Mohon tunggu...
Stephanus Satriyo
Stephanus Satriyo Mohon Tunggu... -

karyawan perusahaan properti

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ahok dan Nasdem

10 Maret 2016   17:23 Diperbarui: 10 Maret 2016   17:28 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Pilkada DKI masih 17 bulan lagi, namun suhu politik di DKI sudah mulai memanas, Ahok akhirnya mencalonkan diri lewat jalur independen didukung teman-teman Ahok. Kondisi DKI yang membaik sejak dipimpin oleh AHOK dan hasil survei yang menunjukan elektabilitas Ahok diatas 50% menjadikan AHOK sulit dikalahkan oleh siapapun walaupun didukung oleh parpol apapun . Realita politik seperti ini disikapi dengan cerdas oleh Nasdem.


 Nasdem secara terbuka mendukung AHOK tanpa syarat apapun. Pernyataan dan dukungan Nasdem merupakan langkah yang tepat untuk Nasdem memperoleh dukungan atau suara tambahan dalam pemilu yang akan datang dari masyarakat DKI, paling tidak saat ini Nasdem mendapatkan simpati dari sebagian masyarakat DKI dengan dukungannya kepada AHOK.


Sebaliknya PDIP yang pada pemilu - pemilu sebelumnya mendeklarasikan sebagai partainya wong cilik, mulai kelihatan warna aslinya dengan mengingkari kehendak rakyatnya. PDIP seharusnya instrospeksi bahwa faktor Jokowi yang menjadikan PDIP partai politik yang mendapatkan perolehan suara terbanyak pada pemilu 2014 yang lalu dan bukan sebaliknya.


Jika PDIP dalam Pilkada 2017 mencalonkan cagub dan wagub untuk melawan AHOK hasil yang kemungkinan terjadi menurut prediksi penulis : calon yang diusung PDIP kalah dan PDIP akan kehilangan banyak suara pemilih di pemilu yang akan datang. Jika PDIP tetap ingin melawan AHOK, dua kekalahan yang akan dialami oleh PDIP , kekalahan pada pilkada DKI 2017 dan kekalahan pada pemilu yang akan datang.


Nasdem saat ini merupakan parpol yang sikap politiknya paling tepat atau cukup cerdas untuk menghitung keuntungan dan kerugiannya dengan memberi dukungan kepada AHOK tanpa syarat secara terbuka.Mungkin lebih bijaksana jika parpol-parpol berpikir ulang dan melakukan kalkulasi politik secara cermat sebelum menentukan sikap menghadapi pilkada DKI 2017 .

Siapapun kandidat calon gubernur dan wakil gubernur yang dicalonkan partai politik , sangat kecil kemungkinannya untuk dapat menandingi AHOK. Syarat untuk dapat mengalahkan AHOK sebenarnya sederhana, calon tersebut harus jujur, berani melawan koruptor, memiliki track record yang lebih hebat dari AHOK dan memiliki iman yang kuat.


Beberapa kandidat yang sekarang disebut-sebut akan dicalonkan oleh beberapa parpol, sangat jauh dibandingkan AHOK, baik kualitas sebagai pribadi, sebagai kepala keluarga maupun sebagai pemimpin. Kandidat cagub dan cawagub yang akan dicalonkan oleh parpol-parpol saat ini, tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap beliau-beliau yang akan dicalonkan, nampaknya hanya akan berperan untuk memeriahkan dan menyemarakan pilkada DKI saja , sangat sulit untuk mengungguli AHOK.


Isu-isu SARA sudah tidak laku atau basi untuk mempengaruhi masyarakat Jakarta, rakyat sudah melek politik dan cukup cerdas untuk menentukan pemimpin mana yang membela rakyat dan mana yang mengkhianati rakyat, selain hasil survei dari lembaga-lembaga independen yang menempatkan elektabilitas AHOK jauh mengungguli kandidat yang lain, juga hasil jajak pendapat secara acak dari masyarakat Jakarta, pedagang kaki lima, sopir taxi, perawat rumah sakit, tukang ojek, karyawan kantor , eksekutif muda, mahasiswa, mayoritas warga DKI ingin AHOK tetap jadi Gubernur DKI untuk periode 2017-2022.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun