Mohon tunggu...
Habib Affandy
Habib Affandy Mohon Tunggu... -

Ngawi, 19 Maret 1980

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Yellow Book (Kitab Kuning)

13 Desember 2011   16:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:21 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.Kitab kuning, dalam agama islam, merujuk kepada sebuah kitab tradisional yang berisi pelajaran-pelajaran agama islam (diraasah al-islamiyyah), mulai dari fiqh, aqidah, akhlaq/tasawuf, tata bahasa arab ('ilmu nahwu dan 'ilmu sharf), hadits, tafsir, 'ulumul qur'aan, hingga pada ilmu sosial dan kemasyarakatan (mu'amalah). Disebut juga dengan kitab gundul karena memang tidak memiliki harakat (fathah, kasrah, dhammah, sukun), tidak seperti kitab al-Quran pada umumnya. Oleh sebab itu, untuk bisa membaca kitab kuning berikut arti harfiah kalimat per kalimat agar bisa dipahami secara menyeluruh, dibutuhkan waktu lama.

Sampai sekarang belum ada kajian sejarah mengenai asal-muasal kitab kuning. Namun banyak naskah para ulama pasca Khulafaa al-Rasyidin berkuasa ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab tanpa harakat.

Clifford Geertz seorang ahli antropologi dari Amerika Serikat dalam bukunya yang terkenal berjudul "Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa" (judul aslinya The Religion of Java)memuat sekelumit ceria tentang kitab kuning. Ada pula buku karangan peneliti Belanda Martin van Bruinessen yang berjudul "Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat", yang membahas sejarah kitab kuning dan pendidikan Islam tradisional di Indonesia.

Beberapa kitab kuning yang terkenal seperti tafsir jalalain, tafsir munir, Riyadussholihin, Bulughul Marom, Fathul Mu'in, Fathul Qorib, dan masih banyak yang lainnya.Kitab-kitab kuning tersebut sekarang masih banyak menjadi kurikulum wajib di Pondok pesantren di Indonesia.Salah satu Pondok pesantren yang masih setia mengaji klasik adalah Pondok pesantren Hidayatut Thullab yang berada di Petuk Semen Kediri.

Sejak tahun 1993, Pondok ini sudah mempublikasikan 132 judul kitab kuning dilengkapi dengan makna berbahasa Jawa. Pemberian makna sempit pada setiap kata dalam 132 judul kitab kuning itu telah dicetak secara massal oleh Koperasi Ponpes Hidayatut Thullab dan didistribusikan seantero Nusantara.

Kemudian yang sekarang menjadi tren adalah kitab kuning dengan dilengkapi makna Bahasa Jawa. Kalangan santri salaf menyebutnya dengan "Kitab bima'na Petuk" lantaran kitab kuning bermakna ini dipopulerkan oleh Pondok Pesantren Hidayatut Thullab di Dusun Petuk, Desa Puhrubuh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.

Ponpes yang berada di kaki Gunung Wilis ini mampu menyita perhatian publik salaf karena gagasannya mencetak kitab kuning dengan dilengkapi makna Bahasa Jawa itu telah memberikan kemudahan bagi santri salaf.

Kitab bima'na Petuk itu tidak hanya dijual di Pulau Jawa saja, Tetapi kami juga telah memenuhi permintaan sejumlah pondok pesantren di Lampung, Palembang, Pontianak, bahkan sampai Mataram.

Daftar koleksi kitab kuning makna ala pesantren Petuk, selengkapnya kunjungi blog ini http://kitabmaknapetuk.wordpress.com/ , terimakasih.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun