Mohon tunggu...
Hsu
Hsu Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang manusia biasa

Somewhere Only We Know

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Modus Ranmor Terbaru yang Tak Terduga

3 Juli 2016   17:13 Diperbarui: 3 Juli 2016   17:24 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang tadi kebetulan ada waktu untuk berkunjung ke rumah seorang sahabat yang lama tak bertemu. Selepas berbasa-basi, akhirnya ia bercerita tentang apa yang baru saja dialaminya beberapa hari yang lalu. Menyimak seksama apa yang diceritakannya, dan berkesimpulan bahwa siapapun yang mengalaminya pasti tak akan pernah menduga bahwa yang terjadi padanya adalah sebuah pencurian motor.

Sahabat saya ini sejak masih lajang memang sudah sangat senang memelihara dan mengoleksi burung berkicau yang harganya cukup tinggi. Beberapa hari yang lalu, ia kedatangan dua orang temannya yang ia kenal baik dan memiliki usaha jual-beli Burung berkicau yang harganya tak terlalu tinggi berikut pakannya. Pada kesempatan itu, ke-dua orang teman itu membawa seseorang yang menurut informasi mereka sedang mencari aneka Burung Berkicau yang berkualitas dan harganya tinggi. Maka oleh mereka berdua, calon pembeli itu pun dibawa ke rumah sahabat saya. Mereka datang ber-tiga dan membawa 2 buah motor.

Setelah berbincang dan memilih-milih Burung, calon pembeli itu dan sahabat saya pun sudah sepakat bahwa total nilai pembelian beberapa burung itu mencapai angka 37 juta Rupiah, serta komisi untuk dua orang yang mengantar sebesar 2 Juta Rupiah. Kemudian calon pembeli ini pun membuka tas ransel yang di bawanya dan mengeluarkan 2 ikat uang pecahan 100 ribuan dan menghitung jumlahnya adalah 20 juta Rupiah, dan itu berarti si calon pembeli masih kurang uang sebesar 17 juta untuk pembelian burung dan 2 juta untuk pembayaran komisi.

Si calon pembeli kemudian mengeluarkan dompetnya juga dan memeriksa kartu ATM miliknya. Kemudian ia berkata, sepertinya ia butuh motor untuk pergi ke ATM sebentar untuk mengambil uang sisanya. Mendengar hal itu, 2 orang teman sahabat saya berikut juga sahabat saya secara spontan menawarkan motornya masing-masing untuk dipakai pergi ke ATM. Dan si calon pembeli akhirnya memilih motor sahabat saya untuk ia pakai pergi ke ATM. Sahabat saya kemudian beranjak untuk mengambil kunci motor ke ruang tengah rumah. 2 orang sibuk ngobrol di teras rumah, sementara si calon pembeli menunggu di ruang tamu.

Setelah menerima kunci motor, si calon pembeli berkata kepada sahabat saya bahwa ia menitip tas ranselnya di ruang tamu selama ia pergi ke ATM.

Maka melajulah si calon pembeli dengan menggunakan motor sahabat saya menuju ATM di sekitar komplek perumahan itu. Sementara sahabat saya bersama 2 orang temannya melanjutkan obrolan dengan muka berseri-seri. Berseri-seri karena sudah membayangkan rejeki besar di depan mata.

Waktu berlalu setengah jam, kemudian 1 jam. Barulah mereka bertiga mulai resah, namun masih berpikiran positif, hingga kemudian setelah menunggu 3 jam dan si calon pembeli yang sudah membawa motor sahabat saya tak kunjung kembali. Mereka bertiga teringat dengan tas ransel di mana tadi si calon pembeli sempat mengeluarkan uang senilai 20 juta Rupiah dalam bentuk pecahan 100 ribuan. Mereka pun membuka tas ransel yang dititipkan itu, dan ternyata...

Mereka bertiga saling pandang dan tak lagi berbicara manakala mendapatkan isi dalam tas ransel hanyalah 2 buah batu bata merah.

Setelah menyadari, rupanya selama selang waktu beberapa menit ketika sahabat saya mengambil kunci motor ke ruang tengah itulah, si calon pembeli pun memanfaatkan waktu untuk mengeluarkan 2 ikat uang yang ditunjukkannya.

Membawa uang yang memang dibawanya, kunci motor dan juga motornya dengan alasan mengambil sisa kurang bayar. Dan ternyata calon pembeli itu adalah seorang pencuri motor. 

2 ikat uang senilai 20 juta itu rupanya digunakan untuk membangun kepercayaan. Dengan kata lain mempengaruhi psikologis calon korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun