Mohon tunggu...
SRI MARYATI
SRI MARYATI Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content writer

Penikmat sastra, demi memuaskan hasrat aksara yg mengembara. Bagi yg suka baca cerita fiksi seperti cerpen, cerbung, dan series bisa mampir ke akun karyakarsa ku ya, link di bawah⬇️ https://karyakarsa.com/Xuri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gerimis dan Masa Lalu

17 Mei 2019   21:55 Diperbarui: 17 Mei 2019   22:14 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:sejutanovel.wordpress.com

Saat ini aku tengah duduk santai sambil memandang ke arah luar. Seperti biasa, aku berada di Cafe langgananku untuk menyelesaika Tulisan yg deadlinenya sudah diujung tanduk. Di luar sana sedang gerimis dan sebentar lagi hujan lebat pun akan membasahi bumi, yang sedikit mengering oleh terik matahari dan banyak debu-debu halus berterbangan. Sesekali ku hirup aroma dan meyeruput kopi, minuman yang ku pesan dua menit yang lalu secara perlahan. Dan lagi-lagi Ku lemparkan pandangan keluar. Terdegar teriakan anak-anak yang membawa payung berbaris di jajaran pingiran toko, atau pusat perbelanjaan dan dimana saja tempat yang membutuhkan ojek payung. Mereka berlari ke arah mobil yang hendak singgah.

Bak terlempar ke masa lalu, ingatan itu masih jelas dalam bayang memori ku. Semua kenangan baik itu bermula dari gerimis, kebahagian sederhana yang dirasa oleh sukma dan ragaku. Masih teringat hal sekecil apapun walau sudah lama rasanya kejadian itu berlalu.

Rintikan hujan gerimis yang halus menyapa wajahku lembut, entah kenapa di saat seperti ini orang-orang mulai berlari menghindari sebelum basah kuyup olehnya. Tidak denganku yang menyambutnya dengan senyuman lebar tanda puas. Setelah lama menunggu saat setelah panas seharian. Tunggu apa yang kulakukan di tengah gerimis saat ini? Baru tersadar bahwa aku terlalu menikmati setiap tetesan yang menyegarkan raga. Hingga bahagia begitu merasuk dalam relung kalbuku.

Sesekali lembar-lembar memori indah itu singgah pada saat gerimis datang bergerombolan. Mungkin saja bagi setiap orang, tapi tidak semua. Air yang turun dari atas langit yang mengundang keindahan pelangi serta menghiasi bumi itu adalah penggangu. Nyatanya ia adalah anuggrah yang dinanti-nati kan olehku. Apalagi rasa rindu ini semakin besar dan berat ketika musim panas tiba dan kemarau melanda. Itu seolah memisahkanku dari apa yang kusukai.  Benci. Tapi aku tak berdaya  melawan kuasa ilahi. Aku hanya seorang hamba yang penuh kekhilafan dan dosa, tak sepantasnya memberontak pada sang pencipta.Kembali pada gerimisku yang berkunjung, aku tak tahu entah sampai kapan ia menemani langkahku. Karna saat ini aku lagi disuruh oleh ibu untuk membeli sebungkus garam untuk sayur asem kesukaanku.

Pagi tadi sekitar 15 menit yang lalu. "Melati. Tolong belikan ibu garam halus. Di warung mpok Darmi yg ada diujung jalan" ibu memberikan uang kepada ku sambil merogoh saku depan dari celemek yang sudah nampak kusam dan tua itu. "iya bu" jawab ku singkat dengan senyuman diwajah.

Tiba-tiba teringat akan ibu, aku langsung berlari secepat kilat sebab ibu pasti sudah menunggu lama garam yang ia pesan tadi. Begitulah aku menikmati gerimis sampai tidak mengenal yang namanya waktu yang telah berlalu tiada kata berhenti. Sesampai di rumah ibu sedikit marah padaku. Namun karena melihatku basah kuyup, ibu langsung berhenti marah dan segera mengambil handuk untuk ku. Ibu tidak bertanya dan memarahi mengapa aku bisa sampai basah kuyup begini. Kebetulan saat pergi aku tidak membawa payung favoritku yang berwarna kuning cerah. Mungkin itu juga yang membuat ibu tidak memarahi ku.

Apalagi ibu tahu kalau aku sangat menyukai hujan terutama saat gerimis mulai muncul. Selain itu aku dapat membantu ibu dengan menerima jasa ojek payung.

Tersenyum geli, saat tingkah ku yang lucu waktu itu, di masa lalu yang penuh dengan tawa ditemani oleh gerimis nan indah. Masa lalu yang menyenangkan dan penuh makna akan abadi selama gerimis itu ada. Karena memori itu akan terputar kembali secara otomatis tanpa ada komando sebelumnya. Hikmah itu semua dapat meringankan beban orang tua di usia belia, dengan cara yang menyenangkan menurutku itu adalah hal yang luar biasa.

Sekarang gerimis dan anak-anak ojek payung diluar sana mengundang masa lalu datang menghampiri hanya untuk sekedar menyapa. Aku tersenyum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun