Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Catcalling" Sering Terjadi Pada Remaja Putri, Berikut Cara Menghadapinya?

11 November 2021   16:37 Diperbarui: 13 November 2021   20:13 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi catcalling, foto via health.com

Pulang sekolah, saya sering naik bus, karena langsung berhenti di depan rumah. Ada juga angkutan lain, tetapi dua kali ganti angkot, dan itu sangat menguras isi kantong.

Namun, dengan terpaksa saya harus pindah naik angkot, karena pernah suatu hari, ketika di halte bus banyak anak STM yang menggoda dengan sapaan salam. Saya bingung, ucapan salam dalam Islam harus dijawab, tetapi kalau disampaikan dalam bentuk godaan, enggan untuk menjawab.

Pernahkah, Anda mengalami hal serupa? Tentu sangat takut, bukan? Peristiwa di atas di sebut catcalling.

Apa itu catcalling?

Catcalling termasuk ke dalam salah satu bentuk pelecehan sek di jalan (street harassment). Pelecehan, biasanya dengan siulan keras, kedipan mata, lambaian atau komentar yang bersifat seksual.

Paling parah insiden lain yakni dengan menyembunyikan klakson mobil pada wanita yang lewat. Mereka menunjukkan gerakan vulgar, bahkan menyambar dengan tidak pantas.


Di lingkungan masyarakat, yang menjadi korban adalah wanita yang berjalan sendiri atau berkelompok khususnya remaja putri, pelakunya tentu pria.

Bagi sebagian orang tindakan ini dianggap suatu ketertarikan, memuji, tetapi, bagi sebagian lagi ini adalah hal yang mengerikan dan menimbulkan trauma. Misalnya, karena saya tidak nyaman menunggu bus di halte, saya beralih ke angkot, dan itu artinya orang tua harus mengeluarkan uang tiga kali lipat.

Apa alasan pria melakukan catcalling?

Jika  terjebak dalam masalah, pelaku catcalling akan mengatakan "Iseng". Mereka berpendapat bahwa dengan komentar tak sedap terhadap wanita tidak boleh dianggap masalah besar. 

Namun, mereka tidak sadar atau pura-pura tidak tahu, tindakan catcalling yang dilakukannya akan menimbulkan trauma. Para ahli pun berpendapat catcalling akan meninggalkan efek psikologis jangka panjang.

Seperti yang pernah dialami anak tetangga saya. Waktu kejadian dia masih berumur 11 tahun, saya memanggilnya Neng. Ketika pulang sekolah dengan berjalan kaki, di tengah jalan dia mengalami pelecehan oleh segerombolan pria dari dalam mobil. Si Neng mengalami trauma. Orang tuanya terpaksa memindahkan si Neng ke rumah neneknya. 

William Castello, seorang profesor di Universitas St., mengatakan bahwa, pelaku catcalling  harga dirinya rendah. Pelaku melakukan seoalah-olah ada kompetisi dengan kelompoknya, siapa yang berani dan siapa yang tak punya nyali. Hal ini didorong oleh kurangnya harga diri, kekecewaan dan frustrasi dengan kehidupan secara umum.

Kalau kita perhatikan pelaku catcalling tidak berani melakukan sendiri, mereka biasanya bergerembol. Itu artinya dia tidak punya nyali melakukan sendiri. Jika berkelompok ada dorongan "Aku bisa".

Ilustrasi melawan catcalling dengan tatapan tajam. Foto by detikHealth.com
Ilustrasi melawan catcalling dengan tatapan tajam. Foto by detikHealth.com

Apa yang harus dilakukan wanita?

Tindakan catcalling sangat menyebalkan, jika dibiarkan mereka akan terus melakukannya lagi. Namun, perempuan ketika berhadapan dengan catcalling harus bisa menghadapinya dengan berani, tidak bisa diam dan mengabaikan teriakan catcallers.

Melansir dari beberapa sumber, berikut cara-cara yang dapat dilakukan perempuan ketika mengalami street harrasment.

1. Tanggapi

Tidak ada salahnya kita berani menghadapi catcallers dengan tatapan mata dan bicara tegas. Katakan kalau tindakan mereka tidak benar, kita tidak bisa terima. Hal ini disetujui oleh Holly Kearl, seorang pendiri organisasi Streat Harassment, "Memberikan kontak mata yang tegas akan membuat pelaku catcalling terkejut dan merasa bahwa apa mereka lakukan kepada korbannya adalah sesuatu yang salah."

Tatapan mata yang tegas, akan membuat catcallers kaget. Namun, kita juga harus tetap memperhatikan etika, jangan mengumpat, menghina atau merendahkan mereka. Biasanya jika kita bertindak kasar, mereka akan brutal.

Kecuali kita sebagai perempuan memiliki ilmu bela diri silat, taekwondo atau karate. Namun, tetap, berantem tidak ada yang kalah, menang tetap kalah.

2.  Abaikan

Remaja putri terkadang tidak memiliki keberanian untuk melawan atau melakukan penolakan. Tidak masalah, masih ada usaha lain yaitu abaikan saja, tetap berjalan dengan percaya diri. Jangan menunjukkan wajah takut atau gelisah, tetapi, tunjukkan wajah tidak suka. Ketika berjalan dengan tegak, pria iseng akan malu sendiri.

Selain berjalan tegak dan percaya diri, bisa juga sambil telepon seseorang, tetapi, hati-hati jangan sampai mengundang kejahatan lain, pastikan situasi aman. 

3.  Hindari

Ketika tidak bisa melakukan dua cara di atas, cara termudah ya menghindari. Jangan melewati segerombolan anak muda. Kita bisa mencari jalan lain, sedikit jauh atau sedikit modal tambahan seperti saya dulu. yang penting kita aman dan nyaman.

Namun, sampai kapan menghindar? mungkin sampai masih ada jalan. Ketika dengan terpaksa harus berhadapan dengan situasi tersebut, beranilah untuk melawan.

4. Tolong

Ketika kita melihat ada yang melawan pelaku catcalling, sebaiknya membantu. Laki-laki yang terlibat sebagai catcallers sangat kuat, karena dia akan melihat temannya untuk mencari dukungan. Campur tangan kita ketika orang lain mendapat tindakan pelecehan, akan membuat pelaku menyadari kesalahannya. 

Cara ini sebagai bentuk usaha supaya terhindar dari pelecehan di jalan. Seyogyanya kita juga harus menjaga penampilan supaya tidak mengundang street harrasment.

Semoga bermanfaat

Terinspirasi dari 1 dan 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun