Mohon tunggu...
Stefanus Rahoyo
Stefanus Rahoyo Mohon Tunggu... Dosen - Mantan Guru

Mantan guru yang sekarang menjadi dosen sambil bergelut dengan dunia perbukuan sebagai pekerja buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitos Kemiskinan sebagai Penyebab Terorisme

3 April 2021   08:28 Diperbarui: 3 April 2021   08:31 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nasional.okezone.com

Pernyataan atau kesimpulan yang menuduh kemiskinan (ekonomi) sebagai salah satu penyebab terorisme merupakan pernyataan atau kesimpulan yang tidak hanya serampangan tetapi sekaligus menghina kaum miskin! 

Entah bagaimana tuduhan itu dibangun, tetapi bila kita mau sedikit mengolah nalar, jelas sekali bahwa itu adalah tuduhan sembrono. Mari kita lihat faktaya. 

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), jumlah orang Indonesia yang terlibat terorisme tahun 2016 sekitar 2,7 juta orang. Padahal, pada tahun yang sama, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa jumlah penduduk miskin sebanyak 28 juta orang lebih. 

Logika sederhananya, bila benar kemiskinan ekonomi menjadi penyebab orang terlibat terorisme; seharusnya minimal 22 juta orang Indonesia menjadi teroris. Faktanya, jumlah teroris hanya sekitar 9,6% dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin Indonesia. 

Apalagi terbukti bahwa orang yang tidak miskin pun bisa terlibat terorisme. Sebut saja pelaku bom bunuh diri Surabaya. Pelakunya adalah seorang pengusaha, memiliki rumah, punya mobil dan motor. 

Apakah keluarga teroris ini miskin? Jelas tidak! Sebut lagi suami-istri yang ditangkap polisi di Condet, Jakarta Timur setelah peristiwa bom bunuh diri di Katedral Makassar baru-baru ini. Ia punya show room mobil bekas. Jelas, orang ini tidak miskin!

Belum lagi bila kita telusuri asal daerah teroris. Peneliti terorisme Al Chaidir menyebutkan beberapa daerah yang paling rawan menjadi sarang teroris antara lain Poso (Sulawesi Tengah), Solo (Jawa Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan), Ciamis (Jawa Barat), Sumateri Utara dan Batan (Kepulauan Riau). 

Bila benar kemiskinan menjadi penyebab terorisme, mestinya kabupaten/kota yang disebut Chaidir ini merupakan daerah termiskin. Faktanya, untuk Kabupaten Sulawesi Tengah, misalnya, kabupaten/kota termiskin berturut-turut adalah Tojo Una-una, Donggala, Parigi, Moutong baru Poso. Poso nomor 5 termiskin dari 14 Kabupaten/Kota. 

Jawa Tengah sama saja. Solo sama sekali tidak termasuk 10 besar kabupaten/kota termiskin di Jawa Tengah. Lima kabupaten/kota termiskin Jawa Tengah adalah Wonosobo, Brebes, Purbalingga, Rembang, dan Sragen. Nusa Tengga Barat, kabupaten/kota termiskin adalah Lombok Barat, Lombok Timur, baru Bima. 

Untuk Sulawesi Selatan, Makassar justru merupakan kota terakhir paling miskin dari 24 Kabupaten/Kota (artinya, Makassar merupakan kota paling kaya di Sulawesi Selatan). 

Bila benar kemiskinan merupakan penyebab terorisme; mestinya kabupaten/kota yang menjadi sarang terorisme adalah Tojo Una-una atau Wonosobo atau Lombok Barat atau Jene Ponto dan bukan Bima, Poso, Solo, Makassar, Ciamis dan Batam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun