Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Keseruan Nonton "Ndul" Menjelang Berbuka Puasa

12 Mei 2020   20:59 Diperbarui: 12 Mei 2020   20:54 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Saat Ramadan tiba aku pasti teringat peristiwa masa kanak-kanak, saat itu aku  memang belum berpuasa penuh karena masih usia 6-7  tahun. Namun keseruan bulan Ramadan masa anak-anak terkadang membuat aku tersenyum sendiri.

Pada jaman dahulu di kota kami ada dentuman sebagai penanda buka puasa yang dibunyikan di alun-alun Simpang Tujuh. Kami menamai itu suara "Ndul" , mendengar suara "Ndul" adalah istimewa bagi kami saat itu, sekitar tahun 70-an. Walau desa kami terletak sekitar 2 KM dari alun-alun namun kami tetap juga ingin menikamati percikan api di udara disertai suara" Ndul" . 

Kami melihat "Ndul" dari jarak jauh tepatnya di area persawahan pinggir desa yang bersebelahan dengan sungai Kaligelis.  Sungai yang membelah kota Kudus menjadi dua, yaitu Kudus Kulon dan Kudus Wetan. Kalau orang-orang Kudus Kulon terkenal sebagai satri-santri, orang Kudus Wetan agamanya masih Abangan saat itu.

Saat selesai Ashar kami sudah mandi dan bersiap menuju area persawahan untuk nonton "Ndul" walau adzan magrib saat berbuka masih lama. Kami suka bermain di area persawahan yang ada  gundukan-gundukan batu dan lapangan yang ditumbuhi aneka rumput liar  dan  juga bunga-bunga liar yang cantik-cantik. Kami bisa bermain apa saja di area yang terbuka yang luas itu, dan letaknya juga agak jauh dari area rumah-rumah karena harus lewat kebun bambu dulu untuk mencapai area tempat kami bermain.

Aku  mengenang sebagai tempat yang indah area kami bermain itu, namun sekarang semua sudah hilang berganti dengan padatnya rumah dan gundukan-gundukan batu juga sudah tak tersisa entah dikeruk kemana.

Kami biasa main gobak sodor, gedrik, bermain egrang dan lain sebagainya. Pokoknya kami senang sekali. Menghabiskan waktu bermain sampai terkadang lupa kalau saat " Ndul" sudah tiba, dan langit pun mulai gelap. Jadi begitu suara " Ndul" terdengar disertai dengan percikan api di udara, semua anak berlarian untuk meninggalkan area persawahan yang sudah mulai gelap.

Karena keasyikan bermain tebak-tebakan kami berempat sampai tak menyadari kalau teman-teman yang lain sudah berlarian pulang. Begitu sadar kami lari ke atas melewati batas desa yang berupa kebun bambu. Karena tidak bisa lari cepat aku tertinggal dari teman-teman yang lain,  teman-teman sepertinya sudah melewati area kebun bambu sedangkan aku baru mau naik melewati parit  lebih dahulu. 

Celakanya karena panik dan gelap aku akhir terperosok sandal yang aku pakai jatuh ke dalam parit. Jadilah aku menjerit-jerit sendiri padahal hari sudah semakin gelap dan tak ada yang mendengar suaraku, karena teman-teman pasti sudah sampa  di rumah masing-masing.

Saat aku menangis kebingungan tak lama akhirnya bapak datang menolongku.  Namun sambil marah-marah juga. Aku yang sedang ketakutan menangis tambah kencang, antara takut  dan senang ada yang menolong, namun takut dimarahi juga. Akhirnya bapak menggendongku pulang ke rumah, sampai di rumah aku harus mandi lagi sebelum ikut gabung berbuka puasa bersama.

Kata bapak " Besok nggak usah ikut nonton "ndul" lagi, coba kalau nggak bapak jemput kamu bisa ditolong genderuwo penjaga kebun Bambu"

Mendengar perkataan bapak, aku membayangkan dengan tahut sekali dan menangis lagi sampai nggak doyan makan. Sampai akhirnya ibu menenangkanku dan menyuapiku malam itu. Sejak saat itu aku tidak mau lagi kalau diajak teman-teman nonton "Ndul" walau mereka berjanji tak akan meninggalkan aku lagi.  Namun trauma itu terlanjur melekat, padahal kadang-kadang ingin juga bermain di tempat yang indah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun