Tangisan Garuda di Jeddah: Kekalahan dari Irak Mengakhiri Mimpi Piala Dunia
King Abdullah Sports City Stadium di Jeddah, Arab Saudi, menjadi saksi bisu berakhirnya salah satu babak paling heroik namun menyakitkan dalam sejarah sepak bola Indonesia. Dalam laga krusial putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia melawan Irak, Timnas Garuda harus mengakui keunggulan Singa Mesopotamia dengan skor tipis 0-1. Kekalahan ini bukan sekadar hasil pahit, melainkan sebuah palu godam yang menutup rapat-rapat pintu menuju panggung akbar Piala Dunia 2026.
Dominasi yang Tak Berujung Gol
Di bawah asuhan pelatih Patrick Kluivert, Timnas Indonesia tampil dengan gairah yang membara. Sejak peluit kick-off dibunyikan, anak-anak Garuda mencoba mengambil inisiatif serangan. Statistik babak pertama menunjukkan dominasi yang tak terbantahkan: penguasaan bola yang lebih unggul, dan peluang tembakan ke gawang yang jauh lebih banyak. Calvin Verdonk, Thom Haye, hingga Mauro Zijlstra berulang kali mengancam gawang Jalal Hassan, namun dewi fortuna seolah enggan menaungi.
Malam itu, meski agresif, efektivitas menjadi PR besar. Semua peluang emas, termasuk tendangan bebas Dean James menjelang turun minum, hanya melenceng tipis atau berhasil dimentahkan oleh pertahanan rapat Irak. Skor kacamata 0-0 di babak pertama terasa seperti jeda yang menyesakkan, sebab Indonesia tahu betul, hanya kemenangan yang bisa memperpanjang napas mimpi Piala Dunia.
Satu Gol yang Menghancurkan Segala Asa
Memasuki babak kedua, Irak yang bermain lebih tenang mulai menemukan ritme. Mereka mengandalkan serangan balik terorganisir dan memanfaatkan setiap kesalahan kecil yang dilakukan Garuda. Keputusan pelatih Irak, yang melakukan pergantian pemain di pertengahan babak kedua, terbukti jitu.
Puncaknya terjadi pada menit ke-75. Gelandang muda Irak, Zidane Iqbal, sukses memecah kebuntuan. Dengan sepakan kaki kirinya yang terarah ke pojok kiri gawang, Iqbal menaklukkan Maarten Paes. Gol tunggal ini adalah gol yang mengubah segalanya.
Skor 0-1 bertahan hingga akhir. Kekalahan ini menempatkan Indonesia di posisi ketiga Grup B dengan nol poin, di bawah Arab Saudi dan Irak yang sama-sama mengoleksi tiga poin (berdasarkan hasil pertandingan sebelumnya). Dengan hanya satu pertandingan tersisa antara Irak vs Arab Saudi, peluang Indonesia untuk menempati menempati dua posisi teratas yang lolos langsung ke Piala Dunia 2026 atau melaju ke babak play-off Zona Asia (Ronde 5) sudah tertutup.
Langkah Sudah Jauh, Pelajaran Harus Dipetik
Meskipun harus menelan kekecewaan, perjalanan Timnas Indonesia di kualifikasi kali ini patut mendapat apresiasi. Proses naturalisasi yang membawa talenta-talenta seperti Jay Idzes, Kevin Diks, dan Thom Haye telah meningkatkan kualitas skuad secara signifikan. Tim Garuda menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing, bahkan mendominasi permainan melawan tim sekelas Irak.
Namun, sepak bola adalah tentang hasil akhir. Kekalahan dari Irak menjadi penegasan bahwa kerja keras harus diimbangi dengan efektivitas di depan gawang dan fokus sepanjang 90 menit. Mimpi Piala Dunia 2026 memang telah berakhir, namun semangat dan pelajaran berharga dari perjuangan ini harus menjadi modal kuat bagi generasi Garuda selanjutnya.
Malam di Jeddah akan selalu dikenang sebagai akhir dari sebuah impian besar, tetapi juga awal dari harapan baru. Para suporter boleh bersedih, tetapi perjuangan harus terus berlanjut. Karena di setiap akhir, selalu ada janji untuk bangkit dan terbang lebih tinggi di kesempatan berikutnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI