Mohon tunggu...
Stephen G. Walangare
Stephen G. Walangare Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kunang-kunang kebenaran di langit malam.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kematian yang Tak Tertandingi

12 Maret 2018   22:33 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:19 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Situasi di sekeliling kita adalah hal yang patut dipelajari. Ideologi yang mendasari tindakan seseorang sangat penting untuk dicermati. Ide memengaruhi kehidupan seseorang. Ide-ide bisa sangat berbahaya, namun mereka akan jauh lebih berbahaya bagi seseorang yang tidak pernah mempelajarinya. Sayangnya, banyak orang dengan mudah mengadopsi sebuah ide yang sekilas terlihat tidak berbahaya tanpa mempelajari dan membandingkannya terlebih dahulu. Senada dengan hal itu C. S. Lewis berkata, “The most dangerous ideas in society are not the ones being argued, but the ones that are assumed.” Isu keberadaan Allah memang relevan khususnya di kalangan kaum intelektual dan anak muda perkotaan di Indonesia. Namun demikian, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, isu apologetika yang amat relevan di Indonesia adalah keilahian Yesus Kristus.

Sejak permulaan pelayanannya di abad pertama, Yesus Kristus telah menimbulkan kontroversi dan ketidaksepakatan atas pandangan orang terhadap identitas diri-Nya (Mat. 16:15-17; Yoh. 5:17-18). Saat ini, lebih dari dua milyar pengikut-Nya percaya bahwa Yesus adalah Allah yang datang dalam rupa manusia, bukan manusia yang dipertuhankan. Perbedaan keyakinan ini layak diakui, diselidiki, dan didiskusikan. Kita tidak boleh bersikap fanatik dan sempit sehingga tidak mau belajar dan berempati terhadap orang yang berbeda pandangan dengan kita. Perbedaan keyakinan juga tidak boleh menghalangi persatuan Indonesia. Kita adalah saudara dalam kemanusiaan.

Salah satu isu yang amat relevan adalah pandangan Muslim tentang Isa Almasih. Sebagai poin pendahuluan yang perlu dicermati bersama sebelum membaca artikel ini adalah bahwa selalu ada rencana Tuhan dalam setiap keguncangan iman. Mengapa mayoritas Muslim justru percaya bahwa Yesus tidak pernah mati disalib? Mari kita lihat bersama-sama.

Setidaknya ada tiga doktrin utama kekristenan yang terdapat dalam Roma 10:9 yang akan dipaparkan sebagai pendahuluan singkat untuk tulisan ini. Pertama, ketuhanan Yesus. Kedua, kematian Yesus. Ketiga, kebangkitan Yesus. Secara umum - bukan secara mutlak - ketuhanan dan kebangkitan Yesus hanya diterima oleh orang Kristen; kematian Yesus di atas kayu salib sebagai fakta sejarah hanya diterima oleh orang Kristen dan Yahudi. Sebab ada juga segelintir orang Yahudi atau Muslim yang menerima fakta kebangkitan Yesus, namun tetap menolak ketuhanan-Nya. Bahkan, ada juga orang Muslim yang memercayai kematian Yesus di atas kayu salib. Bagaimanapun, penolakan terhadap kematian Yesus adalah pandangan yang paling dominan di kalangan Muslim.

Salah satu fokus perdebatan antara Islam-Kristen adalah historisitas penyaliban Yesus Kristus. Tidak sulit untuk mengerti mengapa topik ini layak untuk diperdebatkan. Seandainya Yesus tidak mati disalib, maka diskusi tentang kebangkitan Yesus juga akan menjadi tidak relevan. Di samping itu, kematian di atas kayu salib sendiri sudah menjadi asas pokok dalam teologi Kristen, sehingga jika penyaliban Yesus (dan sebagai konsekuensi, kebangkitan-Nya juga) ternyata tidak pernah terjadi, maka teologi Kristen akan kehilangan bagian yang paling esensial. Iman Kristen berpusat pada karya Kristus di atas kayu salib. Hal yang sebaliknya juga berlaku. Seandainya penyaliban Yesus merupakan sebuah fakta historis, maka kredibilitas Al Quran sebagai kitab suci juga akan dipertaruhkan. Berdasarkan konsekuensi teologis yang serius semacam ini, setiap orang Kristen dan Muslim harus dengan sungguh-sungguh berusaha mencari kebenaran yang sejati.

Alkitab mendahului Al Quran. Alkitab sudah ada sebelum Al Quran ada. Yesus Kristus hidup pada abad pertama. Muhammad hidup pada abad ke-6 sampai ke-7. Ada jarak sekitar 500-600 tahun setelah Yesus. Dalam hal ini - ketika Al Quran berbicara tentang Yesus yang tidak mati disalib - bukan Kristen yang mengkritik Islam, melainkan sebaliknya. Al Quran langsung mengkritik Alkitab sejak kemunculannya. Menarik untuk dicermati bahwa tidak ada satu pun orang Kristen yang mengajukan laporan penistaan agama atas video-video kritikan terhadap penyaliban Yesus Kristus yang beredar luas di dunia maya. Dengan kata lain, Kristenlah yang sedang dikritik dan diserang dalam hal ini. Karena itu, tulisan ini difokuskan untuk menjawab kritik Islam dan memberikan tanggapan kristiani tentang penyaliban Yesus..

Pandangan Islam

Ketika Al Quran berbicara tentang Isa Ibnu Maryam/Isa Putra Maryam/Isa Almasih, ini adalah usaha untuk merujuk kepada Yesus Kristus. Terjemahan Al Quran bahasa Inggris menggunakan kata “Jesus” untuk Isa Almasih. Menurut Al Quran, Isa Almasih adalah seorang Muslim yang mengajak orang Yahudi/Israel untuk memeluk agama Islam, bukan memeluk agama Kristen. Dalam Al Quran, Isa Almasih menyangkali keilahian-Nya.

Dalam kitab suci agama Islam dituliskan secara eksplisit bahwa Yesus tidak dibunuh maupun mati disalib (Al Quran 4 [An-Nisa]:156-158). Yesus diselamatkan Allah dari tangan musuh dengan cara “wa laakin shubbiha lahum”, sebuah frasa yang ditafsirkan secara beragam di kalangan Muslim sendiri. Pandangan minoritas menduga bahwa Yesus hanya pingsan selama penyaliban (Ahmadiyya), sedangkan pandangan mayoritas meyakini bahwa orang lain telah diserupakan seperti Yesus (Al-Nasa’i, Al-Kubra 6:489). Pandangan mayoritas ini menyatakan bahwa sebenarnya orang Yahudi tidak membunuh maupun menyalibkan Yesus, melainkan orang lain yang disalib untuk menggantikan Yesus. Allah telah mengangkat Yesus kepada-Nya. Kedua pandangan ini menyepakati secara pasti bahwa Yesus tidak mati disalib; itulah yang hampir pasti kita jumpai ketika bercakap-cakap dengan seorang Muslim di Indonesia.

Orang-orang Muslim memberikan beberapa argumen atau bukti untuk mendukung sanggahan mereka terhadap penyaliban. Yang paling utama, mereka berpegang pada keyakinan teologis terhadap kebenaran Al Quran. Sebagai contoh, setelah mengutip teks Al Quran yang menyangkal historisitas penyaliban Yesus di atas, Deedat mengatakan: “Muslim memercayai pernyataan kategorikal bahwa Al Quran berasal dari Allah. Ia tidak bertanya atau mencari bukti” (Crucifiction or Crucifixion, 4). Tidak heran, orang-orang Muslim cenderung memberikan argumen negatif (serangan terhadap kekristenan) daripada argumen positif (dukungan terhadap Al Quran).

Argumen selanjutnya didasarkan pada ketidakadaan saksi mata dari pihak pengikut Yesus pada saat penyaliban terjadi (Ibn Taymiyya, A Muslim Theologian’s Response to Christianity). Orang Muslim menyoroti catatan Alkitab tentang semua murid yang meninggalkan Yesus (Mat. 26:56; Mrk. 14:50). Jika tidak ada satu pun pengikut Yesus yang menyaksikan langsung peristiwa penyaliban, maka kesaksian mereka dinilai tidak kuat. Hal ini dianggap sejalan dengan kesaksian Al Quran bahwa para pengikut Yesus dipenuhi kebingungan dan ketidaktahuan serta hanya mengikuti terkaan orang-orang Yahudi yang keliru (4:158).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun