Mohon tunggu...
Sri Rohmatiah Djalil
Sri Rohmatiah Djalil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Petani, Penulis

People Choice dan Kompasianer Paling Lestari dalam Kompasiana Awards 2023.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Dua Modal Dasar untuk Menjadi Penulis

24 Januari 2021   20:39 Diperbarui: 24 Januari 2021   20:46 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apakah menjadi penulis harus memiliki gelar sarjana?"

Pertanyaan yang sempat ada di pikiranku waktu itu. Sekarang, itu tertuju padaku. Apa ini yang disebut hukum karma atau makan buah simalakama? Hehe ... keduanya salah. Menulis tidak ada hubungannya dengan makan buah simalakama, kecuali aku menulis sambil makan buahnya, atau menulis tentang buah itu.

Aku ingat apa yang dikatakan Pak Cahyadi, Penulis itu syaratnya harus bisa nulis. Kita bisa menulis sejak Sekolah Dasar. Jadi menulis itu tidak sulit, maka menulislah seperti kita bernafas. Di mana saja, kapan saja bisa menulis.

"Saat menulis fokus menuangkan kata-kata yang ada di pikiran, jangan satukan aktivitas menulis dengan mengedit karena mengedit itu memerlukan pikiran. Pada saat berpikir, menulis pun akan tersendat-sendat seperti sesak nafas. Ketika selesai menulis, baru lakukan self editing." Lanjut Pak Cahyadi.

Pak Cahyadi Takariawan menambahkan, kalau modal menulis bukanlah bakat, tetapi, pembelajaran dan ketekunan.

Pembelajaran. Belajar menulis tidak harus sekolah formal jurusan sastra, atau memiliki gelar sarjana. Kita bisa belajar melalui media sosial, kelas menulis online, membaca buku, belajar dari karya orang lain atau mengikuti seminar-seminar. Sangat banyak kelas-kelas menulis yang diadakan oleh penulis best seller.

Ketekunan, ketika telah memiliki ilmu atau materi pembelajaran, konsisten lah untuk menulis. Jangan memupuk alasan, atau menunggu mood. Mood itu tidak perlu ditunggu atau dicari, kita yang ciptakan mood.

Menjadi penulis menunggu sarjana, jelas bukan ide yang tepat. Siapa saja bisa menulis selagi dia mencintai dunia menulis, menjadikan menulis sebagai passion bukan sekadar pekerjaan. Tere Liye seorang akuntan, dia mencintai menulis sejak SD, menulis novel tidak langsung best-seller, melalui proses yang panjang, jalan naik turun seperti rollercoater. Akhirnya novel keempat yang berjudul 'Hafalan Shalat Delisa,' 2008 yang diterbitkan oleh Republika, terkenal setelah tiga tahun terbit.

Jika berharap menjadi seorang penulis sukses dengan buku best-seller dalam waktu yang singkat kilat, itu delusi. Jadi untuk menulis tidak perlu pendidikan tinggi, kecuali jika menulis untuk media seperti jurnalis atau yang lain jelas membutuhkan gelar sebagai kredibilitas bahwa kita mampu di bidang itu.

Dikutip dari tulisan Pak Cahyadi Takariawan, ada tiga langkah dasar menulis.

Langkah Pertama; Memilki Modal Menulis

Modal menulis bukan masalah materi yang melimpah atau bakat yang kuat dari nenek moyang. Menurut Naning Pranoto dalam buku "24 Jam Creative Writing" modal menjadi penulis ada enam, yakni tekad yang bulat dan mau latihan menulis. Kedua banyak membaca buku untuk menambah pengetahuan, Ketiga banyak bersosialisasi. Keempat memahami bahasa dan berbagai kosakata. Kelima memiliki sarana untuk menulis seperti computer, android, jika tidak memiliki yang penting memiliki buku/kertas dan pena. Keenam memiliki tekad menulis karya yang bermutu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun