Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Malioboro, Magnet Destinasi Wisata di Kota Yogyakarta

2 Mei 2018   13:25 Diperbarui: 2 Mei 2018   13:32 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Mendengar sebutan Yogyakarta langsung ingat Malioboro, UGM, Kraton, Tugu Yogya, batik, perak, gudeg, Gunung Merapi, Kaliurang, pantai Parangtritis, Baron, Glagah, New Yogyakarta  International Airport (NYIA), dan sederet yang menjadi ciri khas Yogyakarta baik di tingkat propinsi, maupun kabupaten/kota.

Selain itu sebutan yang selalu melekat di Yogyakarta ini adalah sebagai kota pendidikan/pelajar, kota budaya, kota wisata, kota perjuangan, kota sepeda (banyak komunitas "gowes"/bersepeda).

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dibagi menjadi 4 (empat) Kabupaten yaitu Bantul, Gunung Kidul, Kulon Progo dan Sleman, serta 1 (satu) Kotamadya Yogyakarta. Penyebutan istilah Yogyakarta saja bermakna Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sedang Kota Yogyakarta, sebagai salah satu bagian dari wilayah administratif Propinsi DIY.

Kota  Yogyakarta yang menyandang berbagai predikat itu memberi kontribusi untuk peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Tentu ini menjadi target daerah untuk meningkatkan kesejahteraan  warganya, apalagi sebagai daerah tujuan wisata nomor 2 (dua) setelah P. Bali, menarik para wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan asing (wisman) untuk mengunjungi kota Yogyakarta.

Kondisi ini dapat memberi pekerjaan sektor informal, yang memberikan jasa pelayanan di bidang pariwisata . Namun disisi lain juga menimbulkan permasalahan yang pelik, karena berpotensi "mengurangi" rasa aman dan nyaman tinggal di kota Yogyakarta.

Pada musin liburan sekolah dan "long weekend" di jalan menuju destinasi wisata dipenuhi bus-bus pariwisata, mobil pribadi, dan kendaraan roda dua dari luar kota. Hunian hotel, penginapan, tempat kuliner, tempat tujuan wisata, tukang parkir, semua mendapat "durian runtuh", dan rejeki "nomplok", yang dapat mensejahterakan kehidupan keluarganya.

Namun disisi lain dapat "merugikan" pihak lain akibat kemacetan di berbagai ruas jalan yang tidak bisa dihindarkan. Penyebab kemacetan selain lampu lalu lintas, pasar, sekolah, pedagang kaki lima (PKL) di sepanjang trotoar, parkir di sembarang tempat, semua jenis kendaraan dalam ruas yang sama, dan jalan sempit yang tidak mungkin dilebarkan.

Destinasi wisata yang paling favorit adalah Malioboro (diambil nama orang Inggris bernama Marlborough), salah satu kawasan antara Tugu Yogyakarta sampai perempatan Kantor Pos Besar Yogyakarta. Jalan Pangeran Mangkubumi, dan jalan Jenderal A. Yani, merupakan poros imajiner  antara Gunung Merapi, Tugu Yogyakarta, dan Keraton Yogyakarta.

Tahun 2013 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, yaitu jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margoutomo, dan jalan Jenderal A. Yani menjadi jalan Margomulyo.

Dari Tugu Yogyakarta secara garis linier sampai Kraton Yogyakarta terdapat destinasi wisata dan perkantoran. Kantor Kedaulatan Rakyat (KR), Stasiun Tugu, Hotel Tugu,  hotel Ina Garuda, Perpustakaan Daerah, Kantor DPRD DIY, Kantor Gubernur DIY di Komplek Kepatihan, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, Istana Presiden Gedung Agung, dan M onumen Serangan Umum 1 Maret.

Pusat oleh-oleh khas Yogyakarta, ada di sepanjang jalan mulai dari selatan rel KA sampai "ngejaman". Namun harus tetap menawar barang-barang yang dijajakan, dan naik besak Rp 5000,- akan diantar di sentra oleh-oleh makanan khas bakpia Patok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun