Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 13:4-7 (Bagian 1)

30 April 2018   13:38 Diperbarui: 21 Juli 2018   15:51 1434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesudah mengajarkan kasih sebagai dasar dan cara menggunakan karunia-karunia rohani (13:1-3), Paulus sekarang menjelaskan karakteristik kasih dalam kekristenan (13:4-7). Pemaparan di bagian ini disusun sebagai berikut. Pertama-tama, Paulus memulai dengan dua karakteristik secara positif (13:4a, sabar dan murah hati). Selanjutnya, ia menerangkan tindakan-tindakan apa yang tidak mencerminkan kasih (13:4b-6). Di bagian terakhir Paulus kembali ke nuansa positif dan mengaitkan kasih dengan “segala sesuatu” (13:7).

Terlepas dari dugaan apakah deretan karakteristik kasih ini seluruhnya ide Paulus ataukah ia hanya meredaksi sumber yang sudah ada, karakteristik yang ditulis sangat relevan dengan situasi jemaat di Korintus. Paulus tidak hanya mengupas karakteristik kasih secara umum atau abstrak. Ia berusaha mendaratkan semua itu sesuai keadaan di jemaat Korintus.

Sebelum membahas masing-masing karakteristik kasih secara detail, kita perlu menarik beberapa poin penting dari daftar ini. Pertama, kasih bukan sekadar perasaan. Paulus tidak memberi nasihat untuk sekadar memiliki kasih, tetapi untuk mendemonstrasikannya dalam bentuk sikap dan tindakan tertentu yang konkret. Hal ini terlihat dari pemilihan 15 kata kerja (bukan kata sifat) di teks kita. Kasih lebih daripada sekadar romantisme dan manipulasi perasaan. Kasih hanya dapat diukur melalui apa yang dilakukan atau tidak dilakukan.

Kedua, kasih bersifat pasif dan aktif. Di satu sisi, ada hal-hal tertentu yang harus dihindari karena bertentangan dengan kasih. Di sisi lain, ada beberapa hal lain yang harus dikejar karena selaras dengan kasih. Sebagian orang hanya berpuas diri dengan salah satu aspek kasih (pasif atau aktif), namun kasih menuntut kegenapan: menghindar dan mengejar. Keduanya harus dilakukan dengan kesungguhan yang sama.

Ketiga, kasih tidak meniadakan teguran. Dalam teks ini Paulus sedang mengajarkan tentang kasih sebagai teguran terhadap sikap jemaat Korintus yang keliru. Ia bahkan lebih banyak membicarakan tentang apa yang tidak boleh dilakukan (13:4b-6) daripada apa yang seharusnya dilakukan (13:4a, 7), karena ia memang sedang menyoroti sikap jemaat Korintus yang tidak menunjukkan kasih. Keseimbangan antara kasih dan teguran ini sangat penting untuk digarisbawahi. Bukankah banyak orang tidak berani menegur kesalahan orang lain atas nama kasih? Bukankah banyak pula yang berani menegur tetapi tanpa kasih sama sekali?

Terakhir, kasih bersumber dari Allah. Seperti yang akan dijelaskan dalam bagian-bagian selanjutnya, karakteristik kasih di 13:4-7 mencerminkan apa yang Allah lakukan terhadap kita. Allah bukan hanya menuntut, namun juga memberikan teladan. Apa yang Ia lakukan terhadap kita menjadi sebuah dasar dan keharusan bagi kita untuk memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Kasih Allah bukan untuk dinikmati saja, melainkan juga untuk diikuti. Bukan hanya untuk diterima, tetapi untuk dibagikan.

Mengapa kita harus beretika? Mengapa kita harus memperhatikan orang lain? Mengapa kita harus mengasihi orang lain? Menurut teori kontrak sosial, jawabannya adalah karena kita semua terikat dengan sebuah kontrak sosial. Pada waktu kita hidup dalam masyarakat, kita secara tidak langsung sudah setuju bahwa kita akan menghargai satu dengan yang lain. Etika Kristen berbeda dengan kontrak sosial. Kita mengasihi orang lain karena apa yang sudah Allah lakukan di dalam hidup kita. Etika kekristenan didasarkan pada apa yang telah Allah lakukan dalam hidup kita. Ini berbeda dengan etika secara umum.

Kasih itu sabar

Pertama, kasih itu sabar. Kata Yunani “makrothymei” (LAI:TB “sabar”) adalah sebuah kata kerja dalam present tense, karena itu sebaiknya diterjemahkan “terus-menerus bersabar (bertindak sabar) KJV/ASV”. Ini bukan kata sifat (NIV/ESV/NASB), seolah-olah hanya orang-orang tertentu yang cenderung tidak mudah marah yang bisa menunjukkan karakteristik ini. Ini adalah kata kerja. Artinya, ini adalah sesuatu yang harus kita upayakan dengan pertolongan Tuhan, bukan sesuatu yang dari awal melekat pada diri kita. Sikap sabar di sini bukan hanya untuk orang yang dari kecil dididik lemah lembut dan tidak bicara kasar. Kasih di sini juga dipandang tidak mengikat untuk orang dengan latar belakang budaya yang sudah terlanjur kasar, keras, dan sebagainya.

Kesabaran adalah salah satu karakteristik kasih yang harus dilakukan terlepas dari apapun latar belakang kita. Fakta bahwa Paulus tidak mengatakan, “Marilah kita membesarkan kesabaran kita” menunjukkan bahwa kita yang mengklaim diri tidak memiliki kesabaran tidak bisa berdalih untuk tidak memperjuangkan kesabaran kita. Paulus memerintahkan kita untuk bertindak sabar. Dibutuhkan konsistensi untuk melakukannya. Bukan hanya satu kali sabar, tetapi terus-menerus sabar.

Kata “sabar” di dalam Alkitab digunakan dalam dua konteks atau arti yang umum: penderitaan dan kesalahan orang lain. Dalam konteks yang pertama, kata ini berarti “tabah” atau “tekun” (Ibr. 6:15; Yak. 5:7-8), sedangkan dalam konteks yang kedua berarti “tidak mudah marah” (1Tes. 5:14; 2Pet. 3:9). Saya yakin di antara dua makna ini, Paulus – sesuai dengan situasi jemaat Korintus - tampaknya lebih menekankan arti yang terakhir, karena ide tentang sabar dalam arti “bertahan” atau “bertekun” akan dibahas di bagian selanjutnya (13:7d, hypomenei). Kata “sabar” yang dipakai di ayat 4a berbeda dengan yang dipakai di ayat 7d. Sehingga, “sabar” di sini bukan bersabar di dalam penderitaan, tetapi bersabar menghadapi orang lain (tidak mudah marah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun