Mohon tunggu...
STENY MUNTIR
STENY MUNTIR Mohon Tunggu... KEPALA SEKOLAH

Saya adalah seorang guru yang mencintai dunia literasi—membaca dan menulis adalah napas hidup saya. Lewat media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, dan Twitter, saya berbagi inspirasi, motivasi, dan semangat belajar. Bagi saya, menjadi pendidik bukan hanya soal mengajar di kelas, tapi juga menyentuh hati lewat kata dan karya, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Selanjutnya

Tutup

Love

Cahaya yang Tak Pernah Padam

6 Juni 2025   16:50 Diperbarui: 6 Juni 2025   17:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cahaya yang Tak Pernah Padam

In Memoriam Bapa Frans Napang
(Reweng, 12 Desember 1956 -- Jakarta, 6 Juni 2023)

Hari ini, tepat dua tahun sudah sejak sosok terkasih itu kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Dua tahun yang terasa cepat namun menyisakan ruang-ruang rindu yang tak pernah sepi. Bapak Frans Napang---seorang guru, ayah, pemimpin, sahabat, dan pelayan yang setia---telah menuntaskan ziarah hidupnya, namun jejak langkah dan getar kasihnya terus bergema dalam kehidupan orang-orang yang pernah disentuhnya.

Dalam diam dan kesederhanaannya, Bapak Frans adalah cahaya---yang tak pernah berkoar, namun selalu menerangi. Tutur katanya lembut, namun penuh makna. Sikapnya tenang, namun sarat kebijaksanaan. Beliau bukan hanya hadir, tetapi menghadirkan; bukan hanya mendengar, tetapi memahami; bukan hanya mengajar, tetapi membentuk jiwa.

Langkah Seorang Penabur Harapan

Dari kampung Reweng tempat kelahirannya hingga ruang kelas sederhana di SDK Nunang, langkah Bapak Frans tak pernah goyah. Ia mulai dari SD Nunang (1965--1971), menapak ke SMPK Mutiara Rekas, SMA Swadaya Ruteng, hingga PGAK dan Universitas St. Paulus Ruteng. Pendidikan baginya bukan sekadar ijazah, tetapi tangga untuk melayani.

Menjadi guru di SDK Cereng (1986--1993) adalah awal dari pengabdian panjangnya. Di sana, ia tidak sekadar mengajar abjad dan angka, tetapi menanamkan nilai dan cinta kasih. Anak-anak mengenalnya sebagai Bapak yang sabar dan hangat; masyarakat melihatnya sebagai panutan dan pemersatu.

Ketika ia kembali ke SDK Nunang tahun 1993, ia pulang bukan hanya sebagai guru, tapi sebagai pemimpin (kepala sekolah) yang membentuk masa depan. Hingga pensiun pada 2020, ia tetap setia---menjadi pelita di tengah keterbatasan, menjadi oase di tengah kegersangan zaman. Ia tak pernah mencari pujian, tapi kebaikannya membuatnya dikenang.

Iman yang Berbuah dalam Pelayanan

Tak hanya di sekolah, Bapak Frans menghidupi imannya dalam pelayanan di Gereja St. Mikael Nunang sebagai Ketua Dewan Paroki, Prodiakon, dan pejuang lingkungan. Iman baginya adalah tindakan: merawat bumi, mencintai sesama, dan memberi diri sepenuh hati. Ia tidak memisahkan antara doa dan kerja, antara altar dan tanah, antara langit dan kehidupan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun