Mohon tunggu...
Sri Pujiati
Sri Pujiati Mohon Tunggu... Nothing

Jepara, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Memilih Bertahan di Lingkungan Kerja Toxic, Apa yang Bisa Dilakukan?

9 Agustus 2022   22:57 Diperbarui: 10 Agustus 2022   21:30 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lingkungan kerja toxic (Sumber: shutterstock)

Dalam dunia pekerjaan terkadang kita akan menghadapi hal-hal tidak terduga yang harus dihadapi, salah satunya adalah menghadapi lingkungan kerja yang toxic. 

Lingkungan kerja toxic mungkin menjadi momok yang paling menakutkan di dunia kerja. Karena lingkungan kerja toxic biasanya membuat orang menjadi tidak betah dan tidak kerasan dalam bekerja. 

Sebagian banyak orang tidak betah bekerja di lingkungan kerja toxic karena memang lingkungan kerja yang toxic tidak baik untuk kesehatan mental seseorang. 

Namun mencari pekerjaan di zaman sekarang ini, bukanlah hal yang mudah sehingga beberapa orang pun terpaksa memilih tetap bekerja meskipun lingkungan kerja tersebut toxic. 

Memang sulit, namun memang karena keadaan seseorang biasanya terpaksa memilih bertahan di lingkungan kerja tersebut meski toxic. 

Tidak semua orang bisa memutuskan untuk resign atau pindah ke tempat kerja yang lain ketika tahu jika lingkungan tempat ia bekerja adalah lingkungan toxic. 

Jika kamu salah satunya, yaitu orang yang memilih bertahan di lingkungan kerja yang toxic kamu bisa melakukan hal-hal berikut ini untuk tetap bertahan. Meskipun sulit, setidaknya kamu bisa menjaga kesehatan mentalmu dan bertahan untuk bisa tetap bekerja. 

Pertama, berusaha untuk menunjukkan kemampuanmu dengan maksimal 

Hal pertama adalah kamu harus berusaha semaksimal mungkin untuk menunjukkan kemampuan terbaikmu dalam hal pekerjaan. 

Jujur saja  sih terkadang memang di dunia kerja itu bukan kualitas pekerjaan yang kamu bisa tetapi seberapa dekat dirimu dengan atasan. Ya begitulah dunia kerja. 

Namun tetap saja kamu harus menunjukkan kemampuanmu dengan maksimal. Jika rekan kerjamu banyak yang berusaha untuk menjilat atasan dengan pencitraan, kamu bisa menunjukkan kualitasmu dalam hal pekerjaan. 

Kamu tidak perlu merasa takut atau khawatir jika mungkin banyak orang yang tidak suka padamu. Yang paling penting adalah kamu bisa mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu. 

ilustrasi lingkungan kerja toxic. | Sumber: SehatQ.com
ilustrasi lingkungan kerja toxic. | Sumber: SehatQ.com

Biarkan saja yang lain berusaha untuk dekat dengan atasan dengan berbagai pencitraan. Kamu tidak usah memedulikan mereka. Memang terkadang kamu bisa menjadi pelampiasan dalam hal pekerjaan maupun amarah atasan. Kamu bisa jadi  menjadi kambing hitam atas kesalahan yang rekan kerjamu buat. 

Namun jika kamu memiliki kualitas pekerjaan yang mumpuni, maka kamu bisa memberikan argumen jika disalahkan. 

Di dunia  kerja memang biasanya saling menjatuhkan sesama rekan kerja. Ya itulah dunia kerja yang tidak seindah bayangan kita waktu masih duduk di bangku sekolah. Memang kejam tapi itulah faktanya. Yang paling penting adalah kamu memiliki cara untuk bisa tetap bertahan. 

Salah satunya dengan melakukan pekerjaan dengan maksimal. Jika kita maksimal dalam mengerjakan suatu pekerjaan, maka kamu bisa mencintai pekerjaan yang kamu lakukan. Hal ini bisa membuat kamu melupakan lingkungan kerjamu yang toxic. 

Karena kamu bekerja untuk mencari nafkah. Jadi abaikan saja lingkungan kerja yang menurutmu toxic, fokus saja pada pekerjaan yang kamu kerjakan. 

Biarkan rekan kerjamu membicarakan apapun tentangmu, kamu cukup tutup telinga dan tutup mata. Fokus pada pekerjaan yang menjadi tanggung jawabmu. 

Jika kamu menguasai pekerjaanmu dan kamu menunjukkan yang terbaik dalam pekerjaanmu maka kamu akan dibutuhkan. Jadi kamu bisa menunjukkan kinerjamu yang berkualitas. Ketika rekan kerjamu sibuk cari muka, kamu bisa menyibukkan diri dengan memperbaiki kinerja. 

Meskipun kamu tidak terlalu dekat dengan atasan, namun kamu  memiliki  kemampuan  yang baik. Hal tersebut bisa menjadi bekal untukmu agar bisa tetap bertahan. Orang lain pun tidak akan meremehkan dirimu karena kamu memiliki kompetensi  yang mumpuni. 

Kedua, mengembangkan skill lainnya yang dibutuhkan 

Kemudian hal  kedua yang bisa kamu lakukan adalah mengembangkan skill yang dibutuhkan di tempat kerjamu. Daripada kamu memikirkan rekan kerja yang toxic, mending waktumu itu kamu gunakan untuk mengembangkan skill yang dibutuhkan. 

Seperti  yang kita tahu  perkembangan teknologi telah berkembang begitu cepat, tentu banyak skill baru yang bisa kamu pelajari dan kamu kembangkan. Hal tersebut tentu untuk mendukung pekerjaanmu di tempat kerja. 

Menyibukkan diri dengan hal-hal positif akan memberikan efek positif juga bagi tubuh dan mentalmu. Karena untuk menghadapi lingkungan yang toxic, itu membutuhkan energi ekstra. Untuk itu kamu perlu melakukan hal-hal yang positif agar kesehatan mentalmu tetap terjaga.

Dengan mengembangkan skill yang kamu pelajari, itu juga akan membantu dirimu bertahan di tempat kerja.

Orang yang memiliki skill tentu akan mudah beradaptasi di tempat kerja daripada mereka yang tidak memiliki skill apapun. 

Meskipun kamu sudah bekerja, kamu perlu mempelajari skill-skill baru yang menurut kamu bisa mendukung pekerjaanmu dan tentu saja kamu menyukainya. 

Mempelajari skill baru tentu akan membuatmu sibuk dengan hal tersebut dan kamu pun tidak punya waktu untuk memikirkan hal yang tidak penting seperti omongan rekan kerja di kantor atau hal-hal lainnya. Karena hal tersebut hanya akan menguras energimu dan buang-buang waktu saja. Daripada waktumu terbuang untuk hal-hal  yang tidak berguna, lebih baik kamu gunakan untuk hal positif salah satunya ya mengembangkan skill. 

Karena jika kamu  meladeni lingkungan kerja  yang toxic, itu  hanya akan merugikan dirimu sendiri. Jadi abaikan saja apa  yang terjadi di lingkungan kerjamu. Kamu tidak perlu terlalu meladeninya dan tahu banyak hal tentang apa yang terjadi di lingkunganmu.

Waktu dan energimu terlalu berharga jika kamu habiskan untuk menuruti permasalahan yang ada di lingkungan kerja. Karena itu tidak  akan ada habisnya. 

Ketiga, batasi interaksi di lingkungan kerja

Kemudian hal terakhir yang bisa kamu lakukan adalah membatasi interaksi di lingkungan kerja dengan rekan kerja lainnya. Kamu hanya perlu berinteraksi sewajarnya saja dan tidak perlu terlalu berlebihan. 

Misalnya berinteraksi sesuai dengan kebiasaan normal. Saling menyapa dan bertanya jika butuh. Kamu tidak perlu tahu banyak hal tentang apa yang terjadi di lingkungan kerja. Karena semakin banyak  kamu tahu, itu hanya akan menjadi beban pikiranmu saja. Sehingga bisa membuat kamu stres. 

Kamu cukup berinteraksi dengan orang yang menurut kamu dekat dan bisa kamu percaya sedangkan dengan yang lainnya cukup sewajarnya saja. 

Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk berbuat baik dengan semua orang di tempat kerjamu. Karena berbuat baik belum tentu diterima dengan baik oleh orang lain. Jadi batasi dan berinteraksi secukupnya serta sewajarnya. 

Terlalu banyak berinteraksi terkadang hanya akan membuatmu semakin pusing dan memikirkan hal-hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Jika kamu terlibat dengan banyak orang itu  hanya akan menambah beban pikiran dan itu tentu saja menguras energimu. 

Kamu cukup fokus saja dengan dirimu dan pekerjaanmu di lingkungan kerja yang toxic. Anggap saja itu sebagai penawar racun di tempat kerjamu  yang beracun. 

Ketika kamu membatasi interaksi maka kamu bisa lebih fokus pada pekerjaanmu. Karena terkadang banyak interaksi kita justru akan bingung dan kepikiran dengan omongan banyak orang. Jadi batasi saja interaksimu dengan rekan kerja di lingkungan kerjamu yang toxic. 

Itulah tiga hal yang bisa kamu lakukan jika kamu memilih bertahan di lingkungan kerja yang toxic. Karena tidak semua orang memiliki pilihan untuk meninggalkan pekerjaan. 

Meskipun di lingkungan toxic, beberapa orang memilih bertahan karena tidak punya pilihan. Semoga hal-hal tersebut bisa bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun