Perlu diteliti juga masa sebelum raja Manoppo dan bagaimana para penggantinya kemudian, dan bagaimana mereka menjadi Islam. Kiranya terkait dengan pengaruh Islam di wilayah Bolaang Mongondow itu yg menjadi basis rakyatnya, terutama pada saat Portugis meninggalkan wilayah BolMong, Minahasa, Gorontalo dan  Nusa Utara karena perjanjian perang-damai dengan kolonial Spanyol.
Ada banyak pertanyaan bisa diajukan untuk dijawab dalam penelitian atas tesis "hubungan kekerabatan orang BolMong dan Minahasa" yang diajukan penulis buku PDHLM itu. Kiranya ini menarik perhatian para peneliti dan ilmuwan termasuk kalangan akademis kampus.
Mesti cukup fakta untuk memaparkan dan menilai sejauh mana hubungan  kekerabatan  tersebut.
Yang jelas, orang Minahasa bisa sampai ke daerah Gorontalo juga, dengan bukti ada dotu Suawah bersama komunitasnya yg membangun satu wilayah di sana. Sudah pasti wilayah yg lebih dekat yakni Bolaang Mongondow lebih gampang dicapai secara geografis.
Apalagi faktanya ada banyak orang keturunan Minahasa bermukim di wilayah itu. Bahkan sudah kawin mahwin dengan penduduk sekitar. Apakah mereka itu hanya terkait dengan kelompok orang dari zaman program transmigrasi di zaman kolonial Belanda saja, atau sudah ada sebelumnya?
Sekali lagi, ada banyak pertanyaan yg mesti dijawab lewat penelitian komprehensif.Â
Kiranya etimologi dua kata itu seperti ditemukan dan dijelaskan oleh Boseke di atas mungkin bisa membuka perspektif sejarah dengan cakrawala baru, dan bahwa sesungguhnya kita semua hanyalah manusia (individu dan komunitas) pesiarah yang ingin eksis dan menjalani kehidupan dengan damai, namun tak jarang bahkan sering terungkap fakta fenomenologis bahwa nafsu dan kuasa terutam dari para elite internal dan eksternal itulah yg membuat kita mesti saling curiga bahkan konflik tak berkesudahan, bahkan hingga zaman Indonesia merdeka dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika itu tahun 1945, bahkan sejak tekad persatuan tahun 1928, yang berjejak pada zaman kebangkitan bangsa 1908 untuk bebas dan bermartabat sebagai sebuah bangsa seperti bangsa-bangsa kolonial.
Jadi, ungkapan seperti "torang samua basodara" dan segala varian ungkapannya di jasirah tanah damai nan subur itu memang benar dan baik adanya menjadi idealitas peradaban komunal yg melampaui segala perbedaan yg terbentuk dan dibentuk karena dan dalam kisah dan para pelaku serta elit penentu sejarah itu sendiri.#
I Yayat U Leos (angkatlah panji kebaikan sepenuh jiwa raga)Â