Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 merupakan bagian dari Kurikulum Merdeka.Â
Dalam pelaksanaannya, siswa harus melalui tahapan-tahapan, yaitu memahami P5, menyiapkan ekosistem sekolah, mendesain projek P5, mengelola P5, mendokumentasikan serta melaporkan hasil P5, dan yang terakhir adalah evaluasi dan tindak lanjut P5.
Jadi pada prinsipnya, siswa dalam Kurikulum Merdeka P5 adalah sebagai aktor utama, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Pendidik memberi kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi sesuai kondisi dan kemampuannya.
Gebyar P5 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Madiun
Bu Elvi selaku guru PKN mengatakan, P5 dilaksanakan 4 kali selama kelas sepuluh dengan tema yang berbeda-beda. Hingga saat ini sudah menyelesaikan 3 tema. Jadi kurikulum merdeka 75 persen teori di dalam kelas, 25% praktik.
Untuk tema P5 pertama, siswa belajar langsung bagaimana demokrasi melalui presentasi tiap kelompok. Siswa belajar bagaimana memilih presiden, kepala daerah, anggota Dewan hingga ketua rukun tetangga.
Tema P5 kedua, siswa praktik langsung bagaimana membuat taplak meja dengan berbagai kreasi. Bukan saja membuat, tetapi siswa pun belajar menghitung modal dan laba dari hasil penjualan taplak tersebut.
Tema P5 ketiga adalah Kebhinekaan. Di mana setiap kelas, harus menampilkan budaya, sejarah, tradisi dari salah satu suku di Indonesia. Seperti yang saya pantau dari sepuluh kelas, ada sepuluh suku yang ditampilkan, di antaranya:
- Suku Aceh
- Suku Bali
- Suku Madura
- Suku Asmat
- Suku Dayak
- Suku Batak
- Suku Betawi
- Suku Toraja
- Suku Bugis
- Suku Ambon
Untuk membuat rumah adat, semua siswa kerja kelompok setelah jam pelajaran selesai. Tak jarang hingga tengah malam.Â
Manfaat P5 bagi Siswa
Teman-teman angkatan 90-an tentu masih ingat pelajaran PMP. Kita sering membuat kliping berbagai macam baju adat, alat musik dari berbagai suku di Indonesia. Gambar untuk kliping dari koran, majalah. Tujuan dari pembuatan kliping adalah siswa mengenal, mencintai keragaman suku dan budaya bangsanya sendiri.