Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teologi Natural dan Ilmu Pengetahuan

2 September 2018   01:48 Diperbarui: 2 September 2018   01:49 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seluruh konsep teologi natural telah bertahan dari serangan yang agresif sepanjang abad yang telah lalu. Sebagian kritikus, seperti Karl Barth, berargumen bahwa terlibat dalam usaha merumuskan teologi natural adalah berbahaya. Karena apabila kita berusaha untuk mempelajari Allah yang hidup dengan cara menarik deduksi dari alam, semakin besarlah kemungkinan bagi kita untuk tiba pada suatu "allah" yang dibuat berdasarkan gambar kita.

Penting untuk diingat bahwa Barth bereaksi melawan kaum liberal di abad XIX dan memang hanya itulah yang ia lakukan. Barth berargumentasi bahwa Allah tidak bisa dimanipulasi oleh inferensi kita sendiri yang terbatas dari dunia yang diciptakan. Keprihatinan Barth adalah sah.

Tetapi teologi Barth memiliki konsekuensi yang tidak menguntungkan, yang memengaruhi kemampuan kita untuk mengatakan apapun yang positif tentang Allah Tritunggal. Kita tidak boleh mengikuti pandangan sejauh Barth.

Kritikus lain bersikeras bahwa teologi natural bisa dilakukan, namun hal itu tidak dapat dilakukan dengan benar. Artinya, teologi natural sama sekali tidak relevan, karena manusia tidak akan mendapatkan apapun apabila mencari pengetahuan tentang Allah dari natur. Manusia telah jatuh dalam dosa dan tidak mampu memahami hal yang seperti itu. Dengan kata lain, wahyu Allah dalam ciptaan tidak bisa dipahami dengan benar oleh orang berdosa. Pandangan ini memahami kerusakan manusia terlalu jauh.

Pada waktu teologi natural digunakan, kata itu langsung diasosiasikan dengan Thomas Aquinas, yang disalahmengerti sebagai pengusul awal dari konsep itu. Namun saya puas karena Aquinas berdiri di atas bahu Augustine dari Hippo yang berusaha untuk mengerti dan mengaplikasikan pengajaran dari Rasul Paulus sendiri.

Teologi natural merupakan penjelasan tentang Allah yang diinformasikan melalui pengetahuan kita akan natur. Ini merupakan pengetahuan tentang Allah yang didapatkan melalui pemahaman tentang dunia eksternal, sebagai tambahan dan berbeda dari pengetahuan Allah yang tersedia bagi kita di dalam Kitab Suci.

Teologi natural secara tradisional telah didasarkan pada apa yang disebut para teolog sebagai wahyu umum. Wahyu umum adalah penyataan Allah dalam alam semesta yang diciptakan-Nya. Wahyu ini merupakan tindakan objektif dari Allah yang tidak bersandar pada pancaindra kita untuk menjadikannya benar (empirisme).

Teologi natural merupakan respons manusia pada wahyu umum. Teologi natural merupakan suatu tindakan manusia, suatu cara bagi kita untuk memahami wahyu Allah tentang diri-Nya dalam ciptaan. Wahyu umum adalah apa yang dilakukan Allah; teologi natural adalah apa yang kita lakukan dengan wahyu itu.

Wahyu umum harus dibedakan lebih jauh dari wahyu khusus dalam dua cara: (1) wahyu umum telah diberikan pada semua orang, yaitu bagi semua pembaca yang terdiri dari semua umat manusia; (2) isi dari wahyu ini berbicara tentang Allah secara umum, tidak spesifik. Contohnya, kita dapat melihat bukti-bukti yang menyatakan ada sebuah keberadaan yang telah menyebabkan alam semesta ini ada, tetapi kita tidak melihat bahwa keberadaan itu ialah keberadaan Trinitas, juga kita tidak melihat suatu rencana keselamatan di manapun dalam tatanan penciptaan.

Untuk mengetahui hal-hal itu, kita membutuhkan lebih dari wahyu umum. Kita perlu informasi yang ditemukan pada wahyu khusus. Tidak semua orang berkesempatan untuk menerima wahyu khusus yang ditemukan dalam firman Allah. Banyak suku-suku di pedalaman tidak pernah mendengar cerita-cerita di Alkitab dan keselamatan yang dinyatakannya. Wahyu umum meliputi seluruh bumi, sedangkan wahyu khusus tidak demikian.

Wahyu umum dapat dibedakan ke dalam dua jenis yang berbeda: langsung dan tidak langsung. Wahyu umum yang tidak langsung merujuk pada wahyu Allah tentang diri-Nya melalui semacam perantara. Perantara-Nya itu adalah alam itu sendiri (Mzm. 19:1-2). Pemazmur menceritakan kemuliaan Allah yang dinyatakan di langit. Langit memproklamasikan pekerjaan tangan Allah; hari lepas hari, malam lepas malam, dalam tatanan yang indah dari waktu, kemuliaan dari Allah Pencipta tercermin di langit. Bintang-bintang, bulan, semuanya menyatakan kemuliaan Penciptanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun