Mohon tunggu...
Bento
Bento Mohon Tunggu... Administrasi - cara cepat untuk bisa menulis ya menulis

penikmat bacaan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Peran Indonesia dalam Stabilitas Global: Seruan Untuk Bertindak!

18 Maret 2024   22:49 Diperbarui: 18 Maret 2024   22:49 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat ini kita diperhadapkan pada situasi global yang tidak menentu, ketegangan dan konflik politik dan ekonomi di berbagai kawasan meningkat seiring berjalannya waktu.

Di kawasan Eropa, terjadi ketegangan antara Rusia dan Organisasi Pakta Atlantik Utara (NATO). Puncaknya terjadi invasi Rusia ke Ukraina pada awal Januari 2022, yang belum berakhir hingga kini.

Masuknya Swedia sebagai anggota NATO ke-32 pada tanggal 7 Maret 2024 lalu, serta latihan militer NATO yang melibatkan persiapan 90 ribu tentara diperbatasan Rusia, membuat Presiden Rusia, Vladimir Putin, berencana untuk mengarahkan pukan militernya ke wilayah perbatasan yang berdekatan dengan Finlandia dan mengaktifkan sistem siaga militer.

Sedangkan di Kawasan Timur Tengah, tensi Israel dengan negara-negara Arab semakin memanas. Belum selesai perang Israel-Hamas, Israel bersiap menginvasi Suriah. dilansir AFP, Sabtu (16/3/2024) terjadi pertemuan Hamas dan Houthi yang dipelepori Iran, Bersiap menyatukan kekuatan menyerang Israel.

Pergerakan militer cina dikawasan Laut Cina Selatan membuat risau negara-negara Asia Tenggara. Filipina mencari sekutu dengan membuka Kawasan lautnya menjadi pangkalan militer Amerika Serikat di Kawasan Laut Cina Selatan.

Melihat kondisi global saat ini, saatnya Indonesia mengambil perang dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas global. Kebijakan luar negeri Indonesia yang dikenal sebagai "Bebas Aktif" menegaskan komitmen untuk terlibat secara aktif dalam urusan internasional tanpa terikat pada blok kekuatan tertentu.


Pada masa kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia sering disebut sebagai 'Macan Asia'.

Pada periode ini, kerajaan Sriwijaya dan Majapahit berhasil membangun kekuatan militer yang kuat dikawasan asia, sedangkan di masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Indonesia mampu memainkan peran yang konstruktif dalam menciptakan kedamaian dan stabilitas global telah diakui oleh dunia internasional pada masa-masa itu.

Ali Sastroamidjojo Perdana Menteri Indonesia saat itu, merupakan salah satu tokoh yang turut andil memprakarsai Konferensi Asia Afrika 18 hingga 24 April 1955 di Bandung. Konferensi ini menjadi forum untuk membahas dan mencari solusi bagi permasalahan regional dan internasional yang dihadapi oleh negara-negara Asia dan Afrika saat itu.

Selain itu, Indonesia juga telah aktif dalam menjaga stabilitas di kawasan Asia Tenggara melalui kerja sama regional. Pada tanggal 8 Agustus 1967 Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura membentuk Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Saatnya, Indonesia memainkan peran yang efektif dan konstruktif dalam menghadapi situasi global yang tidak stabil.

Sebagai Mediator 


Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menyuarakan perdamaian dan stabilitas global, khususnya dalam menangani konflik di Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel. Presiden Joko Widodo berperan aktif dengan melakukan pertemuan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo menegaskan kesiapan Indonesia untuk menjadi jembatan komunikasi antara kedua negara yang sedang berkonflik. Bahkan, Indonesia mengundang kedua negara tersebut untuk hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Tahun 2022 di Bali sebagai wujud nyata komitmen Indonesia dalam memfasilitasi dialog dan mencari solusi damai.

Selain itu, Menteri Luar Negeri Indonesia terus mengadvokasi kepentingan Indonesia terkait kemerdekaan dan penghentian tindakan kekerasan Israel terhadap warga sipil di Gaza, Palestina. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya terlibat secara langsung dalam mediasi konflik di tingkat tertinggi, tetapi juga dalam isu-isu kemanusiaan yang mendesak di dunia.

Meskipun demikian, upaya Indonesia sebagai mediator dan diplomasi di forum-forum internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) belum selalu berhasil mencapai hasil yang maksimal.

Hal ini menunjukkan kompleksitas dan tantangan dalam menghadapi konflik global yang kompleks dan beragam.

Meskipun demikian, upaya tersebut menegaskan komitmen Indonesia dalam menjaga perdamaian dan stabilitas global. Indonesia terus berusaha mencari solusi yang adil dan berkelanjutan bagi konflik-konflik di berbagai belahan dunia, serta terus memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan di panggung internasional.

Jika kita tidak memiliki sesuatu yang unggul dan bernilai, bagaimana mungkin kita dapat meminta penghargaan dan keterlibatan dari bangsa asing?

Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, Cina, dan negara adidaya lainnya mereka lah yang menentukan arah kebijakan global saat ini.

Tidak dapat dipungkiri, hal ini disebabkan mereka memiliki sumber daya militer, ekonomi, dan teknologi yang memadai,

Kehadiran negara-negara adidaya ini dalam setiap forum internasional dan organisasi global sangat penting karena mereka memiliki kapasitas untuk memengaruhi keputusan dan kebijakan yang diambil.

Terkadang, kita dengan cepat bersuara menentang produk-produk dari negara-negara tertentu seperti Yahudi, Cina, atau Amerika. Namun, keberanian kita dalam menentang itu tidak diimbangi dengan upaya konkret untuk mengembangkan inovasi teknologi yang mampu menggantikan produk-produk mereka, termasuk media sosial, Instagram, TikTok, Google, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, Rusia dan China telah menunjukkan keberanian dalam melawan atau memboikot produk-produk Amerika karena mereka telah memiliki infrastruktur yang memadai. Contohnya, Rusia memiliki "Yandex" sebagai alternatif untuk menggantikan Google atau Yahoo, sedangkan China memiliki "Baidu" sebagai mesin pencari yang dapat menggantikan Google. Selain itu, ada juga platform seperti Youku Tudou yang serupa dengan YouTube.

Semantar itu, Indonesia juga belum maksimal memanfaatkan posisi strategis yang terletak di persimpangan dua samudra dan dua benua, seharusnya memiliki potensi yang besar dalam memanfaatkan posisi tersebut untuk keuntungan ekonomi dan keamanan.

Namun, sering kali Indonesia dianggap kurang maksimal dalam memanfaatkan potensi tersebut, terutama jika dibandingkan dengan negara-negara sekitarnya seperti Singapura.

Salah satu contoh konkret adalah pemanfaatan lautan Indonesia yang lebih luas daripada Singapura. Meskipun memiliki luas lautan yang sangat besar, Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan potensi tersebut dengan optimal, terutama dalam mengembangkan jalur perdagangan di Selat Malaka. 

Sebaliknya, Singapura, meskipun memiliki luas lautan yang jauh lebih kecil, mampu menjadi pusat perdagangan maritim yang sangat kuat di wilayah Selat Malaka.

Saatnya kita menjunjung tinggi jati diri bangsa kita dengan membangun kekuatan Militer, Ekonomi, Teknologi dan Inovasi, serta potensi startegis wilayah Indonesia, agar Bangsa kita mampu bersaing dengan negara-negara adidaya.

Dengan demikian, Indonesia dapat memainkan peran yang efektif dan konstruktif dalam menghadapi situasi global yang tidak stabil, menjunjung tinggi martabat bangsa dan kepentingan perdamaian dunia secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun