Pagi ini saya dikagetkan dengan berita di Kompas.com tentang fenomena "Menculik Miyabi". Kaget dengan berita yang "wah", yang ternyata film ini dinanti-nanti oleh remaja di kota Semarang.
Meski dari penjelasan PH Maxima Pictures tersebut menyatakan bahwa film ini jauh dari kesan porno, tetap saja saya menganggap hal ini adalah sebuah kemunduran bagi tontonan yang "sehat". Meski digambarkan Miyabi berbaju dengan sopan, tetap saja saya menganggap bahwa ini adalah sebuah pencucian otak bagi remaja untuk menganggap sebuah hal yang porno adalah sebuah hal yang lazim.
Saya lebih melihat efek ke belakangnya dengan adanya film ini. Bukan efek sekarang yang menonjolkan "kesopanan" Miyabi. Yang ga ada adegan esek-eseknya, yang memperlihatkan sisi lain Miyabi.
Misalnya dengan pencarian Google yang saya lakukan dengan keyword "Miyabi":
Kemudian dengan keyword "Maria Ozawa":
Ho.. Ho.. Ho... Itu pencarian sebatas "web", yang gambar tidak bisa saya tampilkan. Menggoda iman dan imin bagi saya yang bujangan ini.
Okey, saya nggak akam mengomentari filmya. Ga objektif kalau saya memberikan komentar tentang film ini. Saya belum nonton dan ga mau nonton film ini soalnya. Jadi, saya takut komentar saya nggak bisa dipertanggung jawabkan. Tulisan ini pun juga mungkin ga bisa dipertanggung jawabkan soalnya.
Saya hanya ingin memberikan gambaran tentang "Visi". Sebuah pandangan jauh ke depan. Disangkut pautkan dengan adanya film ini. Tentang visi yang pendek, sependek sumbu mercon.
Apakah para pembuat film tersebut tidak menyadari apa efek ke depannya dari film ini? Setelah saya melakukan goggling di internet di dapatkan link yang menjurus ke masalah pornografi. Download ini dan download itu. Gampang segampang akses menggunakan internet yang sekarang sangat mudah dilakukan dengan berbagai perkakas apapun.
Dalam berita tersebut menyatakan bahwa "penikmat" film ini adalah kebanyakan remaja. Sebuah generasi muda dari Bangsa Indonesia.