Mohon tunggu...
Wadi Suaedi
Wadi Suaedi Mohon Tunggu... profesional -

Menulis untuk belahan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hari ibu bagi bapak tunggal

24 Desember 2014   22:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Ibu. 22 Desember. Tapi bagiku ini hari Senin. Seperti biasa, dijalani dengan rutinitas hari kerja. Bedanya cuma mata dan telinga lebih intens membicarakan IBU. Semua kalangan membicarakan, ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak.

Umumnya yang dibicarakan adalah peran ibu melahirkan dan membesarkan anak, mendidik anak. Terharu, bangga, dan salut. Hampir semua peran untuk kebaikan anak itu ada pada ibu. Ibulah yang membesarkan, ibulah yang mendidik, ibulah menyayangi, ibulah tempat mengadukan masalah anak, ibulah…ibulah…

Saya juga memiliki ibu yang hebat. Tidak ada yang mengalahkannya dalam membimbing saya hingga seperti sekarang. Saya sangat bangga memiliki sosok ibu seperti ibunda saya (almarhum). Semoga amal ibadahnya diterima Allah, diberi tempat terbaik disisiNYA, dan diampuni dosanya. Amin.

Saya salah satu orang tua tunggal. Merawat dan membesarkan anak sejak usia 2,5 thn hingga usia 16 tahun sekarang ini. Sebagai bapak saya harus bisa menjadi panutan dalam mendisiplinkan anak. Pada saat yang sama harus bisa berperan sebagai ‘ibu’ yang penuh kasih dan sayang kepada anak. Menjalankan peran ‘ganda’ seperti ini sangatlah berat. Tapi harus dijalani. Semangat menjalani ini menjadi tanggung jawab sebagai orang tua tunggal.

Seberat apapun yang dirasakan saya, tentu saja yang paling berat adalah perasaan anak saya. Dia bingung, anak lain bisa bermanja dengan ibunya, tapi dia tidak. Anak lain dibelikan pakaian oleh ibunya, tapi dia oleh bapaknya. Anak lain dijemput di sekolah (TK) oleh ibunya, tapi dia dijemput oleh bapaknya. Perasaan anak ini yang harus dikelola agar menjadi positif. Peran saya harus bisa menjelaskan dengan hati dan kasih (bukan dengan kata-kata) mengapa dia mengalami hal ini.

Jika Ibu sangat hebat hingga diberi hari khusus, hari ibu, tentu saja bapak tidak perlu protes. Jika ada yang ingin memberi penghargaan lebih dari ibu, maka berilah pada orang tua tunggal (ibu). Tapi jika ingin memberi penghargaan kepada yang punya tugas lebih berat dari ibu dan ibu (orangtua tunggal), maka berilah kepada orang tua tunggal (bapak). Bukan karena beban kerjanya, tapi karena kemampuannya dalam berperan ganda menjadi bapak sekaligus ibu.

Selamat hari IBU. Karenamu aku bisa didunia ini. Semangat ibulah yang membuat kami (bapak) rela berperan ganda. Semoga ibu diberi tempat terbaik di sisi Tuhan, Amin. Doakan pula kami orang tua tunggal (bapak).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun