Mohon tunggu...
Sri Wangadi
Sri Wangadi Mohon Tunggu... Penulis - 📎 Bismillah

📩 swangadi27@gmail.com 🔁 KDI - BTJ

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mengenal Maria Ulfah, Perempuan Pertama dalam Jajaran Kabinet pada Masanya

21 Oktober 2019   18:29 Diperbarui: 21 Oktober 2019   18:36 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gbr : kompas.tv

Sejarah mencatat, ada dua jenis kabinet yang ada di Indonesia. Yang pertama adalah kabinet yang dipimpin oleh presiden dan yang kedua adalah kabinet yang dipimpin dalam parlemen. 

Dalam kabinet presiden, presiden memiliki tanggung jawab atas kebijakan pemerintah sebagai kepala negara dan pemerintahan. Sedangkan dalam kabinet parlemen, kabinet melaksanakan kebijakan pemerintah dan bertanggung jawab terhadap legislatif.

Seperti diketahui, Saat ini masyarakat Indonesia sedang menebak-nebak dan menantikan siapa sosok baru dalam kabinet Jokowi yang akan mengisi istana. Hari ini, Jokowi memanggil sejumlah tokoh calon menteri yang nantinya akan membantu Jokowi dalam kabinet kerjanya.

Dilansir dari laman kompas.com (21/10/2019), Ketua MPR Bambang Soesatyo mengungkapkan, Presiden Joko Widodo menginginkan ada 8 menteri perempuan dalam kabinet. Hal itu terungkap saat beliau menanggapi Christiany Eugenia Paruntu atau Tetty Paruntu, Bupati Minahasa Selatan yang mendatangi istana kepresidenan.

Perempuan memiliki kesempatan untuk menduduki posisi tertinggi dalam pemerintahan. Sebut saja Yohana Yembise, Puan Maharani, Nila F. Moeloek, Rini Soemarno, Siti Nurbaya Bakar, Retno Masurdi, Sri Mulyani, Khofifah Indar Parawansa dan Susi Pudjiastuti adalah beberapa tokoh wanita yang pernah menduduki kabinet kerja di pemerintahan Jokowi.

Lalu, siapakah perempuan pertama yang masuk dalam jajaran kabinet?

Sebelum membahas siapa perempuan pertama yang akan menduduki jabatan menteri dipemerintahan Jokowi-Ma'ruf, kita berkenalan dulu dengan perempuan pertama yang memiliki pengaruh dalam kabinet.

Beliau adalah mendiang Ny. Hj. Raden Ayu Maria Ulfah atau Maria Ulfah Santoso/Maria Ulfah Sastrosatomo. Dari penelusuran berbagai sumber, beliau lahir pada 18 Agustus 1911 di Serang, Banten. Beliau meninggal pada umur 76 tahun tepatnya 15 April 1988 di Jakarta. 

Penyematan nama belakang Santoso pada Maria Ulfah Santoso diambil dari nama suami pertama dan nama Soebadio Sastrosatomo diambil dari nama suami kedua selepas suami pertama tiada.

Mariah Ulfah memiliki Latar belakang keluarga yang fokus terhadap pendidikan. Ayahnya Raden Adipati Arya Mohammad Ahmad merupakan seorang Bupati Kuningan lulusan Hogere Burger School (HBS), dan ibunya juga mengenyam pendidikan di suatu perguruan tinggi. Mariah Ulfa adalah sarjana hukum wanita pertama di Indonesia dari Universitas Leiden Belanda.

Dilansir dari laman kemdikbud (22/12/2017), Maria Ulfah pernah bekerja di kantor Residen Cirebon dengan tugas menyusun peraturan lalu lintas, selanjutnya pindah ke Jakarta dan mengajar di Sekolah Muhammadiyah dan di Sekolah Menengah Perguruan Rakyat yang didirikan oleh para aktivis pejuang kemerdekaan. 

Aktivitas mengajar dilakukan hingga 1942. Beliau juga pernah tergabung di dalam Putera sebagai Majelis Pertimbangan yang dibentuk oleh Jepang dan pernah bekerja di Departemen Kehakiman.

Dimata para tokoh, Maria Ulfah adalah sosok yang patut dibanggakan karena terlibat dalam perjuangan kemerdekaan. Sehingga beliau sering diajak didalam kegiatan-kegiatan politik.

Pada saat Sutan Sjahrir membentuk kabinet kedua pada tanggal 12 Maret 1946, Mariah Ulfah diangkat menjadi Menteri Sosial yang fokus kerjanya melaksanakan proyek repatriasi tawanan Jepang yang masih tinggal di Indonesia. Mariah Ulfah berperan dalam Perundingan Linggarjati yang sebelumnya diusulkan kepada Sjahrir, kemudian draftnya ditandatangani pada tanggal 15 November 1946.

Seperti dikutip dari Laman tirto.id (27/07/2016), Ny. Mariah Ulfah menjabat sebagai Menteri Sosial (Mensos) pada Kabinet Sjahrir ke II, yaitu periode 12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946. Setelah itu, beliau kembali duduk pada posisi yang sama pada kabinet Sjahrir ke-III.

Setelah mengenal Maria Ulfah, kita kembali ke kabinet Jokowi-Ma'ruf saat ini. Setelah pelantikan kemarin, minggu (20/10/2019) di kompleks gedung MPR/DPR, Jakarta, Jokowi hari ini mengundang beberapa tokoh untuk datang ke istana. 

Beberapa tokoh terlihat mengenakan kostum berwarna putih saat merapat ke istana, tak terkecuali juga dengan bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Paruntu atau Tetty Paruntu.

Tetty Paruntu ternyata tak diundang oleh Presiden Joko Widodo. Tetty datang ke istana karena diusulkan oleh partai golkar sebagai menteri. "Tetty tidak bertemu dengan Jokowi. 

Yang bertemu hanya pak Airlangga", tutur Bey Mahmudin, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden seperti dilansir dari kompas, Senin (21/10/2019). Lalu, siapakah perempuan selanjutnya yang akan merapat ke istana? Kita nantikan saja dalam pengumuman kabinet baru Jokowi-Ma'ruf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun