini sangat mengerikan. Entah virus apa yang kini tengah membuat seperempat warga bumi mati dengan mata membusuk. Tak ada yang tau pasti apa jenis virus ini. Semua ilmuwan dan dokter menyerah. Penjarahan di mana-mana, kacamata khusus dibuat terbatas, hanya untuk pejabat dan koleganya saja, uang tak berarti tanpa relasi. Kini buruh pabrik pembuat kacamata anti virus mulai mati sia-sia. Kacamata pun semakin langka, jika pun ada, harganya melampawi harga sebuah sepeda motor keluaran terbaru.

Virus ini melayang sesuka hati di udara, namun ia tak bertahan lama jika menempel di hidung, paling hanya akan menyebabkan flu ringan. Tetapi virus ini berbahaya untuk mata, keparahannya pun berbagam, jika seseorang tidak memiliki anti bodi yang cukup baik dan mata yang minus atau plus, ia akan lebih mudah membuat busuk mata. Namun jika seseorang sembuh dari virus ini, matanya berubah menjadi hijau, dan akan menjadi buta warna.  Ia tak mampu lagi mengidentifikaskan warna.

Orang-orang mulai tidak percaya tuhan yang mereka yakini dulu dengan alasan tak dapat lagi melihat dengan jelas keindahan tuhan yang dahulu, kini mereka menyembah pada bau-bauan, semakin harum  semakin banyak pengikutinya.  Sekelompok orang yang hidup mewah, akan menyembah jenis parfum yang sama,  sekelompok pedagang mulai menyembah kol, tomat dan wortel busuk, sekelompok orang yang terbiasa tidur dipinggir jalan mulai berkumpul membuat sekte penyembah got. Mereka saling bertengkar perihal bau yang mana yg pantas dijadikan tuhan.

'' Bau bangkai, yang harus jadi Tuhan. Ia paling awet dan paling menyengat'' Teriak tukang daging, lalu orang-orang mulai percaya bahwa bangkai lah yang pantas jadi Tuhan baru, para pejabat menyengkal keras, dan mengeluarkan pernyataan dalam siaran berita langsung.

'' Kami, pejabat negeri ini menyatakan bahwa sekte penyembah bau bangkai adalah sesat! Tuhan resmi negara ini adalah bau UANG. Apabila ada yang melanggar akan dikenakan hukum potong hidung''

Suasana menjadi kacau setelah pejabat negara membuat pernyataan resmi, orang-orang yang tidak ingin dipotong hidungnya menyembah bau uang, memajang uang di setiap sudut rumahnya, bahkan ditemple di tempok depan rumahnya, sebagai tanda ia pengikut ajaran resmi.

'' Tuhan Uang... Uang.... Uang... hilangkan virus keparat ini, dunia buram tuhan. Tolong hilangkan...'' doa-doa itu terdengar di penjuru kota, bahkan setiap jam menggunakan pengeras suara dan mobil-mobil dengan spiker besar mengelilingi kota memanjatkan doa yang sama,, Tuhan uang... Tuhan uang...

'' Maka pencipta dunia yang indah adalah Tuhan uang, semakin banyak kau punya di kantongmu, semakin indah duniamu, maka banyak-banyak memuja uang agar ia senang hati datang mengetuk rumahmu.''

Pak RT yang dulu menjadi salah satu pemimpin sekte bau bangaki yang telah bertobat dan katanya kembali ke jalan yang benar berkhotbah ketika membagikan segelas beras, sebutir telur dan sesendok garam pada warga-warganya. Pemerintah pusat memang membagikan sembako gratis pada 347 kelurahan di ibu kota, karena menjadi wilayah terparah yang terkena wabah virus, dan merupakan penyembah terbanyak sekte Tuhan uang.

'' Ku bagikan sembako ini dengan sepenuh hati, ku tambahkan sedikit garam, agar kalian tidak bermusuhan dengan  rasa, jadi kalian masih mengenal rasa sedikit asin. Aku begitu pemurah, karena Tuhan uang datang padaku tiap aku memberi sembako pada kalian''

Teriak pak RT yang matanya sudah berwarna hijau, ia menggunakan kaca mata berwarna hitam, sehingga ketika ia berjalan selalu menabrak tembok, atau apapun yang menghalangi jalannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun