Dulu, dulu dan dulu! Kata berulang yang diucap nenek ketika berkisah tentang masa mudanya. Jangan, jangan dan jangan ketika anak-cucu ingin merapikan kamar yang bertabur harta di kamarnya. Bermuara pada kenangan ketika raga telah menua, asal membuatnya bahagia.
Ingatan menjadi nyata, bila divisualkan dalam bentuknya tiga dimensi. Bangku panjang yang patah kakinya, mesin ketik manual yang sebagian berkarat di bagian huruf-hurufnya, lemari kayu yang engselnya hilang satu, dan untaian kalung batu masih tersimpan di kamar.
Seolah menyatu dalam jiwa, bangku panjang adalah bangku kenangan yang mengingatkan pada suasana romantis bersama kakek. Begitu pula mesin ketik, yang sempat mengganggu waktu tidur ketika anak sulungnya menyelesaikan skripsi.
Selain itu, kenangan lain pun terngiang di sosok sanak keluarga, dan kawan-kawan yang terlibat dalam perjalanan hidup nenek. Mereka-mereka telah menorehkan kenangan yang sering disampaikan berulang untuk menguatkan sebuah pesan terbaiknya.
Kenangan demi kenangan, membekas ketat di sanubari nenek, nyata-nyata telah membahagiakan hidupnya, dan merasa berarti.
Permenungan buat kita-kita, menghormati nenek atau yang dituakan, dengan cara menyimak dengan hati saat beliau berkisah. Meski terkadang bosan, yang muda tetap harus menjaga agar nenek tetap bahagia dan bangga dengan masa lalunya.
Lambat tapi merambat, kita pun akan menua, dan mungkin saja menjadi bahagia dengan cara berbagi kenangan meski berulang.
Bandung, 11 Juni 2019