Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

DtC: Apa yang Menghambat Transformasi Digital Anda?

19 September 2022   08:55 Diperbarui: 19 September 2022   08:57 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Selalu saat ditanya, apa yang menghambat transformasi digital di perusahaan / instansi kita, maka kita akan berpikir keras sesaat, hingga akhirnya kita menyimpulkan beberapa hal.

Pertama, teknologi dan data. Ini yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita. Betapa teknologi terbaru bisa menyulitkan. Mengapa? Karena kita sudah memiliki sistem yang baku (padahal kaku). Bahkan cenderung sistem yang kita miliki kadaluarsa. Mungkin juga masih sebagian besar manual. Belum lagi bicara infrastruktur TI yang ketinggalan jaman. Ada lagi kesulitan dalam integrasi sistem dan menggabungkan data.

Teknologi memang selalu menjadi tantangan terbesar. Tapi saat kita berniat melakukan transformasi secara digital, mau tidak mau kita harus mengurainya. Sistem yang telah berjalan seringkali kaku karena memang sudah berjalan tahunan, bahkan puluhan tahun. Teknologi merubah sistem ini menjadi sangat fleksibel. 

Dulu kita harus datang ke kantor dulu sebelum ke konsumen, karena harus absensi di kantor. Sekarang tidak lagi, semua bisa dilakukan dari smartphone kita. 

Belum lagi kesulitan integrasi, penggabungan data. Dulu ada double atau triple entry, memasukkan data yang sama ke dalam berbagai sistem. Dengan tujuan yang sama, diperkenalkanlah integrasi data, integrasi aplikasi, mereka bisa bertukar data melalui API. 

Kedua, fokus jangka pendek. Seringkali kendala transformasi digital itu karena kita terlalu berfokus pada jangka pendek. Kita ingin A , ingin B, tapi hanya durasi pendek. 

Target jangka pendek ini seringkali merusak tatanan target transformasi yang kita buat. Kita ingin agar semua orang bisa absensi dengan mudah, maka target jangka pendeknya hanya agar orang bisa absensi saja. Maka teknologi yang dipilih hanya input data di google form. Kelihatannya berjalan, tapi tidak bisa untuk jangka panjang.

Ketiga, sumber daya manusia. Selalu bicara ini. Dua hal diatas menunjukkan bagaimana budaya digital yang harus diterapkan dalam perusahaan dan instansi. Inilah yang seringkali gagal. Faktor  SDM yang tidak mau berubah, dan membuat manajemen tidak mau berubah juga. Maka satu yang pernah saya bahas, ganti SDM, upgrade SDM. Perkerjakan hanya mereka yang siap berubah, siap dan mau bertransformasi.

Percuma mempertahankan orang kaku, yang akan membuat organisasi menjadi beku. Jangan ragu, ambil langkah terbaik untuk mendapatkan SDM terbaik.

Keempat, sudah kebiasaan lama. Seringkali tidak bisa berubah karena kita telah sangat terbiasa dengan tingkah laku, proses dan pengambilan keputusan yang lama. 

Sudah nyaman dengan kondisi itu. Sehingga, kita tidak mau berubah. Karena transformasi digital pasti merubah proses bisnis. Pastinya merubah tingkah laku. Yang tadinya lambat, bisa dikerjakan santai harian, sekarang dalam jam, bahkan menit bisa selesai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun