Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perhelatan Kompasianival 2018 Berakhir, Membekas di Hati Kompasianer

12 Desember 2018   12:42 Diperbarui: 12 Desember 2018   13:37 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara tahunan kopi darat para Kompasianer seluruh Indonesia telah berakhir, dengan sejuta kenangan bagi yang dapat hadir. Rona wajah bahagia terpancar dari setiap peserta, apalagi bagi para Kompasianer yang terpilih menjadi pemenang penghargaan Kompasiana 2018. Selamat kepada seluruh peraih penghargaan dari berbagai kategori yang layak menyandang gelar karena tulisannya menghibur, menginpirasi, memberi informasi, menambah wawasan pengetahuan, bahkan memberi hiburan, di saat suhu politik mulai terasa naik. Namun dari pancaran wajah-wajah yang hadir tetap ceria, bahagia, menyejukkan hati karena semua melepas pangkat, jabatan, status, profesi, berbaur dalam keluarga Kompasiana.

Walaupun saya tidak bergabung, namun  dapat mengikuti jalannya acara melalui pandangan mata yang ditulis langsung berupa artikel dari lokasi acara lengkap dengan foto-foto kegiatannya. Dari  Yogyakarta hanya bisa membayangkan suasana yang ramai, menyenangkan, kekeluargaan, menyatu dalam jalinan batin keluarga Kompasiana. 

Orangnya ramah-ramah, ikhlas berbagi ilmu, informasi, bahkan oleh-oleh dari daerah masing-masing. Bertemu dengan para Kompasianer seluruh Indonesia, terasa nyaman, aman, tidak ada sekat yang membentengi duduk bareng dengan seorang Menteri Danif Dhakiri (Menaker), Gubernur DKI Anis Baswedan, serta tokoh-tokoh nasional lainnya.

Kompasiana telah menfasilitasi pertemuan para Kompasianer yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan segala kebiasaan, adat istiadat, budaya, etika, sikap, perilaku, dalam suatu tempat. Tidak perlu memperdebatkan berapa jumlah yang hadir pada acara yang digagas oleh generasi milenial ternyata bisa mempersatukan orang-orang yang berbeda agama, usia, jenis kelamin, dan pandangan politik. Acara berjalan dengan lancar sesuai rencana, padahal melibatkan ribuan orang, adalah suatu kesuksesan yang patut mendapat apresiasi. Andaikan Jaya Suprana datang pasti dimasukkan dalam catatan rekor MURI kopi darat blogger terbesar di Indonesia.

Membaca tulisan para reporter dari acara Kompasianival 2018 "serasa" menghadiri acara di Lippo Kemang Jakarta Selatan. Antusiasme para peserta yang hadir sampai dibela-belain tertinggal pesawat menuju Bangkok, dan harus membeli tiket lagi seperti yang dituliskan oleh mbak Hennie Engglina. 

Sungguh ini merupakan komitmen yang luar biasa untuk menghadiri acara Kompasianival dengan menembus macetnya Jakarta, adalah perjuangan tersendiri. Ada sepasang suami istri yang sudah posting tulisan dan foto ketika dalam perjalanan diatas kereta, juga seorang bapak bersama istri yang dengan semangat tinggi walau sudah manula bisa menghadiri acara Kompasianival, sungguh rasanya kepingin terbang andai punya sayap. Padahal sejatinya takut dengan ketinggian terus gimana ?.

Namun kekecewaan gagal menghadiri acara Kompasianival ke Jakarta karena ada acara undangan "Ngunduh Mantu" orang Jakarta di JEC Yogyakarta, sedikit terbayar dengan acara KJOG di Yogyakarta pada hari Sabtu siang mengadakan kopi darat dengan sebagian kecil anggotanya. Ketemu dengan para Kompasianer Yogyakarta dalam suatu pameran foto bertajuk "Jogja yang Hilang". 

Dalam pameran  yang digagas oleh generasi milenial itu intinya memberi informasi bahwa di Yogyakarta pada abad ke-19 pernah berdiri 19 pabrik gula yang didirikan oleh pihak Belanda untuk diekspor ke luar negeri. Namun sayangnya bangunan peninggalan pabrik gula itu ada yang sudah berubah fungsi untuk museum, sekolah, perkantoran, dan tragisnya tidak meninggalkan jejak sama sekali karena sudah menjadi jalan dan perkampungan. Pertanyaannya kemana alat-alat penggilingan pabrik gula ?. Tidak bisa ditelusur keberadaannya.

Malamnya menghadiri acara "Ngunduk Mantu", teman haji tahun 2006, seorang yang mempunyai jabatan penting, dilihat dari karangan bunga ucapan selamat berbahagia untuk pengantin dan instansi yang mengirimkan. Untuk bersalaman sampai panggung pengantin harus bersabar antri 30 menit, karena banyaknya tamu yang memberi ucapan selamat dan diselingi dengan foto-foto dari orang-orang yang sudah disebut MC. 

Mendapat undangan merupakan suatu kehormatan, bagi orang Jawa hukumnya wajib datang, walaupun harus mengorbankan menghadiri acara yang lain seperti Kompasianival yang sudah mendaftar sejak awal dibuka.

Kembali ke acara Kompasianival 2018 yang sukses dan sempat diundur dari tanggal 1 - 3  Nopember menjadi tanggal 8 Desember 2018. Acara yang selalu dinantikan oleh para Kompasianer ini alangkah lebih indahnya kalau diadakan setahun 2 (dua) kali, agar semakin menambah keakraban, kekompakan sesama anggota. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun