Mohon tunggu...
Sri Mulyono
Sri Mulyono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Wira Usaha Kuliner di Makassar, tengah belajar menulis artikel. \r\nPernah Bekerja di P.T. Burroughs Wellcome Ind, P.T. GlaxoWellcome Ind, P.T. Otsuka Pharmaceutical Ind, Garudafood, Stiefel Laboratories Pte. Ltd, Glaxo-SmithKline Ind.\r\n\r\nPernah Belajar di : Fak. Biologi-UGM, SMA 4 Yogya, SMP 6 Yogya, SDN Bebengan 2 Boja - Kendal.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kasys dr. Ayu (I): "Apakah Semua Rumah Sakit Sudah Punya Dokter Anaesthesi?

29 November 2013   15:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:31 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Mengikuti Dikusi di Stasiun Metro TV yang membahas "Kasus Dr, Ayu" banyak sekali informasi yang didapat oleh masyarakat, sekaligus memunculkan pertanyaan baru. Diskusi yang mengundang dua narasumber yaitu Prof. Dr. Eka dan Dr. Marius membuka banyak hal yang belum diketahui oleh orang awam.

Menurut Dokter Marius,  Resident Senior seperti Dr. Ayu sebenarnya dianggap belum "cakap" melakukan operasi. Karena  secara "hukum" beliau belum resmi menjadi Dokter Spesialis. Meskipun argumen ini mendapat "sanggahan" dari Prof. Eka namun sampai akhir diskusi sepertinya masih belum ada titik temu, dalam memandang nasib Dr. Ayu dan kawan-kawan.

Menurut Dokter Marius,  dalam operasi tersebut harus disupervisi langsung (berada di tempat) oleh seorang Dokter Spesialis Obgyn. Dengan demikian maka seharusnya dari bagian Anaesthesiology-pun harus ditangani oleh seorang Dokter spesialis Anasthesiology. Artinya bahwa sebuah operasi yang didukung oleh penata Anasthesi saja, sebenarnya tergolong "Ilegal".

Saya jadi teringat, tahun 1994 ketika saya bekerja sebagai medical reps di Manado, yang kebetulan mempromosikan preparat anasthesy.  Di Manado saat itu (bahkan mungkin Se-sulawesi Utara, Gorontalo dan Ternate), baru ada dua dokter ahli Anasthesy yaitu Dr. A.A. Pontoh dan Dr. H.J. Lalenoh. Sedangkan di kawasan Manado, Bitung dan Minahasa ada beberapa rumah sakit yang melakukan operasi misalnya: RSU Malalayang (RSU Prof Kandou), RUMKIT, RS. Pancaran Kasih (Manado), RS. Budi Mulia (Bitung), RS. Bethesda (Tomohon), RS. Sam Ratulangi (Tondano), RS Aloei Saboe (Gorontalo), RS Tana Tinggi (ternate) dan RS Tahuna (Sangir).

Bisa kita bayangkan pasti tidak mungkin dua Dokter tersebut bisa melayani semua rumah sakit tersebut. Apalagi dalam keadaan darurat. Kalaupun kemudian sampai tahun 2000 ada tambahan dua Dokter yaitu Dr. Lucky Kumaat dan Dr. Harold Tambayong  rasanya masih belum cukup mengatasi semua rumah sakit di kawasan itu.

Yang saya tahu, pada sa'at itu peran penata Anasthaesi memang sangat besar, dan terbukti bertahun-tahun tidak terdapat masalah yang disebabkan oleh masalah pembiusan. Apa yang saya sampaikan ini adalah sekedar gambaran, seandainya apa yang disampaikan oleh Dokter Marius harus diikuti, maka bagaimana dengan nasib masyarakat di pinggiran wilayah Nusantara ?   Apakah pasien darurat operasi dari Tahuna harus dibawa ke Manado ?   Bagaimana dengan daerah-daerah seperti Papua ?

Sayangnya hingga sa'at ini yang ditayangkan di televisi adalah masalah kontroversinya. Aturan yang jelas yang menjadi pedoman bagi para Dokter dan Masyarakat sepertinya belum ada titik temu. Yang saya khawatirkan adalah kalau masalah ini belum clear akan menimbulkan tekanan psikologis buat dokter, yang akhirnya akan merugikan masyarakat juga.

# Mari kita berpikir netral.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun