Mohon tunggu...
Sri Yulia Kartika
Sri Yulia Kartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Kehidupan Pemuda: Bagaimana Keterlibatan Kesehatan Mental Terhadap Tindakan Kriminalitas

1 April 2024   10:48 Diperbarui: 1 April 2024   11:11 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehidupan setiap individu akan selalu bergerak dan terus mengalami perubahan. Begitupun dalam kehidupan para pemuda yang selalu berdinamika dengan diwarnai segala macam perubahan baik dari segi fisik, sosial hingga emosional. Hal ini dikarenakan masa muda menjadi fase transisi, yang dimana diisi dengan segala macam tantangan dan perubahan. Kehidupan para pemuda akan dipenuhi dengan pencarian identitas, ekspektasi sosial bahkan tekanan secara akademis maupun pekerjaan. Sehingga, dalam hal ini kesehatan mental merupakan aspek penting yang terlibat pada kehidupan pemuda dalam menentukan perilaku dan keputusan mereka.

Kesehatan mental merupakan salah satu bagian dari kesehatan umum yang sangat penting, namun seringkali dianggap sebagai suatu hal yang sepele. Dalam kehidupan pemuda, kesehatan mental sangat mempengaruhi aktivitas mereka sehari-hari. Dengan kondisi kesehatan mental yang baik dan stabil, tentu akan sangat membantu kehidupan pemuda dalam mengelola emosi, mengatasi stress serta mengurangi risiko-risiko gangguan mental.

Dalam menghadapi dinamika kehidupan pemuda yang diwarnai perubahan dan persoalan didalamnya pun memerlukan kondisi kesehatan mental yang baik. Hal ini dikarenakan, jika perubahan serta persoalan yang terjadi dan dihadapi oleh pemuda dalam kehidupan mereka tidak disertai dengan kesehatan mental yang stabil, maka dapat memicu masalah mental emosional bahkan menimbulkan tindakan yang tidak dapat terkontrol seperti kriminalitas.

 Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, World Health Organization (WHO) menyatakan dalam laporannya bahwa 1 dari 5 remaja usia 16 tahun telah menderita masalah kesehatan mental. Terdapat 104 dari 1.000 remaja berusia sekitar 15 tahun didiagnosa telah menderita masalah mental emosional. Adapun di Jerman, anak muda berisiko menderita masalah kesehatan mental dikarenakan sebanyak 20% remajanya mengalami masalah dengan teman sebaya. Di Indonesia pun masalah kesehatan mental dikalangan anak muda telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini telah disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), yang dimana mental emotional disorder yang dialami oleh anak muda di Indonesia naik dari 6,1% menjadi 9,8%.

Dengan melihat tingkat masalah kesehatan mental yang tinggi dikalangan anak muda, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo juga menuturkan bahwa antara kesehatan mental dan kriminalitas memang memiliki hubungan yang erat. Bahkan beliau menyampaikan bahwa akibat dari masalah kesehatan mental tersebut dapat menciptakan perilaku anak muda yang brutal serta mudah terpancing untuk melakukan tindakan kriminal. Pernyataan bahwa kesehatan mental dan kriminalitas memiliki hubungan yang erat juga didukung oleh sosiolog kriminal Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto, menyatakan bahwa kondisi psikologi yang tidak terkendali, secara umum memang mempengaruhi terjadinya kriminalitas.

Keterlibatan masalah kesehatan mental terhadap tindakan kriminalitas dapat dibuktikan dengan banyaknya fenomena 'klitih' yang terjadi di Yogyakarta dengan dugaan pelakunya yaitu mayoritas dari kalangan anak muda. Selain itu, dapat dibuktikan juga dengan tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh sekelompok pemuda yang tergabung dalam geng motor di kota Pekanbaru Provinsi Riau. Sejak Januari hingga Mei 2013 terhitung ada 8 kasus kriminal yang terjadi. Kriminalitas yang mereka lakukan yaitu dalam bentuk pengrusakan, pencurian dengan kekerasan, penganiayaan bahkan pemerkosaan. Salah satu indikasi dari terjadinya tindakan-tindakan kriminalitas tersebut diduga karena mental emotional disorder yang menyerang anak muda.

Pemuda dengan memiliki masalah akan kesehatan mental berisiko lebih tinggi untuk melakukan perilaku kriminal seperti kekerasan, penggunaan narkoba, atau bahkan melukai diri sendiri. Sejumlah faktor seperti impulsif, ketidakmampuan untuk mengontrol emosi, dan persepsi yang menyimpang dapat berpengaruh pada kecenderungan mereka untuk melakukan perilaku tersebut.

Selain itu, stigmatisasi terhadap kondisi kesehatan mental juga masih menjadi masalah serius di masyarakat. Stigma ini dapat menyebabkan penderitanya merasa malu atau takut untuk mencari pertolongan, yang dapat memperburuk kesehatan mental mereka. Tidak hanya itu, stigma juga dapat memberikan dampak pada penilaian masyarakat terhadap orang dengan masalah kesehatan mental, yang berujung pada diskriminasi atau isolasi sosial.

Lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap kesehatan mental dan kecenderungan kriminal anak muda. Lingkungan yang dipenuhi dengan stres, kekerasan, atau ketidakstabilan dalam masyarakat secara umum dapat meningkatkan potensi terjadinya gangguan mental dan perilaku kriminal. Sebagai gambaran, pemuda yang dihadapkan pada lingkungan yang tidak stabil, seperti kehidupan keluarga yang tidak harmonis atau lingkungan sekolah yang keras, dapat mengalami tingkat stres yang tinggi, yang dapat memicu atau memperparah gangguan mental seperti kecemasan atau depresi.

Namun sebaliknya, kuatnya dukungan sosial dari keluarga, teman, atau komunitas akan membantu melindungi anak muda dari risiko-risiko tersebut. Anak muda yang merasa mendapat dukungan dari lingkungan sosialnya dapat mengatasi stres dengan lebih baik, menangani masalah, dan menumbuhkan keterampilan sosial yang sehat, sehingga meminimalisir terjadinya masalah kesehatan mental dan kriminalitas.

Dengan melihat beragam kasus kriminalitas yang terjadi dikalangan pemuda, tentu kita perlu melakukan pencegahan sedari dini agar tidak semakin mengkhawatirkan untuk kedepannya. Mencegah tindak kriminalitas pemuda yang berkaitan dengan kesehatan mental membutuhkan pendekatan holistik. Hal ini mencakup akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan mental, pendidikan tentang pentingnya kesehatan mental serta bagaimana mengatasi stres, dan dukungan sosial dan psikologis bagi mereka yang membutuhkan. Intervensi dini dan pengobatan yang tepat juga penting untuk menangani masalah kesehatan mental dan menekan risiko perilaku kriminal.

Dalam hal ini, pendidikan juga memainkan peran penting dalam membangun kesadaran akan kesehatan mental dan mencegah stigma terhadap masalah kesehatan mental. Melalui program pendidikan yang bersifat inklusif dan berkelanjutan, dapat membantu kaum muda menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental mereka dan mencari dukungan ketika diperlukan. Melalui pendidikan juga dapat membantu dalam mengenali tanda-tanda awal masalah kesehatan mental.

Selain melalui pendidikan, upaya dalam mengatasi keterlibatan kesehatan mental dalam tindakan kriminalitas anak muda juga membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan dukungan masyarakat yang kuat. Kolaborasi ini melibatkan institusi kesehatan, pendidikan, sosial dan hukum untuk memberikan layanan yang holistik dan terintegrasi kepada kaum muda yang membutuhkan. Dengan adanya kolaborasi ini, kita dapat mewujudkan lingkungan yang menunjang kesehatan mental anak muda dan sekaligus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mencegah terjadinya kriminalitas.

Pada akhirnya, keterlibatan kesehatan mental dikalangan pemuda menjadi masalah kompleks yang membutuhkan pendekatan terpadu. Dengan membangun kesadaran, mengurangi stigma, dan memastikan adanya layanan yang tepat, kita dapat mendorong para pemuda untuk menjaga kesehatan mental mereka dengan lebih baik dan menghindari terjadinya tindak kriminalitas. Dengan kolaborasi lintas sektoral dan dukungan masyarakat, kita dapat mewujudkan lingkungan yang memungkinkan kaum anak muda untuk tumbuh dan berkembang secara sehat.

Referensi :

Devita, Y. (2019). Prevalensi masalah mental emosional remaja di Kota Pekanbaru. Jurnal Keperawatan Priority, 2(1), 33-43.

McGue, M., & Iacono, W. G. (2005). The association of early adolescent problem behavior with adult psychopathology. American Journal of Psychiatry, 162(6), 1118-1124.

Stadler, C., Feifel, J., Rohrmann, S., Vermeiren, R., & Poustka, F. (2010). Peer-victimization and mental health problems in adolescents: are parental and school support protective?. Child Psychiatry & Human Development, 41, 371-386.

Kusuma, W., & Utomo, A. P. (2022, July 1). Gangguan Kesehatan Mental Remaja Naik, Ini Kata Sosiolog Kriminal UGM. Retrieved from Kompas.com: https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/07/01/134418678/gangguan-kesehatan-mental-remaja-naik-ini-kata-sosiolog-kriminal-ugm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun