Mohon tunggu...
Sri AdelliaMunaff
Sri AdelliaMunaff Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kedelai dan Janji Jokowi

14 Januari 2019   18:46 Diperbarui: 14 Januari 2019   18:59 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedelai (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)

Siapa yang sangka bila tahu dan tempe yang kita makan sehari-hari itu adalah barang mahal karena mayoritas bahan bakunya didatangkan dari luar negeri. Penyebab dasarnya adalah, produksi kedelai kita belum bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, produksi kedelai Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai lebih dari 3 juta ton per tahun. Kemampuan kita menghasilkan kedelai di 2018 kemarin hanya sebesar 982.598 ton, sehingga perlu melakukan impor sebanyak 2,6 juta ton untuk menutupi kekurangan produksi dalam negeri.

Kondisi defisit kedelai ini tidak berjalan tanpa disadari. Sebelum terpilih menjadi presiden, Joko Widodo sempat mengkritik kondisi ini. Oleh karena itu, di awal pemerintahannya, Presiden Joko Widodo -lewat Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman- langsung mencanangkan swasembada kedelai di 2018.

Alih-alih menunjukkan tren perbaikan, sejak target itu dicanangkan, jumlah impor yang diimpor justru meningkat dari tahun 2015 hingga 2018 kemarin.

Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian, impor pada tahun 2015 dan 2016 berjumlah sekitar 2,3 juta ton. Pada 2017, naik menjadi 2,7 juta ton dan sempat turun menjadi 2,6 juta ton pada tahun lalu.

Sementara itu jumlah produksi kedelai pada rentang waktu yang sama mengalami fluktuasi. Pada 2015, produksi mencapai 963.183 ton dan turun menjadi 859.653 ton pada 2016. Tingkat produksi semakin turun pada 2017, yakni 538.728 ton dan mengalami peningkatan pada tahun lalu yang mencapai 982.598 ton.

Kini, setahun menjelang target swasembada itu, Kementan malah lebih banyak berkilah ketimbang memaparkan kemajuan produksi kedelai.

Sumber:KataData

ada beberapa tantangan dalam pengembangan kedelai dalam mencapai swasembada. Contohnya, kesulitan lahan dengan persyaratan ph (keasaman) netral dan kedalaman minimal 20 sentimeter. Kemudian, jumlah hama yang mencapai 29 jenis juga menambah biaya produksi petani.

Selain itu, ada kendala lain berupa luasan lahan tanam yang kurang memadai. Padahal Indonesia hanya butuh sekitar 2,5 juta hektare tambahan luas tanam untuk mencapai swasembada.

Sejauh ini, wilayah yang potensial untuk dikembangkan menjadi sentra produksi kedelai adalah Jawa Tengah, terutama di  Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Grobogan. Selain itu, wilayah Jawa Barat, seperti Sukabumi dan Garut juga cocok dijadikan wilayah tanam.

Saat ini, rakyat menanti, sejauh mana janji swasembada ini bisa ditepati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun