Mohon tunggu...
Sri Patmi
Sri Patmi Mohon Tunggu... Penulis - Bagian Dari Sebuah Kehidupan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah Bagian dari Self Therapy www.sripatmi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Senyum Ibu Pertiwi kepada Anak Negeri Darah Betawi

29 November 2020   19:25 Diperbarui: 29 November 2020   19:32 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pesatnya perkembangan zaman mulai mengikis nilai kebudayaan yang tertanam dalam diri setiap individu. Generasi zaman now sudah mulai terkontaminasi dengan nilai kebudayaan kebarat-baratan. Gengsi tinggi jika tidak mengikuti perkembangan zaman yang sedang viral dan trending. 

Serasa ketinggalan zaman bila tidak ikutan menggandrungi nilai yang secara intisarinya saja belum dipahami begitu mendalam. Kebudayaan sendiri justru diabaikan. 

Jika ditanya tentang kebudayaannya, mereka kebingungan. Budaya sendiri malah diapresiasi dan diakui sebagai kebudayaan milik bangsa lain. Jika tidak ada yang melestarikan budaya sendiri, lambat laun kita akan kehilangan identitas bahkan jati diri kita sebagai bangsa.

Beruntungnya Syarif Hidayatullah, pemuda 24 tahun keturunan betawi, asal Kampung Dadap, Tangerang. Kerap disapa oleh lingkungan sekitarnya Bang Arif. Budaya betawi telah mendarah daging didalam dirinya. Hal ini diyakini didalam dirinya sebagai warisan turun temurun yang mendarah. 

Betapa tidak, sejak berusia 3 tahun ia sudah banyak diajari kesenian, adat dan budaya betawi. Baginya, betawi adalah kehidupannya selama ini. Pijakan dari masa ke masa hingga akhir hayat menutup mata.

Bukan tanpa alasan Bang Arif begitu mencintai budayanya, alasannya adalah segala hal dalam budaya betawi adalah kebutuhan hidup. Ciri khusus yang ia bangun dalam dirinya adalah cara berpakaian yang tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Dia selalu mengenakan pangsi betawi kemanapun ia pergi. Sekalipun berangkat kerja, Bang Arif selalu menggunakan pangsi betawi itu.

Berdasar penelusuran saya mengikuti kisah perjalanan anak darah betawi ini, ia sempat mendapat teguran keras dari tempatnya bekerja. Dianggap nyeleneh dan tidak taat pada aturan yang berlaku dalam perusahaan dan kesepakatan perjanjian kerja. Dengan menjunjung nilai kearifan dan nilai keluhuran budaya betawi, ia membuka cara pandang yang baru bagi Direkturnya.

Awalnya Bang Arif mengira permasalahan ini hanya akan berakhir pada surat peringatan atau paling parah di PHK dari perusahaan. Tetapi kisah malah berbalik menjadikan ia bertemu dengan jajaran orang nomor satu di perusahaan tersebut. 

Bang Arif justru mendapat keberuntungan dari sikapnya yang teguh mempertahankan budayanya. Dia diberikan modal untuk mendirikan Sanggar Seni Budaya Betawi di wilayah tempat tinggalnya. Mujurnya, ia masih diperkenankan bekerja di perusahaan tersebut tanpa menghilangkan ciri khusus didalam dirinya.

Kisah pertemuannya dengan Direktur viral antar karyawan. Menarik simpati dan empati bagi sebagian besar karyawan. Dia mendapatkan dana hibah dari karyawan yang lain. 

Sontak namanya semakin dikenal, ditambah lagi dengan penampilannya yang nyentrik mengundang banyak perhatian publik. Seperti artis yang sedang naik daun, karyawan lain juga meminta berswafoto bersama Bang Arif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun