Mohon tunggu...
Sri Pujiati
Sri Pujiati Mohon Tunggu... PNS - Nothing

Jepara, Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Melihat Pesan Persatuan dalam Film "Raya and The Last Dragon"

27 Maret 2021   08:56 Diperbarui: 29 Maret 2022   13:42 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: haibunda.com 

Film animasi Raya and The Last Dragon merupakan film animasi Disney yang tayang pada awal bulan Maret lalu. Film animasi yang berkisah tentnag petulangan seorang perempuan muda ynag bernama Raya mencari naga terakhir agar bisa menyelamatkan negaranya. Raya tidak sendiri ia ditemani hewan kesayangannya seekor trenggiling yang bernama Tuk tuk dan juga menjadi kendaraannya.  Film ini juga menyuguhkan audio visual yang luar biasa. Tidak heran,  karena ini merupakan produksi Disney  yang tentu saja memiliki kualitas yang bagus baik itu gambar maupun audionya. 

Sinopsis 

Dahulu kala, 500 tahun yang lalu dikisahkan manusia dan naga hidup berdampingan dalam sebuah tempat yang bernama Kumandra. Mereka hidupa rukun dan saling berdampingan. Namun suatu hari muncul wabah  yang disebut Druun. Apapun yeng mengenainya maka akan menjadi batu. Para naga berusaha untuk melawan, hingga tersisa satu naga yang membawa permata yang akhirnya bisa mengalahkan Druun. Para  manusia pun bi a kembali namun tidak dengan para naga. Lima ratus tahun kemudian Kumandra pun menjadi 5 negara yaitu Hati (Heart), ekor (Tail), cakar (Talon), tulang (Spine), taring ( Fangs). Raya dan ayahnya tinggal di negara yang bernama Heart. Keempat negara lain merasa iri dengannya karena negara ini makmur. Hal itu diasumsikan karena ayah Raya memiliki permata yang disimpan di tempat rahasia. 

Permasalahan dimulai ketika ayah Raya menjamu keempat negara lainnya mengajak  untuk bersatu menajdi negara yang bernama Kumandra. Di sini Raya bertemu dengan Namaari anak dari negara fangs. Keduanya sama-sama menyukai kisah tentang naga. Kemudian Raya mengajak Namaari untuk melihat permata naga. Saat itulah Namaari ingin mengambil permata tersebut. Raya berusaha mencegahnya. Namun terlambat. Semua orang sudah menyusul dan melihat permata naga itu. Mereka pun berebut untuk memiliki permata naga itu seutuhnya. Hingga akhinrya permata itu pecah dan muncullah Druun yang kembali menyerang mmanusia. Semua orang berusaha untuk menyelamatkan diri. Namun ayah Raya harus kalah dan menjadi batu. Di sinilah petualangan Raya dimulai untuk mencari Sisu si naga air yang masih tersisa dan bersembunyi. 

Ada Budaya Indonesia  di Raya and The Last Dragon

Saat awal episode kita akan diperlihatkan prolog tentang kehidupan Kumandara. dalam penggambarannya animasi yang muncul mirip seperti tokoh wayang ayang merupakan budaya Indonesia. Suara musiknya juga terdengar ada suara gamelan yang juga merupakan budaya Indonesia. Selain itu ada juga batik. Hal ini terlihat ketika ayahnya berkeliling bersama Raya, terlihat ada seorang perempuan yang sedang membatik dnegan menggunakan canting. Pakaian batik juga tergambar pada motif pakaian dari ayah Raya. Kemudian senjata utama Raya yang berbentuk keris yang merupakan senjata tradisional sala satu suku yang ada di Indonesia. Senjata ini merupakan ide dari Que Nguyen sang penulis skenario dari Vietnam. 

Tidak heran kenapa ada unsur budaya Indonesia ada dalam Raya and the Last Dragon, karena ada tiga tokoh budaya yang dihubungi Disney untuk menjadi konsultan budaya. ketiga tokoh  tersebut adalah Juliana Wijaya, Emiko Susilo dan Dewa Putu Berata. Melansir dari VOA Indonesia, tugas pertama Dewa dan Emiko adalah mengorganisasi kunjungan tim Disney ke Bali. Keduanya lantas  membawa kru film itu ke kampung halaman Dewa di Banjar, Gianya. Di mana  mereka mengikuti kegiatan berbagai  kegiatan dari upacara adat, demo, pencak silat hingga lokakarya gamelan. 

Sedangkan Juliana Wijaya berperan untuk memastikan kesesuaian istilah-istilah ang dipakai film fantasi  dengan konteks budaya di Asia Tenggara. Selain itu juga ia mmebantu  tim Disney  untuk menciptakan aksara fiktif yang muncul dalam film Raya. Ia memberikan pemahaman tentang perbedaan goresan dan lekuk huruf asal negara-negara di asia Tenggara dengan aksara dari wilayah lain. 

Selain Indonesia, film Raya and The Last Dragon juga mengambil budaya dari beberapa negara di Asia Tenggara. Seperti gaya bertarung Raya yang mirip dengan Muay Thai dari Thailand. Kemudian salam yang membentuk lingkaran dengan kedua tangan merupakan salam khas orang Tahiland. untuk mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal. Sedangkan tempat-tempat yang digambarkan dalam film Raya and The Last Dragon juga begitu kental dengan wilayah yang ada di Asia Tenggara. Seperti sungai dan hutan-hutan serta  pegunungan yang tergambar dalam visual animasi yang sangat menarik 

Sedangkan sosok naga  yang bernama Sisu terinspirasi dari naga di  Asia Tenggara, makhluk setengah dewa yang dapat berubah wujud menjadi ular atau manusia. Kemudian negara Talon yang indah dan seperti terapung di atas air terinspirasi dari pasar apung yang ada di Asia Tenggara, baik  itu di Indonesia, Laos maupun Thailand. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun