Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Libur Panjang Masa Pandemi Covid-19 di Yogyakarta

4 November 2020   19:52 Diperbarui: 4 November 2020   19:54 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: jogja.suara.com

Namun sebagai warga Yogyakarta merasa "terusik" dengan berita yang berjudul:"Gila! Ada Hotel di Jogya Naikkan Tarif hingga 1.500 Persen di Libur Panjang Kali ini" (www.harianjogja.com). 

Menaikkan tarif hotel sebesar 15 kali lipat sangat tidak dibenarkan apapun alasannya. Walaupun masa pandemi Covid-19  berimbas menurunnya tingkat hunian hotel, bukan berarti dapat pasang tarif seenaknya. Hal ini justru sebagai tindakan "bunuh diri", sekaligus "iklan buruk" yang merugikan hotel itu sendiri dan citra Yogyakarta.

Tidak sepantasnya kerugian hotel dibebankan kepada konsumen yang menginap saat libur panjang.  Ulah "oknum" yang menerapkan "aji mumpung" saat libur panjang tidak dapat ditolerir. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) wajib menegur dan memberi sanksi yang berefek jera. Sangat tidak masuk akal bila biasanya tarif hotel seharga Rp 500.000,00 -- Rp 600.000,00 per malam naik menjadi Rp 8 juta.

Selain itu ada toko oleh-oleh makanan khas bakpia membuat tidak nyaman dan mengecewakan konsumen yang katanya "raja". Sebagai orang Yogya saya mengalami sendiri saat akan membeli bakpia sampai dua (2) kali datang selalu habis. Sayangnya informasi jam berapa persediaan bakpia ada lagi tidak valid dan tidak jelas. 

Pembeli tidak boleh pesan dan setiap orang dibatasi hanya 2 boks. Disaat persaingan semakin ketat, model "jual mahal" dan pelayanan tidak prima, sangat riskan kehilangan pelanggan. Apalagi kompetitor sudah melakukan model penjualan sistem online, tanpa uang muka, dan bayar secara COD. Penjualan apapun secara konvensional pasti ditinggal konsumen yang ingin praktis, cepat, mudah dan murah.

Yogyakarta, 3 Nopember 2020 Pukul 19.20   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun