Mohon tunggu...
Sri Sugiastuti
Sri Sugiastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang Pegiat Literasi Nusantara Pendiri PMA Literasi Istikamah, bersinergi dengan PGRI dan Guru di seluruh Nusantara yang memiliki passion Menulis dan pemerhati pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kawah Putih Ciwidey

14 September 2022   10:17 Diperbarui: 14 September 2022   10:25 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Kawah Putih Ciwidey Jawa Barat

Oleh  Sri Sugiastuti

Bukan karena faktor kebetulan bila Bu Kanjeng bisa healing dan refreshing  ke Kawah Putih  Ciwidey Jawa Barat. Sudah diyakini semua itu atas izin Allah. Woro-woro yang mendadak di grup alumni SMP N 46. Kelas 3 E angkatan tahun 1976 begitu menggoda pikiran Bu Kanjeng. Ini momen indah kebersamaan yang sayang bila dilewatkan.

Via Solo-Bandung dengan kereta api malam Lodaya aja pun ditempuh. Ada Bu Asih Besty maya Bu Kanjeng yang siap menjemput.  Ada rumah Bu Hari untuk transit mandi dan sarapan. Semua itu bukan angan-angan tetapi real.

Pukul 8.00 tepat jemputan datang. Pak Nanang driver  yang mengantar mengajak BuKanjeng dan teman- teman  ngebolang ke Ciwidey. Isi bensin sejenak lalu cuz ke arah Kawah Putih Ciwidey.

Kawah Putih adalah sebuah tempat wisata di Jawa Barat yang terletak di Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung Jawa Barat tepatnya di kaki Gunung Patuha. Jalan menuju kesana, lumayan padat merayap. Jalan berliku dan menanjak dilalui. Melewati banyak  perkampungan yang cukup rapat. Jalan pun belum disebarkan jadi sangat wajar bila terjadi kemacetan terutama du saat weekend.

Mengapa Bu Kanjeng sangat tertarik dengan obyek wisata Kawah Putih? Karena Pak Kanjeng sang provokator selalu  berkisah tentang gunung dan keistimewaannya. Bagaimana terjadinya dan apa daya tariknya. Tentu saja semua itu akan  terjawab bila kita mengunjingi
Kawah putih. Seperti diketahui bahwa Kawah Putih merupakan sebuah danau yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha di abad 10. Alhamdulillah Bu Kanjeng
dan komunitasnya diberi kesempatan megunjungi  obyek wisata alam yang fenomenal dan sungguh luar biasa indahnya.

Saat memasuki area Kawah Putih di pintu masuk Bu Kanjeng dkk, mengeluarkan biaya 270 ribu untuk tiket masuk perorang 28 ribu dan mobil dikenai125 ribu. Mobil melesat perlahan karena banyak tikungan juga mulai menanjak. Bu Kanjeng menikmati setiap lintasan sambil melihat keluar jendela mobil. Hutan lebat di kanan kiri memang cukup membuat suasana terlihat sepi.

Udara pagi sudah mulai menyusup. Awan mendung bergelayut. Jarak 5 km pun tak terasa sudah dilalui. Saat tiba di tempat parkir kawasan Kawah Putih.  Bu Kanjeng sempat was-was dengan medan yang akan dilalui menuju Kawah Putih. Ternyata rasa was-was itu sirna. Lokasi Kawah Putih sangat mudah dijejaki.

Akses menuju Kawah Putih dibuat sangat nyaman. Bagi lansia, ada lokasi tersendiri untuk melihat kawah atau danau dari atas  bukit. Sementara yang langsung menuju Kawah pun dibuat konsep yang sangat mudah aman, dan nyaman. Tentu saja ini bagian dari fasilitas karena sudah bayar mahal.

Menuruni anak tangga menuju Kawah Putih sambil memandang keindahan alam yang diciptakan Allah. Ada hutan  mati dan danau atau kawah  yang airnya berwarna putih. Aroma belerang tidak terlalu menyengat, karena keindahan pemandangan telah mengalahkannya.

Sejak melangkahkan kaki ke arah kawah Putih, Bu Kanjeng dkk, dikuntit orang yang membawa kamera SL R yang  menawarkan jasa foto  sekaligus pengarah gaya saat difoto. Berfoto di harga  15 ribu untuk 1 jepretan. Oke lah cukup ambil 5 jepretan terbaik.

Lokasi yang pakai untuk berfoto ria pun ada di segala spot pilihan para pecinta keindahan alam yang ingin mengabadikan keberadaannya di satu tempat yang telah dikunjungi.

Namun apa yang terjadi? Bu Kanjeng dkk, terpesona dengan hasil jepretan si tukang foto. Maka disepakati ada  30 jepretan yang harus diambil. Dengan penuh keikhlasan dan menghormati akad yang sudah dibuat.  Bu Kanjeng menyerahkan uang 150 ribu rupiah. Satu pembelajaran untuk berbagi rezeki. Setelah itu Bu Kanjeng mengamati si tukang foto tersenyum bahagia sambil menikmati rokok yang ada di tangan kanannya. Setidaknya sudah ada uang yang bisa dibawa pulang ke rumah.

Sebenarnya Bu Kanjeng dkk masih betah berlama- lama di Kawah Putih, tetapi
masih ada dua lokasi yang harus dikunjungi. Perut pin sudah mulai memberi kode untuk segera diisi. Terbayang menu apa yang pad untuk  disantap siang itu yang cocok dengan suasana gunung. Hmm ada  soto bandung  seblak, dan aneka menu kekinian pun sepertinya tersedia  di sekitaran pintu keluar.

Sebelum meninggalkan Kawah Putih Bu Kanjeng sempat melemparkan seluruh pandangannya ke Kawah Putih, hutan Mati, tebing yang menyatu dengan kawah, kepulan asap  yang keluar dari kawah, dan jembatan kayu untuk menuju tengah kawah. Tiba-tiba terbayang bagaimana suasana malam hari di sekitar kawah? Pasalnya Bu Kanjeng sempat  googling dan menemukan channel yang membahas  bahwa  Kawah Putih termasuk kawasan yang angker.

Jadi cerita mengenai Kawah Putih yang terjadi karena letusan gunung Patuha di abad ke 10 banyak orang beranggapan bahwa lokasi ini adalah kawasan angker karena setiap burung yang terbang melewati kawah tersebut pasti mati. Bakarnya sih karena menghirup  udara yang mengandung belerang.

Namun  mitos berkisah lain. Konon ada kerajaan Jin yang di puncak Gunung Patuha kerap dikaitkan dengan tempat pertemuan leluhur pada waktu-waktu tertentu.

Warga sekitar mempercayai jika di puncak gunung Patuha terdapat makam leluhur yang dianggap keramat.
Tidak hanya itu, ada salah satu hewan peliharaan leluhur yang sering menampakkan diri.
Hewan tersebut berwujud domba berwarna kehijauan mirip lumut. Orang Sunda menyebutnya 'Domba Lukutan', yang dipercaya, domba ini akan menampakkan wujudnya pada hari tertentu, namun tidak ada bukti yang mampu menguak keberadaan domba lukutan ini.

Daerah Kawah Putih Ciwidey masyarakat sekitar masih melakukan tradisi ruwatan di setiap tahun.
Ruwatan yang dipimpin pemangku adat. Ruwatan dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta.

Kesempatan mengunjungi Kawah Putih, saat sudah menua alias lansia, sudut pandangnya beda. Bu Kanjeng lebih banyak bersyukur dan memuji Sang Khalik Yang Maha Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun