Ini sekedar deskripsi dan analisa terbatas saja. Tapi intinya adalah sebuah kemunduran bila orang Minahasa masih punya state of mind kebanggaan semu dan tak relevan lagi terkait bamelayu daripada matoudano, mahtombulu dst... Pertanyaan lanjut lebih mendesak adalah apa dan bagaimana langkah strategis untuk transformasi dalam upaya pengembangan bahasa asli Minahasa sebagai bagian inheren budaya Minahasa itu?
Salam hormat,
Stefi Rengkuan
Tou Tataaran Dua (mahtombulu wo matoudano)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!