Mohon tunggu...
Kapten Jack Sparrow
Kapten Jack Sparrow Mohon Tunggu... Wiraswasta - Content Creator

Instagram: stvnchaniago, Email: kecengsc@gmail.com, Youtube: FK Anime,

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Frank Lampard, Begini Cara Memperbaiki Skuad Chelsea

5 Januari 2021   17:00 Diperbarui: 6 Januari 2021   03:25 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut saya, kegagalan Timo Werner dan Kai Havertz bersinar di musim ini pun adalah akibat dari formasi 4-3-3 yang dipaksakan tersebut, bukan gara-gara mereka telat nyetel di Premier League. Jadi ini bukan soal kegagalan adaptasi keduanya, namun kegagalan Lampard memaksimalkan potensi para pemainnya.

Pertama, Timo Werner, yang digadang-gadang akan jadi striker haus gol dan ujung tombak Chelsea, malah loyo dan baru mencetak 8 gol saja dari 24 laga di semua kompetisi. Sekali lagi, bukannya Werner lama beradaptasi, namun Lampard memainkan Werner di posisi yang salah.

Werner yang sejatinya adalah striker murni, seringkali dimainkan sebagai penyerang sayap oleh Lampard menyokong Giroud atau Tammy di tengah. Lampard harusnya sadar, Werner dibeli bukan semata-mata karena kecepatannya, namun karena insting golnya yang tajam.

Ditempatkan di sayap, jelas Werner tak akan maksimal memanfaatkan insting haus golnya tersebut. Hal itu terbukti dengan 6 dari 8 gol yang diciptakannya sejauh ini berasal saat Werner ditempatkan sebagai striker tengah, bukan sayap kiri atau sayap kanan.

Kedua, Kai Havertz jelas tidak dimainkan dalam posisi idealnya di formasi 4-3-3 milik Lampard. Havertz sejatinya pernah dicoba sebagai Central Midfielder bersama N'Golo Kante dan Mason Mount, namun gagal. Havertz bahkan pernah didapuk sebagai sayap kanan, dan jelas saja ia gagal.

Hal itu karena memang sejatinya posisi Havertz sendiri adalah Central Attacking Midfielder (gelandang serang), yang seharusnya memberikan final touch kepada target-man Chelsea, bukan malah menjemput bola dari belakang atau bahkan mendribble bola dari sisi lapangan.

Bisa dibilang, tempat bermain Kai Havertz ini sejatinya mirip seperti Bruno Fernandes di Manchester United. Statistik membuktikan, ketika Havertz bermain sebagai CAM di Bayer Leverkusen, ia mengemas 54 goal+assist dalam 2 musim, persis seperti apa yang dilakukan Bruno saat ini.

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan Frank Lampard?
Sekarang Lampard harus memilih, ingin melepaskan formasi kesukaannya, atau melepaskan posisinya sebagai pelatih Chelsea saat ini. Ya seperti yang sudah kita bahas di atas, taktik 4-3-3 jelas tidak cocok dengan materi pemain Chelsea saat ini. Jadi mau tidak mau, Lampard harus mau mengubah formasi paten timnya tersebut.

Guna memaksimalkan potensi para pemain terutama Werner dan Havertz, saya percaya formasi 4-2-2-2 adalah yang terbaik untuk Chelsea saat ini. Tidak ada perubahan untuk posisi kiper dan lini belakang, sebab para pemain yang sekarang tampil memang adalah yang terbaik di posisinya masing-masing.

Di lini tengah, Kante tetap akan menjadi gelandang bertahan yang memutus aliran bola lawan dan mengalirkan bola ke depan. Mason Mount sebagai pemain dengan etos bermain yang tinggi, sangat cocok membantu Kante menjadi gelandang pengangkut air.

Di depan mereka berdua, saya yakin Hakim Ziyech dan Kai Havertz adalah dua sosok yang tepat mengawal lini serang The Blues saat ini. Kreativitas keduanya tentu akan sangat berguna untuk menghasilkan peluang emas bagi para striker Chelsea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun