Mohon tunggu...
S Susanto
S Susanto Mohon Tunggu... -

niat baik, berbuat yang terbaik, untuk kebaikan sesama...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemenangan Jokowi merubah paradigma politik nasional

20 September 2012   11:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:10 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada DKI telah berlangsung dengan lancar hari ini. Walaupun belum resmi diumumkan oleh KPUD sudah banyak lembaga survey yang melaksanakan Quick Count mengumumkan kemenangan sementara pasangan Jokowi - Ahok. Walaupun dari lembaga survey yang berbeda-beda menariknya hasil hitung cepat oleh lembaga survey tersebut hampir mirip hasil perhitungannya yaitu berkisar di angka 54% untuk kemenangan Jokowi-Ahok dan 46% untuk pasangan Foke-Nara. Menyimak semua hasil hitung cepat ini, hampir dapat dipastikan bahwa pasangan Jokowi-Ahok akan memenangi Pilgub putaran kedua ini karena berdasarkan pengalaman yang dulu-dulu hasil hitung cepat tidak akan jauh dengan hitungan manual yg dilakukan KPUD. Kalaupun ada selisih itu tidak akan mencapai prosentase yang signifikan.

Kemenangan Jokowi ini telah menimbulkan euforia di mana-mana. Bukan hanya di Jakarta, luapan kegembiraan juga begitu terasa di Solo, kota asal Jokowi. Jokowi dianggap sebagai simbul rakyat melawan dominasi partai. Sehingga kemenangan Jokowi dimaknai sebagai kemenangan rakyat melawan koalisi partai-partai. Kemenangan Jokowi ini diyakini membawa efek berantai yang bisa merubah paradigma politik nasional. Kemenangan Jokowi telah merubah paradigma lama bahwa koalisi partai adalah segala-galanya. Paradigma tentang dominasi partai tersebut hari ini sudah diuji dan ternyata salah. Pasangan Jokowi-Ahok yang hanya didukung oleh dua partai dengan prosentase di DPRD DKI sekitar 18% saja, mampu mengalahkan pasangan lawan yang didukung oleh mayoritas partai-partai besar. Kekuatan figur ternyata mampu mengalahkan hegemoni partai.

Kedepan, kemenangan Jokowi ini akan menjadi trend di pilkada daerah lain bahkan mungkin di pemilihan umum yg berskala nasional. Sekarang muncul paradigma baru bahwa kekuatan figur atau karakter adalah kunci utama sebuah kemenangan bukan lagi partai karena rakyat tidak lagi loyal terhadap partai. Hal ini akan berdampak serius pada pertarungan di 2014. Kalo trend pilkada Jakarta ini melanda seluruh negeri maka pada pilpres nanti rakyat akan memilih figur-figur pekerja seperti Jokowi ini. Hitungan saya akan ada figur-figur alternatif yang nanti muncul dalam pilpres kedepan. Figur-figur baru itu pasti munculnya dari tokoh-tokoh pekerja keras yang tentunya datangnya dari luar partai. Karena rakyat pasti tidak lagi percaya dengan figur-figur yang merupakan tokoh partai. Trend baru yang cukup menggelitik adalah bahwa rakyat tidak lagi percaya tokoh-tokoh partai. Yang harus dicatat juga adalah bahwa Jokowi bisa menang  karena keberhasilannya menjaga jarak dengan partai pengusungnya, walaupun sebagai formalitas tetap harus dekat dengan tokoh-tokoh partai. Baju kotak-kotaklah yang berhasil menjaga perasaan pemilih yang anti partai.

Untuk sekala daerah, harapan kita adalah bahwa kedepan Jokowi akan ditiru oleh para pejabat atau calon pejabat yang ingin memenangkan pertarungan dalam pilkada. Rekam jejak seorang kandidat akan sangat menentukan sebuah kemenangan. Pemilih pasti akan memilih kandidat yang punya rekam jejak bagus dalam menjalankan program-program yang menyejahterakan rakyat dan akan menghukum mereka yang gagal memenuhi harapan rakyat dan ini sungguh sangat sehat. Rakyat benar-benar makin cerdas. Sehingga nanti tidak ada lagi pejabat yang arogan, pejabat yang main pencitraan. Semua akan mulai bekerja dan bekerja keras untuk rakyat karena rakyat akan mencatatnya. Rakyat tidak akan lagi bisa dibohongi dengan pencitraan-pencitraan yang dilakukan menjelang pilkada. Apakah ini artinya partai akan dijauhi oleh para kandidat pemimpin? Tentu partai masih akan dibutuhkan untuk menjadi kendaraan pada saat pendaftaran calon dan untuk konsolidasi saat terpilih karena bagaimanapun partai menguasai parlemen. Semua kebijakan dan program pemerintah harus melibatkan partai. Itu saja alasan kenapa masih membutuhkan keterlibatan partai. Namun ketergantungan kepada partai ini lama-kelamaan akan semakin memudar seiring dengan penguatan rakyat sebagai civil society.

Semoga virus kemenangan Jokowi ini benar-benar mampu memberikan efek positif bagi seluruh pejabat, minimal mereka akan takut tidak terpilih jika tidak bisa memenuhi harapan rakyatnya.

Buat Bang Jokowi-Ahok...Selamat datang di Jakarta!!

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun