Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tips Beramal Nyaman dan Aman untuk Mencegah Penipuan

8 April 2024   06:39 Diperbarui: 8 April 2024   11:20 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi donasi. (Unsplash.com/Katt Yukawa)

Suatu siang ada seorang wanita muda bertamu. Dia sangat ramah seperti sudah mengenal saya lama. 

"Dari mana tahu nama saya, Mbak. Kita belum pernah bertemu," sesaat setelah mempersilakannya duduk.

Dia menjelaskan kedatangannya atas rekomendasi salah seorang kerabat, setelah memperkenalkan diri.

"Tahun ini donatur kami sedang menurun, jika ibu berkenan untuk ikut serta membantu adik-adik dalam program Ramadan," jelasnya.

Tamu ini bukan yang pertama, ada banyak orang tidak dikenal datang ke rumah dengan membawa proposal. Mereka ada yang datang atas petunjuk ada juga yang datang sendiri. 


Apakah semua proposal disetujui? Tentunya tidak.

Ilustrasi beramal nyaman dan aman kepada kerabat yang memusuhi. (Foto: Unsplash/Christian Dubovan @cdubo via Liputan6.com)
Ilustrasi beramal nyaman dan aman kepada kerabat yang memusuhi. (Foto: Unsplash/Christian Dubovan @cdubo via Liputan6.com)

Beramal Nyaman dan Aman

Sebagaimana kita ketahui beramal di bulan Ramadan bernilai pahala yang berlipat. Untuk itu umat Muslim berlomba-lomba melakukan segala kebaikan di bulan penuh berkah ini. Pun banyak orang membuka jalan ke mana kita menyalurkan rezeki.

Namun, ternyata di luar sana banyak juga orang yang menyalahgunakan kepercayaan. Dana yang masuk dipakai untuk memperkaya diri sendiri, seperti kasus Singgih Sahara. 

Foto bersama adik-adik dari yayasan Yatim Mandiri Madiun. (Dokumentasi Pribadi)
Foto bersama adik-adik dari yayasan Yatim Mandiri Madiun. (Dokumentasi Pribadi)

Pada awalnya ikhlas beramal, tetapi setelah tahu diselewengkan, sebagian donatur ada sedikit kecewa. Agar hal tersebut tidak terjadi kita perlu mempertimbangkan banyak hal dalam beramal, di antaranya:

Amanah

Mencari orang, lembaga yang amanah, bisa dipercaya sangat sulit, terlebih era digital. Dengan tayangan penderitaan seseorang, kelompok, sudah membuat orang simpati, donasi pun mengalir deras. Akhirnya hasil donasi menggunung. 

Jika kita beramal dari informasi media sosial, harus memastikan amanah atau tidak, caranya dengan riset. Kita bisa melacak apakah menggunakan rekening yayasan, website resmi atau tidak. Penting juga konsultasikan dengan keluarga. 

Jika beramal melalui lembaga secara langsung. Kita harus tahu apakah lembaga tersebut memiliki reputasi baik, pun terdaftar di Kemenag. 

Transparan 

Ketika kita memilih lembaga, yayasan tempat menyalurkan amal. Pastikan mereka jujur, terbuka, dan transparan. Biasanya mereka akan mengirim laporan kegiatan, pemasukan, dan pengeluaran kepada para donatur.

Selain ada laporan tertulis entah itu lewat majalah kecil, pesan pribadi, ada juga pertemuan rutin setiap satu tahun sekali khusus donatur. 

Setiap lembaga tentunya berbeda bagaimana cara dia terbuka kepada orang yang beramal. Akan tetapi kita punya hak tahu, kemana hasil donasi disalurkan.

Foto buka bersama dan pemberian uang pembinaan & santunan kepada anak yatim dari yayasan Yatim Mandiri. (Dokumentasi Pribadi)
Foto buka bersama dan pemberian uang pembinaan & santunan kepada anak yatim dari yayasan Yatim Mandiri. (Dokumentasi Pribadi)

Bolehkah beramal tanpa melalui lembaga? 

Terkadang kita tidak mau ribet dalam mengatur keuangan untuk beramal dan memilih melalui lembaga. Akan tetapi melupakan penderitaan kerabat, lingkungan sekitar. Apalagi kerabat yang memusuhi. Rasanya ingin menjauhinya.

Beramal yang utama tentunya kerabat dulu, setelah mereka terpenuhi dan rezeki masih ada, bisa memperluas jangkauan amalan.

Saya teringat kemarin malam ketika menata uang untuk para kerabat suami. Anak cewek bertanya.

"Kenapa Bude A, Mbak C dikasih, dia tidak pernah datang ke sini, walaupun Mbah putri sakit?"

Saya tertegun, selama ini anak saya yang sekarang sudah remaja bisa menilai siapa yang memperhatikan neneknya, siapa yang tidak.

"Sejak dulu, meski mereka tidak ke sini, mamah selalu mengantarkan uang ini. Lambat laun juga mereka akan mengakui kita kerabatnya. Ini kan mereka sudah ke sini meski jarang. Tak baik juga sering-sering berkunjung, mereka sibuk, kita sibuk."

Sebenarnya antara saya, suami tidak ada masalah dengan kerabat yang seperti memusuhi. Namun, mereka merasa ada masalah dengan ibu mertua. Saya pura-pura tidak tahu dan tetap setiap tahun mengantar makanan dan uang.

Dengan demikian, lambat laun hatinya akan luluh dan mau silaturahmi dengan mertua lagi. Setelah hati mereka melunak, ketika lebaran, suami menjemputnya, meski satu tahun sekali.

Suami pun menata ibunya agar tidak ada dendam. Ketika kerabat ini sakit dan ingin meminta maaf kepada ibu mertua, suami mengajak ibu ke rumahnya. Momen ini menjadi hari yang membahagiakan. Inilah hikmah dari beramal kepada kerabat yang memusuhi. 

Semoga bermanfaat. Terima kasih telah singgah. 

Foto saat lelang lukisan untuk donasi bersama Yatim Mandiri Ponorogo. (Foto pribadi/Mas Beni)
Foto saat lelang lukisan untuk donasi bersama Yatim Mandiri Ponorogo. (Foto pribadi/Mas Beni)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun