Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bolehkah Samudra dan Buku Dijadikan Simbol Pendidikan?

20 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 20 Mei 2024   07:14 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                                  

Dokumentasi pribadi


Bulan Mei, adalah momen penting dalam sejarah Pendidikan dan Nasionalisme Indonesia. Ada dua peristiwa penting yang saling terkait dalam menciptakan identitas nasional dan arah pendidikan kita. Hari Pendidikan Nasional dirayakan pada tanggal 2 Mei. Memperingati lahirnya Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan yang menjadi pelopor pendidikan nasional. Pendidikan menjadi landasan utama dalam membangun kesadaran nasional dan semangat kemerdekaan.

Sementara itu, Hari Kebangkitan Nasional, yang diperingati setiap 20 Mei. Mengingatkan kita akan pentingnya semangat kebangkitan dan perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Pendidikan  memiliki peran penting dalam pemahaman generasi muda akan nilai-nilai kepahlawanan.  Semangat perjuangan, dan keberanian dalam menghadapi tantangan. Bulan Mei dapat dianggap sebagai bulan refleksi.  Bagi Pendidikan dan Nasionalisme.


Saya jadi teringat dengan sebuah komposisi dari grup Rock legendaris Indonesia   God Bless. 

Selamat Pagi Indonesia, saya kutip beberapa bagian yang menurut saya menarik :


Langkahnya
Berderap dan pandangannya
Menatap ke depan
Tegakkan
Dadanya seakan dia menantang perang

Surya merekah pagi
Membuka tabir hari
Tapi dia takkan kuasa melihat lagi

Seandainya kuasa
Membuka mulut mungkin akan berkata
(Selamat Pagi Indonesia, cintaku)”


Sebuah komposisi yang menurut saya berisi pesimisme dan optimisme. Lalu apa hubungannya dengan tulisan saya ini?


Saya ingin menggambarkan optimisme saya dalam sebuah lukisan walaupun sebetulnya saya tak yakin benar.  Absurd.


Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya tanpa kita mengerti, tanpa bisa kita menawar. Terimalah dan hadapilah dengan optimisme." (Catatan Seorang Demonstran, Soe Hok Gie. 147)


Sebuah komunitas Seni di Bandung membuat sebuah acara pameran lukisan dengan tema Pendidikan dan Nasionalisme. Saya memberanikan diri membuat lukisan  yang dapat menggambarkan dua  hal tersebut yaitu pendidikan dan nasionalisme dalam bentuk lukisan.


Saya selalu percaya bahwa seni memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang dan mempengaruhi kehidupan manusia. Dalam konteks ini, saya melihat pameran ini sebagai kesempatan untuk menggunakan seni sebagai alat transformasi sosial.
Lukisan  dengan judul "Pelita Untuk Nusantara"  di atas menghadirkan sebuah pemandangan dari laut dan kepulauan Indonesia yang luas dan kaya. Di tengah keindahan alam ini, sebuah pelita menyala.  Terang menjadi fokus utama. Melambangkan cahaya pengetahuan yang menerangi.  Dan membimbing perjalanan bangsa.
Pelita ini dikelilingi oleh berbagai bunga yang merepresentasikan keragaman flora Indonesia. Menggambarkan keindahan alam serta harmoni dalam keberagaman. Bunga-bunga ini juga menjadi simbol harapan dan pertumbuhan.  Sejalan dengan tema pendidikan yang membawa pencerahan dan kemajuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun