Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Kemenangan yang Dicapai Saat Idul Fitri 1442 H

13 Mei 2021   17:19 Diperbarui: 13 Mei 2021   19:48 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari hasil olah www.twibbonize.com/idulfitrimodel 1eb

Hari ini 1 Syawal 1422 kita merayakan Idul Fitri. Seluruh umat Muslim menyambut dengan suka cita. Setelah sebulan melaksanakan puasa, suara takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar berkumandang di setiap penjuru negeri. Ada perasaan haru dan bahagia.

Haru akan meninggalkan bulan Ramadan yang penuh keberkahan. Bahagia menyambut Syawal karena bulan ini adalah bulan yang penuh berkah. Di mana 1 Syawal identik dengan perayaan yaitu Idul Fitri, hari kemenangan.

Yang jadi pertanyaan, menang dalam hal apa? Apakah menang karena sudah tamat menjalankan puasa sebulan penuh? Atau menang telah melawan hawa nafsu?

Kalau itu benar, lantas perempuan yang  tidak dapat menyelesaikan puasanya, orang tua yang sakit, anak-anak yang batal puasanya? Apakah mereka tidak mencapai kemenangan?

Tenang dulu, kemenangan yang dimaksud bukan seperti itu. Kita tahu, selama bulan Ramadan setiap umat melakukan kebaikan-kebaikan. Selama Ramadan bisa mengatur waktu untuk membaca Al-Quran, salat berjamaah di masjid. Sepertiga malam sahur dan salat tahajud, berempati kepada anak yatim, fakir miskin dan kebaikan-kebaikan lain.

Dengan melakukan kebaikan-kebaikan diharapankan membentuk habit sehingga setelah Ramadan akan terbentuk karakter yang baik pula. Bulan Syawal adalah bulan pertama untuk melanjutkan rangkaian kebaikan yang telah dilakukan selama bulan Ramadan.

Ada tiga kemenangan yang kita harapkan setelah melaksanakan rangkaian ibadah pada bulan Ramadan:

Pertama, Kemenangan Spiritual

Spiritual erat kaitannya dengan kesehatan jiwa. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang bersih, jauh dari sifat syirik, sombong, congkak, iri, dengki dan lain sebagainya. Seperti yang telah dikatakan di atas, selama bulan Ramadan kita banyak melakukan kegiatan ibadah. Dengan meningkatkan ibadah dan berdoa diharapkan semua penyakit jiwa akan hilang.

Selain itu dengan memperbanyak ibadah, mendengarkan kajian-kajian islami, ketakwaan pun semakin meningkat. Takwa itu sendiri adalah terpeliharanya diri sendiri untuk tetap melaksanakan perintah Allah Swt dan menjauhi larangan-Nya.

Kedua, Kemenangan Emosional

Dalam sebuah jurnal uma.ac.id ditulisakan bahwa Mayer & Salovey dan Daniel Goleman seorang psikolog mendifinisikan, "Kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan seseorang yang di dalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk dapat memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan impulsive needs atau dorongan hati, tidak melebih-lebihkan kesenangan maupun kesusahan, mampu mengatur reactive needs, menjaga agar bebas stress, tidak melumpuhkan kemampuan berfikir dan kemampuan untuk berempati pada orang lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa."

Kaitan teori yang diungkapkan Goleman dengan puasa di bulan Ramadan adalah selama menjalankan puasa, kita tidak hanya menahan lapar dan haus. Namun, dengan banyak berzikir, berdoa, berbuat baik, kita juga mengendalikan emosi, hawa nafsu.

Dengan melakukan rangkaian ibadah tersebut di bulan Ramadan diharapkan Idul Fitri mendapatkan kemenangan mengolah emosi.

Ketiga, Kemenangan Intelektual

Dalam sebuah jurnal, konsep kecerdasan intelektual (intelligence Quotient/IQ) dikenalkan oleh William Stern, "Kemampuan intelektual adalah kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri pada hal-hal baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuan yang ingin dicapai. Kemampuan intelektua juga merujuk pada kapabilitas seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara bermakna dan dapat berinteraksi secara efisien dengan lingkungan."

Mungkin kita mengenal kecerdasan intelektual dimemiliki seseorang pada saat sekolah. Hasil nilai yang tinggi di atas rata-rata. Namun, dalam Islam kecerdasan intelektual diukur antara kwalitas dan kwantitas. Dalam kaitannya dengan seseorang yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan adalah mereka mampu memahami realita dan menyeimbangannya dengan keimanan. Umat muslim yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi adalah mereka yang mampu membedakan mana yang halal dan yang haram. Mereka juga selalu mempertimbangkan antara manfaat dan mudhorat. Mengerti antara hak dan kewajiban.

Kita tahu dengan berpuasa di bulan Ramadan, umat Muslim sudah membiasakan diri bersikap dengan mengedepankan kemampuan intelektualnya.

Tiga kemenangan itu diharapkan bisa diraih oleh setiap individu terutama umat Muslim melalui ibadah puasa di bulan Ramadan. Akhir Ramadan bukanlah sebuah akhir perjalanan mencapai kemenengan. Awal bulan Syawal adalah awal untuk meneruskan apa yang telah menjadi habit pada saat Ramadan.

Semoga Idul Fitri 2021 menjadi awal kemenangan kita semua.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 2021. Mohon maaf lahir batin. Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Taqabbal Ya Karim.

Bahan Bacaan :

https://www.wallstreetenglish.co.id/

Alumni Program Doktoral Universitas Moulay Ismail, Meknes -- Maroko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun