Mohon tunggu...
Healthy

Tugas Individu 2, 3 Stephanie Gosal

14 Agustus 2018   17:31 Diperbarui: 14 Agustus 2018   19:11 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Isu Kedokteran-Terlalu Banyak Makan Telur Dapat Membuat Bisul

Banyak orang mengatakan, jika kita terlalu banyak mengonsumsi telur, tubuh kita dapat muncul bisul yang bila terlihat akan membuat diri kesal sendiri. Keberadaan mitos kedokteran ini kerap sekali menakutkan orang-orang, terutama bagi para atlet yang membutuhkan asupan protein dari telur. Dilema, ketika memilih penampilan bagus dari komposisi otot di tubuh atau memilih penampilan bagus dari kualitas kulit tubuh kita. 

Namun, di antara masyarakat ini, masih ada banyak yang tidak tahu apakah mitos ini benar atau salah. Menurut Havard Medical School, bisul merupakan infeksi yang terjadi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus.(1) Infeksi ini dapat terjadi karena adanya sumbatan di dalam pori-pori kulit atau biasanya di dekat akar rambut permukaan kulit kita akibat rendahnya higenitas seseorang. 

Kebiasaan rendah higenitas ini termasuk dengan tidak teliti saat mencuci tangan, berkontak langsung dengan bagian yang terinfeksi, dan menggunakan pakaian atau alat perias yang berkontak langsung sebelumnya dengan seorang yang menderita infeksi kulit.(2) Selain itu, penyakit diabetes, stress, serta meningkatnya panas suhu di dalam tubuh juga dapat meningkatkan resiko terbentuknya bisul di permukaan kulit karena terbentuknya lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri tersebut, yaitu lembab dan hangat.(3) Mekanisme pembentukan bisul di permukaan kulit terlihat dari munculnya sebuah benjolan berwarna merah yang berisi bakteri-bakteri Staphylococus aureus, sel darah putih (leukosit), serta sel kulit yang sudah mati. 

Apabila infeksi menjadi lebih parah, suatu titik putih atau yang biasa disebut sebagai nanah(2), akan muncul di tengah-tengah di puncak bisul tersebut. Akan tetapi, bisul yang normal biasanya akan bertahan selama lima sampai tujuh hari dan mengering serta mengempes setelah itu. Durasi pengeringan ini bahkan bisa dipercepat dengan menggunakan kompresan handuk hangat selama 20-30 menit, diulangi tiga atau empat kali untuk satu harinya.(1)

Namun, mengapa masih ada banyak orang yang menganggap pengkonsumsian telur ada relasinya dengan munculnya bisul di kulit? Hal ini dikarenakan mereka yang alergi terhadap telur, menganggap gatal-gatal beserta ruam-ruam kemerahan(4) yang muncul sebagai reaksi dari pengkonsumsian telur tersebut sebagai suatu bisul. Miskonsepsi ini kemudian memengaruhi luas ke masyarakat, termasuk yang tidak memiliki alergi telur, sehingga mereka menjadi takut-takutan untuk mengkonsumsinya. 

Padahal, pengkonsumsian telur sangat bermanfaat bagi tubuh karena kandungan yang dimilikinya. Manfaat yang bisa didapat dari telur yang dikenal sebagai sumber protein yang tinggi (telur rebus mengandung 91% protein, yaitu sebesar 6 gram dengan 9 jenis asam amino yang menyusunnya)(6) serta ekonomis adalah sebagai sumber mineral yang baik untuk tubuh, seperti fosfor, kalium, kalsium, magnesium, seng, tembaga, dan zat besi.

(3) Selain itu, menurut Stuart Phillips, seorang profesor di Universitas McMaster, telur juga merupakan sumber akan vitamin A, vitamin D, vitamin B6, vitamin B12, riboflavin, folat, kolin, serta lutein/zeaxanthin. Akan tetapi, telur juga mengandung 5 gram lemak dengan total kalorinya - termasuk kandungan protein dan lainnya - sebesar 77 kalori dalam setiap satu butir telurnya. 

Sehingga, beliau menyarankan agar kita tetap mengkonsumsi telur yang kaya akan nutrisi itu, namun tidak lebih dari 2 biji untuk satu harinya.(5) Oleh karena itu, pengkonsumsian telur bukan merupakan penyebab dari terbentuknya suatu bisul pada kulit, melainkan lingkungan sekitar kulit yang kotor dan lembab sehingga cocok untuk bakteri Staphylococcus aureus.(1-3)

REFERENSI

  1. Harvard Med Sch. Boils and carbuncles [Internet]. Massachusetts: Harvard Health Publishing Harvard Medical School. 2014 Okt; dikutip 2018 Aug 12. Diakses dari https://www.health.harvard.edu/diseases-and-conditions/boils-and-carbuncles-. 
  2. Muhsin SW. Makan telur pada anak akan menyebabkan bisul.  Kumpulan Esai Mitos Bayi dan Anak. 2018 Apr 26. Dikutip 2018 Aug 13. Diakses dari https://www.researchgate.net/profile/Safrullah_Amir/publication/324770581_Kumpulan_Esai_Mitos_Bayi_dan_Anak/links/5ae16674458515c60f65ff2e/Kumpulan-Esai-Mitos-Bayi-dan-Anak.pdf.
  3. Tibb Institute. Boils. Afrika Selatan: The Ibn Sina Institute of Tibb. Dikutip 2018 Aug 13. Diakses dari  https://tibb.co.za/ailments/boils.pdf.
  4. Smallwood JC. Egg allergy. Wilmington: The Neumors Foundation. Diperbaharui 2014 Nov. Dikutip 2018 Aug 13. Diakses dari https://kidshealth.org/en/teens/egg-allergy.html?ref=search&WT.ac=msh-p-dtop-en-search-clk.
  5. Phillips S. "I can eat 50 eggs..." [pause] "nobody can eat 50 eggs!". Amerika Serikat:Egg Nutrition Center. 2015 Mei 8. Dikutip 2018 Aug 13. Diakses dari https://www.eggnutritioncenter.org/blog/i-can-eat-50-eggs-pause-nobody-can-eat-50-eggs/.
  6. Bassler R. The nutritional benefits of cooked (vs. raw) eggs. Amerika Serikat:Egg Nutrition Center. 2017 Jun 15. Dikutip 2018 Aug 13. Diakses dari https://www.eggnutritioncenter.org/blog/nutritional-benefits-cooked-vs-raw-eggs/.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun