Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Halal bihalal Di Tengah Kebun Anggrek, Sebuah Catatan

20 April 2025   21:36 Diperbarui: 21 April 2025   06:47 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Mia, Penasehat DPD PAI Jabar. Dok DPD PAI Jabar

Anggrek yang bermekaran menjadi saksi kebersamaan  Halal Bihalal DPD PAI Jabar, 20 April 2025 di Centra Anggrek Ciwidey. Suasana hangat, penuh makna dan harapan untuk membangun sebuah sinergi.

Mekarnya Anggrek, Mekarnya Silaturahmi
Di sebuah pagi yang sejuk, langit Ciwidey tampak sedang tersenyum. Udara tipis dan dingin turun perlahan dari pegunungan, membawa harum lembut dari ratusan bunga anggrek yang sedang mekar di Centra Anggrek. Hari ini, kebun anggrek menjadi ruang temu jiwa-jiwa yang rindu bersua.


DPD Pecinta Anggrek Indonesia (PAI) Jawa Barat memilih tempat ini  karena ingin menjadikan alam sebagai bagian dari dialog, sebagai saksi akan janji: untuk bersatu, untuk berbuat, dan untuk tumbuh bersama.
Tepat pukul sepuluh pagi, deretan kursi mulai terisi. Bu Romlah Wikardi, Ketua DPD PAI Jabar, membuka acara dengan penuh semangat.
"Pertemuan ini bukan hanya ritual, tapi pertemuan hati. Misi kami adalah menyatukan kekuatan pecinta Anggrek dalam mengembangkan  pertanian Anggrek," ucapnya. Beliau menyampaikan bahwa PAI Jabar berkomitmen menjadi rumah bagi siapa pun yang ingin berjuang bersama dalam kebaikan, dalam keberlanjutan pertanian yang berbasis komunitas, dan dalam pemberdayaan.

Bu Mia, Penasehat DPD PAI Jabar. Dok DPD PAI Jabar
Bu Mia, Penasehat DPD PAI Jabar. Dok DPD PAI Jabar
Kemudian, mikrofon berpindah kepada Bu Mia Kunto. Dengan tutur yang lembut namun tegas, beliau menggarisbawahi pentingnya soliditas. karena tak bisa ada kemajuan tanpa sinergi. Kita harus membangun jembatan antar petani, pedagang,  komunitas, dan masyarakat,  bukan sekadar menyeberangkan ide, tapi juga membagikan rasa.Beliau menambahkan bahwa selama ini banyak potensi petani dan komunitas yang tertinggal bukan karena tak punya bakat atau niat, tapi karena tidak ada ruang untuk menyatu. "Kita hadir untuk jadi ruang itu," ujarnya. Sederhana.

Kemudian Bu Lia Afriza tampil dengan semangat penuh energi. Ia tak hanya bicara soal pertanian, tetapi tentang cara menciptakan ekosistem ekonomi yang saling menghidupkan. "Anggrek ini indah karena dirawat dengan penuh cinta. Begitu juga masyarakat, akan tumbuh bila dirangkul dan diberi tempat," tuturnya.
Menurutnya, industri Anggrek bisa menjadi pintu masuk penting untuk penguatan ekonomi masyarakat. Tapi yang lebih penting, katanya, adalah kerja sama. "Kita tak bisa berjalan sendiri. Kita butuh saling memberi makna," ucapnya menutup dengan harapan.

Bapak Romiyadi dan Bapak Ahmad Faqih penerima penghargaan Perak penyilang Nasional. Dok DPD PAI
Bapak Romiyadi dan Bapak Ahmad Faqih penerima penghargaan Perak penyilang Nasional. Dok DPD PAI
Lalu sebuah momen penghargaan mewarnai suasana bahagia dan bangga. Beberapa nama disebut: para penyilang Anggrek yang telah mendedikasikan waktu dan cintanya untuk menciptakan silangan-silangan baru. Di antara yang menerima penghargaan adalah Pak Romiyadi dan Bapak Ahmad Fakih, dua penyilang yang berhasil registrasi lebih dari sepuluh silangan anggrek baru. Ini bukan hanya karena prestasi, tapi karena kecintaan mereka pada Anggrek yang begitu tulus dan tanpa pamrih. Penghargaan itu adalah bunga yang tumbuh dari dedikasi dan kesabaran.
Suasana santai dan akrab. Dok DPD PAI
Suasana santai dan akrab. Dok DPD PAI
Udara Sejuk, Gelak Tawa, dan Makanan SederhanaUsai sambutan-sambutan yang membangun semangat, suasana berubah menjadi lebih cair. Peserta saling bertukar kisah di bawah rimbunnya bunga-bunga  anggrek. Meja-meja menyajikan hidangan khas Sunda: nasi liwet, ayam goreng, pepes ikan, semur jengkol,  lalapan, sambal terasi, dan berbagai cemilan lain. Makanan sederhana tapi membumi.
Tawa dan cerita mengalir tanpa sekat. Ada petani dari Lembang, Tasik hingga penggiat agribisnis muda dari Bekasi. Semua duduk sejajar di antara Anggrek-Anggrek.


Suasana Santai, Tapi Penuh Makna

Tidak ada panggung megah. Tidak ada layar LED besar. Yang ada hanyalah suara  alam, dan semilir angin yang memeluk semua peserta. Terdengar ada ibu  yang saling bertukar resep ecoenzim dan nomor WhatsApp.
Di sela percakapan, terdengar bisik-bisik harapan. "Besok, kita bikin pelatihan budidaya Anggrek untuk warga desa," kata seorang peserta. Lainnya menimpali, "ya. kita mulai dari Centra Anggrek ini".
Hari semakin siang. Matahari pelan-pelan turun, tapi tidak ada yang ingin cepat pulang. Suasana terlalu hangat untuk ditinggalkan. Di akhir acara, tak ada seremonial besar. Hanya pelukan hangat dan saling sapa: "Sampai jumpa di acara berikutnya."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun