Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu...
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksposisi 1 Korintus 12:7-11 (Bagian 1)

10 April 2018   06:10 Diperbarui: 31 Juli 2018   03:27 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika keragaman karunia dimaksudkan untuk kepentingan bersama, maka apa yang terjadi di tengah-tengah jemaat Korintus merupakan sebuah ironi. Keragaman ilahi yang seharusnya mempersatukan ternyata telah diputarbalikkan sebagai sumber konflik. Kesombongan dan kesalahpahaman sebagian jemaat terhadap terhadap karunia tertentu telah membutakan mata rohani mereka sehingga mereka tidak memahami tujuan ilahi yang agung di balik semua karunia tersebut.

Berpijak pada tujuan yang mempersatukan seperti itu, tidak heran di pasal 13 Paulus dengan tegas mengajarkan kesia-siaan karunia rohani jika tidak disertai dengan kasih (13:1-3). Kepemilikan karunia yang beragam dan spektakuler tidak akan mencapai tujuannya apabila tidak didorong oleh kasih. Kasihlah yang memampukan kita untuk melakukan kebaikan bagi orang lain. Sebagian jemaat Korintus bukan hanya tidak mau memikirkan kebaikan seluruh jemaat, mereka bahkan memanfaatkan karunia-karunia rohani untuk kepentingan diri mereka masing-masing. Mereka lupa untuk apa Allah memberikan semua karunia tersebut.

Terakhir, karunia-karunia rohani diberikan menurut kedaulatan Roh Kudus. Kata kerja “memberikan” (didomi, LAI:TB “mengaruniakan”) di ayat 7-11 hanya muncul di ayat 7 dan 8. Setiap kali muncul, kata ini selalu dalam bentuk pasif (didotai). Bentuk pasif di ayat 8 tidak tampak dalam terjemahan LAI:TB (“Roh memberikan karunia” = lit. “diberikan oleh Roh”). Penggunaan bentuk pasif dimaksudkan untuk menekankan aktivitas Roh dan kepasifan jemaat. Pemunculan kata “Roh” secara berulang-ulang di ayat 7-11 turut mempertegas kebenaran ini. Sebagai puncaknya, Paulus menutup ayat 11 dengan frasa “seperti yang Ia (Roh) kehendaki”.

Satu hal lagi yang perlu dicermati adalah penggunaan bentuk kekinian (present) pada kata “diberikan” (didotai). Pemberian karunia roh merupakan tindakan yang terus-menerus. Paulus sangat mungkin ingin menyampaikan bahwa keberadaan karunia bukan dalam arti kepemilikan. Setiap orang percaya harus bergantung terus-menerus kepada Roh Kudus. Kita tidak dapat seenaknya menggunakan karunia roh kapanpun kita mau dan untuk kepentingan apapun yang hanya memuaskan kesenangan kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun