Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kena Ghosting Deh, Ketika Ditagih Utang Malah Menghilang

10 Maret 2021   17:16 Diperbarui: 10 Maret 2021   17:26 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari pixabay.com

Diary,

Kesal tidak ketika meminjamkan uang atau barang, si peminjam malah main ghosting? Tentu kesal. Aku punya pengalaman diperlakukan seperti itu. Kita yang minjamkan uang, di akhir jatuh tempo malah aku seperti yang ngemis-ngemis.  

"Sudah dua pekan orang ini tidak bisa dihubungi," ujarku pada suami yang asyik dengan cat dan kuas lukisnya.

"Mamah kena ghosting itu namanya," sahut putriku.

Waduuh apa lagi ini, ternyata bukan kekasih saja yang suka menghilang. Yang punya utang pun pakai jurus hilang, jika ditagih terus, naik jurus jadi galleding. Ujung-ujungnya ngegasthing alias marah-marah. Naah kalau sudah gini dianggap lunas deh utang.

Kalau seratus duaratus ribu, bisa ikhlas. Kalau di atasnya hati bisa dongkol. Apalagi jika kita sendiri banyak kebutuhan. Uang itu buat persiapan sekolah anak, persiapan jika sakit atau persiapan bayar pajak.

Pernah tidak, kita bersikap begitu sama tukang jualan panci? Biasanya emak-emak yang sering utang panci. Kecuali di Desa Ciraos, bapak-bapak yang utang panci; Kang Akum, Kang Aceng, Kang Idoy. Ketika si Mamang Panci teriak, "Panciiii ...." Si Emak ngumpet di kamar, pura-pura tidak dengar.

Itu contoh utang kecil-kecilan yang terkadang menjadi pemicu pecahnya suatu hubungan. Maksudnya hubungan pemberi utang dan penerima utang. Sekali pun hubungan mereka pada awalnya mesra seperti pasangan kekasih. Di awal mesra-mesraan, setelahnya ghosting. Itu karakter peminjam utang yang tidak bertanggungjawab.

Padahal kita tahu namanya utang itu harus dikembalikan dengan jumlah yang sama atau barang yang sama.

Kohler menyatakan pendapatnya yang terdapat di dalam buku Chariri dan Gozali (2005 : 160) bahwa hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk uang, barang, atau jasa

Susahnya jika jatuh tempo tiba, peminjam tahu-tahu menghilang. Ditelepon tidak diangkat, dichat tidak dibalas. Jangankan balas, dibaca pun tidak. Tambah susah lagi jika dia memberi alamat palsu. Senasib deh sama Ayu Ting Ting "lamat palsu".

Supaya tidak terjadi ghosting, galleding bahkan gas-thing. Sebelum ijab qobul, ada langkah-langkah yang harus diperhatikan.

Pertama, pastikan kita mengenal peminjam dengan baik

Iya dong kalau tidak kenal untuk apa meminjam atau meminjamkan sesuatu. Ada lho, kita tidak mengenalnya tetapi peminjam kenal kita. Bisa jadi dia pakai tip SKSA, Sok Kenal Sok Akrab. Dengan lemah lembut memelas seperti orang kesusahan dia meminjam uang. Kita pun dibuat tidak berdaya untuk menolak.

Jika tidak penting banget artinya bukan untuk kepentingan pokok jangan meminjam uang atau barang. Namun, zaman sekarang, meminja uang biasanya untuk memperkaya diri sendiri, bukan untuk makan atau anak sekolah. Ini yang susah jika mengikuti gaya tetapi tidak punya uang.

Kedua, pastikan ada bukti tertulis dan saksi

Sebelum menyerahkan barang atau uang, buatlah janji tertulis kapan dia sanggup mengembalikan utang. Nah ini kelemahannya jika utang piutang OP (Orang Pribadi) apalagi nilainya sedikit. Kalau utang banyak pakai surat perjanjian, wajar. Jika yang utang itu teman sendiri, saudara, jumlahnya pun sedikit. Menggunakan surat perjanjian rasanya tidak enak.

Ketiga, jika jatuh tempo, ingatkan terus.

Mengingatkan terus sama dengan nagih. Apapun sebutannya, mau bilang apa lagi. Jika peminjam lalai, tugas kita mengingatkan. Bagi peminjam hendaknya menyadari dan segera minta maaf. Eiit minta maaf bukan berarti lunas, tetapi lekaslah menentukan kapan akan membayar.

Jangan lakukan jurus ghosting yang tidak etis apalagi ngegas-thing. Kita sudah ditolong oleh teman, jangan sampai menyakitinya.

Keempat, sabar

Sabar jika menghadapi peminjam yang sering hilang. Lakukan terus penagihan, kalau perlu buat perjanjian baru tentang kesanggupan melunasi. Berdoa supaya peminjam dimudahkan rezekinya sehingga bisa melunasi utang-utang.

Memang sulit untuk bersabar mengahadapi peminjam yang bandel. Apalagi orang itu tidak berniat untuk membayar. Mau bilang apa lagi selain ikhlaskan.

Salam hangat,

Sri Rohmatiah

 http://www.kumpulanpengertian.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun