Mohon tunggu...
StratX KG Media
StratX KG Media Mohon Tunggu... Konsultan - stratx.id

Perusahaan riset dan konsultansi marketing. Berbagi konten mengenai data, temuan, dan riset untuk kembangkan brand dari perspektif manusia dan kultur Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Siap Berinvestasi Tapi Darurat Literasi!

1 Desember 2022   10:58 Diperbarui: 1 Desember 2022   11:00 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Investasi adalah hal penting yang perlu diajarkan dan dilakukan sejak kecil. Hasil investasi bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti tabungan atau dana darurat yang bisa dimanfaatkan di masa depan nantinya.

JakPat (Jajak Pendapat) belum lama ini menyelenggarakan survei tentang investasi. Survei ini dilakukan secara daring melalui aplikasi JakPat pada 4-6 Juli 2022 dan mendapatkan 2.411 responden yang tersebar di seluruh Indonesia.

Hasilnya, mayoritas masyarakat Indonesia telah berinvestasi sejak berusia muda. Ada 85% responden yang menilai bahwa investasi adalah hal yang penting. Sedangkan, 15% responden lainnya menganggap investasi adalah hal yang kurang penting.

Dari responden yang menganggap investasi adalah fundamental, sebanyak 73% responden mengatakan telah berinvestasi sejak usia di bawah 30 tahun.

screen-shot-2022-12-01-at-10-50-21-638824afe3713271047d5f02.png
screen-shot-2022-12-01-at-10-50-21-638824afe3713271047d5f02.png
Sebanyak 20% responden mengatakan sudah mulai berinvestasi dari usia di bawah 20 tahun. Lalu, ada 30% responden berinvestasi sejak usia 20-24 tahun dan 23% responden menyatakan sudah berinvestasi sejak usia 25-29 tahun.

Jika dibandingkan dengan kelompok usia 30 tahun ke atas, maka terlihat anak muda Indonesia begitu antusias untuk berinvestasi. Tentu, ada sesuatu hal yang membuat khususnya para remaja dan umumnya masyarakat Indonesia luas yakin memutuskan berinvestasi.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh CELIOS (Center of Economics and Law Studies) dan Pluang pada tahun ini, mayoritas responden percaya dengan influencer di media sosial sebelum berinvestasi.

Survei ini dilakukan terhadap 3.530 responden yang dipilih secara acak pada bulan Juni 2022. Mayoritas responden berasal dari Jawa dan Bali serta kelompok umur 24-35 tahun dengan mayoritas pekerjaan utama adalah karyawan swasta.

Influencer keuangan di media sosial menjadi sosok yang paling dipercaya saat membuat pertimbangan investasi. Kepercayaan ini ditunjukan dengan skor 7,07 poin dari 10 poin.

screen-shot-2022-12-01-at-10-51-25-638824ef4addee6c0c203822.png
screen-shot-2022-12-01-at-10-51-25-638824ef4addee6c0c203822.png
Selanjutnya konsultan keuangan dan kolega menempati posisi ke 2 dan 3 sebagai sosok yang bisa dipercaya untuk memberikan rekomendasi pertimbangan investasi.

Temuan lainnya yang tidak kalah menarik dari survei ini adalah berapa nilai uang yang dikeluarkan oleh warga Indonesia untuk berinvestasi.

Sebanyak 61% responden hanya mengeluarkan uang kurang dari Rp1 juta untuk berinvestasi dari penghasilan bulanan mereka. Lalu, sebanyak 31% responden yang mengeluarkan uang sekitar Rp1 juta sampai Rp5 juta untuk berinvestasi. Ada pula sebanyak 5% responden yang bisa mengeluarkan Rp5 juta sampai Rp10 juta untuk berinvestasi.

Keberagaman jumlah uang yang dikeluarkan untuk berinvestasi menunjukan juga beragamnya alasan masyarakat rela mengeluarkan sejumlah uang tersebut.

Survei ini juga menemukan beberapa tujuan responden melakukan investasi. Mayoritas dari responden sebanyak 36% ingin meningkatkan pendapatan pasif. Lalu, diikuti dengan alasan lainnya seperti persiapan dana darurat, persiapan pensiun, pendidikan anak, dan lainnya.

Jadi, Apa yang Bisa Kita Ketahui Bersama?

Key Takeaway 1

 

Keputusan untuk berinvestasi sebagian besar masyarakat Indonesia

karena influencer keuangan di media sosial

Kemajuan teknologi sekarang ini membuat masyarakat Indonesia bisa belajar apapun dan di manapun. Seperti belajar tentang investasi, alih-alih membaca buku literasi yang tebal, mendatangi seminar-seminar, kebanyakan dari mereka cukup membuka sosial media dan belajar dari sana.

Hal ini menunjukan kecenderungan masyarakat Indonesia membutuhkan informasi yang singkat, padat, dan jelas. Lalu, masyarakat Indonesia juga cenderung akan lebih engage jika ada 'role model' yang relevan dengan mereka. Hal ini mungkin disebabkan oleh attitude dari role model tersebut yang tidak terkesan menggurui, tetapi tetap menyampaikan informasi yang masyarakat Indonesia butuhkan tentang investasi.

Temuan ini perlu digarisbawahi oleh brand atau para penyedia jasa investasi untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat Indonesia agar bisa menggunakan produk atau jasanya. Tidak lagi perlu hard selling -- tetapi temukan sosok yang relevan dengan target audience-nya.

Dengan menemukan sosok yang relevan, konsumen akan menganggap ada 'teman' yang siap membantu untuk memutuskan perihal investasi. Sebagai catatan tambahan, komunikasi yang perlu dikeluarkan dari sosok ini adalah komunikasi yang straight forward tapi tidak terkesan mendikte.

Key Takeaway 2

 

Mayoritas masyarakat Indonesia menghindari risiko saat berinvestasi

Cukup membuat heran jika mayoritas masyarakat Indonesia sudah berinvestasi sejak usia muda, tetapi sebagian besar dari mereka hanya mengeluarkan uang kurang dari Rp1 juta untuk investasi.

Hal ini merujuk ke beberapa kecenderungan.

Kecenderungan pertama adalah mayoritas masyarakat Indonesia memang menghindari risiko dalam berinvestasi.

Lalu, kecenderungan kedua adalah mereka yang berinvestasi di usia muda memang belum berpenghasilan besar untuk mencukupi segala kebutuhannya, tetapi sudah ada keinginan besar untuk berinvestasi.

Kecenderungan selanjutnya, berkaitan dengan alasan utama dalam berinvestasi yaitu untuk mendapatkan penghasilan tambahan atau passive income -- mayoritas masyarakat Indonesia FOMO dan menaruh uang mereka di instrumen investasi yang mempunyai risiko tinggi seperti kripto dan saham.

Memang, tidak ada salahnya berinvestasi dengan tujuan mendapatkan passive income. Tetapi, hal ini menunjukan bahwa literasi keuangan mayoritas masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan. Alih-alih mengejar penghasilan tambahan, sebagian masyarakat Indonesia ini perlu memerhatikan manfaat lain dari investasi.

Seperti mempersiapkan diri dari isu resesi, tabungan pensiun, atau tabungan untuk anak, dan masih banyak manfaat lainnya.

Melihat kemungkinan ini, brand perlu memerhatikan lagi komunikasi yang sudah dibangun sebelumnya. Terlepas dari komunikasi dengan nada 'menguntungkan' -- brand bisa menyiapkan komunikasi dengan nada 'mengamankan'. Artinya, brand harus siap untuk menceritakan bagaimana manfaat investasi jangka panjang dengan instrumen yang sesuai.

Mempersiapkan komunikasi serta strategi yang tepat jadi langkah besar untuk brand lakukan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun