Cahaya yang Tak Pernah Padam
In Memoriam Bapa Frans Napang
(Reweng, 12 Desember 1956 -- Jakarta, 6 Juni 2023)
Hari ini, tepat dua tahun sudah sejak sosok terkasih itu kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Dua tahun yang terasa cepat namun menyisakan ruang-ruang rindu yang tak pernah sepi. Bapak Frans Napang---seorang guru, ayah, pemimpin, sahabat, dan pelayan yang setia---telah menuntaskan ziarah hidupnya, namun jejak langkah dan getar kasihnya terus bergema dalam kehidupan orang-orang yang pernah disentuhnya.
Dalam diam dan kesederhanaannya, Bapak Frans adalah cahaya---yang tak pernah berkoar, namun selalu menerangi. Tutur katanya lembut, namun penuh makna. Sikapnya tenang, namun sarat kebijaksanaan. Beliau bukan hanya hadir, tetapi menghadirkan; bukan hanya mendengar, tetapi memahami; bukan hanya mengajar, tetapi membentuk jiwa.
Langkah Seorang Penabur Harapan
Dari kampung Reweng tempat kelahirannya hingga ruang kelas sederhana di SDK Nunang, langkah Bapak Frans tak pernah goyah. Ia mulai dari SD Nunang (1965--1971), menapak ke SMPK Mutiara Rekas, SMA Swadaya Ruteng, hingga PGAK dan Universitas St. Paulus Ruteng. Pendidikan baginya bukan sekadar ijazah, tetapi tangga untuk melayani.
Menjadi guru di SDK Cereng (1986--1993) adalah awal dari pengabdian panjangnya. Di sana, ia tidak sekadar mengajar abjad dan angka, tetapi menanamkan nilai dan cinta kasih. Anak-anak mengenalnya sebagai Bapak yang sabar dan hangat; masyarakat melihatnya sebagai panutan dan pemersatu.
Ketika ia kembali ke SDK Nunang tahun 1993, ia pulang bukan hanya sebagai guru, tapi sebagai pemimpin (kepala sekolah) yang membentuk masa depan. Hingga pensiun pada 2020, ia tetap setia---menjadi pelita di tengah keterbatasan, menjadi oase di tengah kegersangan zaman. Ia tak pernah mencari pujian, tapi kebaikannya membuatnya dikenang.
Iman yang Berbuah dalam Pelayanan
Tak hanya di sekolah, Bapak Frans menghidupi imannya dalam pelayanan di Gereja St. Mikael Nunang sebagai Ketua Dewan Paroki, Prodiakon, dan pejuang lingkungan. Iman baginya adalah tindakan: merawat bumi, mencintai sesama, dan memberi diri sepenuh hati. Ia tidak memisahkan antara doa dan kerja, antara altar dan tanah, antara langit dan kehidupan nyata.