Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Salam Tempel Saat Lebaran Mengajarkan Empat Hal

11 Mei 2021   13:02 Diperbarui: 11 Mei 2021   20:34 1328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat yang berbahagia,

Alhamdulillah kita akan menghadapi bulan Syawal, bulan yang sangat istimewa bagi umat muslim. Setelah satu bulan menjalankan puasa. Tanggal 1 Syawal adalah hari perayaan Idul Fitri. Maksudnya perayaan karena hari itu kita bisa makan apa saja tentunya yang halal ya.

Hari raya Idul Fitri, biasanya diawali dengan sarapan ketupat dan opor ayam bersama keluarga. Itu tandanya tanggal 1 syawal telah dimulai dan siap-siap untuk melaksanakan salat Idul Fitri. 

Apakah lebaran selalu identik dengan ketupat dan opor? Bagi keluarga saya iya, tetapi di balik ketupat, Idul Fitri adalah hari ketika orang-orang berbuka. Haram hukumnya untuk berpuasa.

Bagi anak-anak Idul Fitri lekat dengan mendapat hadiah baju baru dan angpau. Hadiah tersebut didapat karena tamat berpuasa. Kalau kita ikut orangtua silaturahmi ke tempat saudara biasanya juga mendapat angpau atau salam tempel.

Salam tempel pada waktu saya kecil belum tren seperti sekarang. Saya hanya mengingat beberapa kali mendapat salam tempel jika diajak halal bihalal ke kampung Bapak dan Ibu. 

Ketika keliling ke saudara atau tetangga, mereka memberi makanan yang ada di toples. Kue astor, kue satu, rengginang, peyek disesel ke tangan suruh bawa. Ibu bekalnya pun bukan dompet kosong atau tas besar melainkan kresek, katanya, "Buat wadah raginang."

Mengenal salam tempel kembali ketika saya sudah menikah. Kami menyiapkan beberapa amplop untuk saudara, keponakan, anak yatim, janda, dan anak kecil yang memberi weweh ke rumah.

Salam tempel pada anak sebenarnya mengajarkan banyak hal, di antaranya:

Pertama, berempati

Mengajarkan berempati terhadap sesama berawal dari keluarga, melihat, dan mempraktikan.

Menjelang lebaran bagi saya momentum yang tepat. Ketika anak-anak saya ajak membagikan bingkisan atau uang kepada fakir miskin, anak yatim. Sebelumnya saya sudah memberi pengertian dengan bahasa yang mudah dipahami tentang makna memberi. Sehingga mereka tidak mengharap salam tempel kembali.

Kedua, belajar bersyukur

Dengan mengajarkan puasa kepada anak-anak, secara tidak langsung anak-anak akan tahu bagaimana rasanya lapar dan harus. Begini situasi orang-orang yang kekurangan dalam ekonomi. 

Di akhir Ramadan mereka diajak untuk memberi. Mereka juga akan tahu tidak semua orang berkecukupan. Merasakan apa yang terjadi, melihat keadaan secara langsung, Insya Allah akan menumbuhkan rasa syukur pada anak-anak.

Salam tempel tidak harus anak sebagai penerima, tetapi tempatkan anak-anak sebagai pemberi. Saya sering melibatkan anak-anak dalam kegiatan dengan anak binaan Yatim. 

Dengan penjelasan yang ringan, konkret. Anak akan bersyukur memiliki orang tua karena di luar sana banyak anak yang nasibnya harus menjadi anak binaan.

Ketiga, mengenalkan silaturahmi

Salah satu tradisi lebaran, menyambung silaturahmi dengan saudara dan tetangga. Bukan sekadar pulang ada salam tempel. 

Dalam silaturahmi sebetulnya kita sedang mengajarkan bagaimana menjaga networking kepada anak-anak.

Keempat, kasih sayang

Lebaran bukan sekadar salaman dan ada yang melekat di tangan. Salam tempel hanya bentuk kasih sayang orang dewasa kepada anak-anak. Setiap tahun setelah salat Idul Fitri, seluruh keluarga berkumpul di rumah untuk sungkem kepada orang tua.

Saat yang tepat sebagai orang dewasa dan orang tua memberi kepada anak-anak yang belum bekerja. Salam tempel dilakukan ketika anak-anak menyalami orang dewasa.

Dapat bisikan, "Mamah kenapa Tante tidak ngasih angpau." Mungkin lupa jawab saya saat itu. "Tidak, depanku dikasih, ko Mah," Mungkin uangnya habis. "Semua anak-anak dikasih, Mah," ujarnya lagi. 

Saya menyimpulkan bagaimanapun kondisi orang tua, anak-anak membutuhkan bukti kasih sayang dari orang dewasa. Tidak perlu besar dan mewah. Lebaran waktu yang tepat untuk menunjukkan bahwa kita sayang, memperhatikan mereka.

Itulah beberapa hal mengenai salam tempel. Bukan sekadar tempel. Selamat membersamai anak-anak untuk tumbuh kembang menjadi generasi yang penuh kasih sayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun