Mohon tunggu...
fanky christian
fanky christian Mohon Tunggu... Full Time Blogger - IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

IT Specialist, khususnya infrastruktur, aktif di beberapa Asosiasi IT, suka mengajar dan menulis, fokus kepada IT , enterpreneurship, content marketing. Mengembangkan Daya Cipta Mandiri Group, EventCerdas, 521Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semoga Mereka Sudah Melangkah Beriringan

5 Mei 2022   09:20 Diperbarui: 5 Mei 2022   09:22 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesetaraan hak pendidikan - Koleksi Pribadi Posting Linkedin Prof Ahmad Syamil

Muncul kembali foto ini di dalam linkedin dari senior saya, Prof Ahmad Syamil. Foto yang membuat saya tertegun dan bertanya kembali, apakah kita sudah menemukan kenyataan ini di sekitar kita, atau malah sebaliknya, masih ada yang seperti ini di lingkungan kita.

Bila kita melihat beberapa tahun ini, hampir tidak saya ketahui ada yang tidak bersekolah karena tidak ada uang. Semua bisa bersekolah karena memang pemerintah kita telah membuat biaya pendidikan menjadi sangat minim, murah. 

Saya jadi ingat waktu kecil, saya bersekolah di sekolah negeri, hingga tamat STM. Maka seharusnya tidak ada lagi orang yang kesulitan tidak bisa bersekolah karena alasan biaya, tapi mungkin ada karena tidak mau menyekolahkan anaknya. 

Dua tahun ini bahkan kita belajar dari rumah. Tidak perlu lagi ke sekolah, mereka belajar hanya dari TV, Internet via tablet atau laptop. Semua sudah berubah, cara belajar kita. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah kita benar-benar telah merdeka dari tidakadanya pendidikan untuk anak-anak kita. 

Saya yakin untuk di kota besar, kota kecil tidak banyak yang mengalami ini. Tapi bila kita bicara agak masuk ke daerah, pelosok, sangat mungkin masih banyak anak-anak yang harus memilih, antara sekolah dan membantu orangtuanya mencari nafkah. 

Kesetaraan pendidikan di era digital harus tetap diperjuangkan. Mereka yang tidak bisa bersekolah juga tetap harus mendapatkan kesempatan untuk bersekolah. 

Saya bersyukur mengetahui banyak program yang dibuat oleh komunitas, perusahaan yang mendukung agar orang tetap bisa bersekolah di tengah kekurangan. 

Mereka tidak muncul ke permukaan, tapi mereka menyentuh mereka yang tidak bisa bersekolah. Memang tidak semua fasilitas digital bisa disediakan, tapi mungkin hanya dengan 1 tv bersama, mereka bisa belajar bersama. 

Selanjutnya apakah kita siap menuju SDM unggul yang kita targetkan? Ini pertanyaan besar untuk kita semua. Saat kita melihat ada siswa yang tidak bisa mengakses bahan ajar karena tidak mengerti gunakan tablet, gunakan komputer, mereka hanya mengandalkan TV yang mereka bisa lihat , belajar satu arah, tanpa guru yang membimbing.

Semoga pandemi ini cepat berlalu, dan kembali guru akan menyapa mereka, mengajar mereka secara langsung dan mereka mendapatkan pengetahuan secara langsung. 

Teknologi digital memang menjadi pilihan untuk kita bisa belajar, tapi peran guru tidak akan pernah tergantikan. Peran guru tetap diperlukan di masa teknologi digital sekalipun, dengan cara dan metode belajar mengajar yang semakin berkembang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun