Mohon tunggu...
Stefy Thenu
Stefy Thenu Mohon Tunggu... Jurnalis - I am moluccan and proud to be Thenu

Journalist, writer, organizer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Curhat Orang Maluku untuk Indonesia

29 September 2015   18:30 Diperbarui: 30 September 2015   06:44 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa keemasan dari partisipasi “Orang Maluku” dalam pemerintahan pascakemerdekaan sampai orde lama, mulai terkikis sejak orde baru sampai saat ini. Padahal, di era Bung Karno, orang Maluku mendapat posisi sangat istimewa , melalui Dr Johannes Leimena (Wakil Perdana Menteri) dan Prof Dr Gerrit A. Siwabessy (Menteri Badan Tenaga Atom Nasional).

Leimena bahkan tercatat sebagai tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia dan satu-satunya Menteri Indonesia yang menjabat sebagai menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus.

Mubes ini juga berangkat dari keprihatinan lantaran pemerintah dinilai mengabaikan masyarakat Maluku dalam kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak sebanding dengan kontribusi yang diberikan.

Kebijakan pemerintah dalam MP3EI berupa penetapan Lumbung Ikan Nasional dan Poros Maritim Indonesia belum dapat memenuhi harapan masyarakat Maluku. Padahal, Maluku memberikan sumbangan yang sangat luar biasa besar dari sektor keualatan dan perikanan. Potensi perikanan 1,7 juta ton per tahun atau sekitar 27 persen dari stok nasional. Adapun kontribusi produksi perikanan di Maluku lebih dari 6 persen produksi nasional.

Selain itu, adanya kesulitan bari putra-putri daerah Maluku untuk tumbuh dan berkembang secara berkualitas untuk berpartisipasi dalam pemerintahan di Indonesia. Masyarakat Maluku merasa, bahwa putra-putri daerah Maluku diabaikan dalam kebijakan Pemerintah Pusat.

Tak heran, acara yang digagas oleh Pemprov Maluku ini mendapat dukungan penuh Gubernur Maluku, Said Assagaf. ”Kami siapkan Mubes Mama ini dengan baik, karena bagi saya kalau mulai dari sekarang kita tidak main, dalam arti tidak membesarkan Mubes ini, maka kedepan nanti ketika terjadi pergantian kabinet, kita tidak juga diperhatikan.


Padahal kita tahu, masa depan bangsa ini ada bagian timur. Makanya dari sekarang saya ingin setiap tahun kita bicarakan ini terus supaya Pemerintah Pusat juga mendengar kita, mendengar apa keinginan masyarakat Maluku,” tegas Said Assagaf, dalam pertemuan mematangkan acara Mubes bulan Juli lalu.

Sungguh ironis, memang. Maluku dengan kekayaan laut yang luar biasa besar harus hidup dalam keterpurukan. Maluku kini tercatat sebagai provinsi termiskin nomor empat di Tanah Air, padahal memiliki 25 blok migas. Bahkan satu blok diantaranya yakni Blok Masela memiliki kandungan sangat besar yang dapat diproduksi selama 30 tahun.

Perhelatan ini jelas bukan lagi sekadar "curhat" masyarakat Maluku, melainkan sebuah sinyal agar pemerintah pusat tidak lagi "setengah hati" memperhatikan Kawasan Timur Indonesia (KTI), khususnya Maluku.

Menurut hemat saya, tawar-menawar itu tak hanya sekadar diakomodasinya “wakil” orang Maluku dalam pemerintahan, melainkan bagaimana orang Maluku lebih diberdayakan dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi di negeri ini. Orang Maluku tak sekadar ditempatkan sebagai penonton dari pembangunan, melainkan sebagai pelaku sekaligus penikmat kue pembangunan.

Orang Maluku, telah banyak berkontribusi dalam kancah nasional dan internasional. Di bidang olahraga, ada Elias Pical yang menjadi juara dunia tinju, juga ada nama-nama besar lainnya dalam Timnas sepakbola Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun