Mohon tunggu...
Politik

Indonesiaku, Indonesiamu, dan Indonesia Kita

14 November 2017   19:49 Diperbarui: 14 November 2017   20:15 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia. Untuk mayoritas orang di dunia ini, Indonesia mungkin hanya berarti sebuah nama negara. Bagi masyarakat kita sendiri, mungkin Indonesia adalah suatu wilayah, tempat tinggal dan bermukim. Atau, Indonesia hanya sebatas identitas yang tertera di paspor saja?

Bila Anda pergi ke luar negeri, dan ditanya asal negara Anda, akankah Anda menjawab "Indonesia" dengan lugas dan tegas dengan wajah penuh kebanggaan? Ataukah Anda akan menjawab "Indonesia" dengan suara kecil dan asal-asalan dengan wajah tidak senang? Apakah menurut Anda, pertanyaan tentang negara asal Anda adalah suatu hal yang sensitif bagi Anda?

Ketika mereka merespon dengan mengatakan hal-hal jelek tentang Indonesia, misalnya, kasus korupsi pejabat pemerintah, akankah Anda tetap mengakui Indonesia akan sebagai negara Anda? Atau, Anda akan ikut menghujat negara Anda sendiri dan mencurahkan seluruh ketidakpuasan Anda terhadap Indonesia?

Atau, ketika mereka merespon dengan pujian dan meninggi-ninggikan Indonesia, misalnya, mengagumi keindahan alam Indonesia, Anda baru akan mengakui Indonesia sebagai negara Anda?

Sebagai WNI yang lahir dan tinggal di Indonesia, saya sebenarnya sedikit kecewa dengan orang-orang yang hanya mau mengakui Indonesia karena sisi positifnya saja, atau dari kelebihannya saja. Namun bila ada orang lain yang menjelek-jelekkan Indonesia, mereka malah ikut menghujat negaranya sendiri, lebih semangat mencela segala macam kebobrokan yang ada.

Saya menganalogikan Indonesia sebagai seorang ibu. Tidak ada sosok ibu yang sempurna bagi setiap orang. Pasti ada saja kekurangan (dan kelebihan) dari sosok ibu tersebut. Seumpama, Anda kebetulan memiliki ibu yang terlibat dengan kasus korupsi. Seburuk apapun ibu Anda dalam persepsi orang lain atau masyarakat, toh Anda akan tetap mengakuinya sebagai ibu. Anda sebagai anak, jelas-jelas merupakan darah dan dagingnya. Ia yang melahirkan Anda, ia yang bersusah payah menghidupi Anda dengan segala kekurangannya. Tanpa ibu, Anda mungkin tidak akan dilahirkan dan hidup seperti sekarang. Ada suatu ikatan yang tidak dapat melepaskan seorang anak dan ibunya. Secara langsung atau tidak, sosok ibu yang seperti itulah--dengan segala kekurangan (dan kelebihannya) yang membentuk pribadi Anda hingga menjadi seperti sekarang.

Namun, dari sekian banyak sifat jelek yang ia miliki, sedikit-banyak juga ia memiliki sifat baik yang mungkin orang lain tidak sadari. Mungkin orang lain hanya melihat yang buruknya saja. Tapi, Anda sebagai anak, pasti ada sedikit keinginan untuk merubah ibu Anda sebagai seorang ibu yang Anda dambakan. Sedikit demi sedikit, tidak ada salahnya Anda kembali menuntunnya ke jalan yang benar hingga ia dapat menjadi seorang ibu yang sesuai dengan ekspektasi Anda.

Saya menganggap Indonesia seperti sosok ibu diatas. Mengutip dari perkataan Carl Shurz, "My country, right or wrong; if right, to be kept right; and if wrong; to be set right." Benar atau salah, itulah negara kita. Dan apabila itu buruk/salah, tugas kitalah membawa Indonesia kembali ke jalan yang benar. Jadi, seburuk apapun Indonesia dimata dunia dan orang lain, saya tetap akan mengakui Indonesia sebagai negara saya.

Sebagai warga negara yang baik, seharusnya saya (dan Anda) melakukan sesuatu terhadap Indonesia, bukan hanya bungkam tanpa bertindak--pasrah saja saat negara kita dicela oleh orang lain. Saya mungkin memang belum melakukan suatu hal yang berarti bagi Indonesia---selain ikut menentukan pilihan saat Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2014 kemarin---bila bisa dihitung sebagai sesuatu yang penting. Namun, saya berharap, lewat tulisan ini, saya dapat memotivasi orang lain untuk berbuat sesuatu yang lebih dari saya, sesuatu yang berarti untuk negara Anda, negara saya, negara kita, Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun