Mohon tunggu...
Sri Maryani
Sri Maryani Mohon Tunggu... Guru - Menulis, refleksi diri

Kepala Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tantangan Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0

5 Februari 2020   22:16 Diperbarui: 5 Februari 2020   22:27 2843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa yang dimaksud dengan era revolusi industri 4.0? Revolusi industri merupakan fenomena yang mengolaborasikan teknologi siber dengan teknologi otomatisasi. Konsep penerapannya berpusat pada konsep otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia dalam proses pengaplikasiannya.  Hal tersebut dilakukan dengan tujuan efisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya.

Revolusi industri sangat berpengaruh terhadap  kehidupan manusia. Di mana teknologi dan informasi menjadi basis. Segala hal tanpa batas (borderless) dengan penggunaan daya komputerisasi dan data yang tidak terbatas (unlimited) karena dipengaruhi oleh perkembangan internet dan teknologi digital sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dengan mesin.

Seperti dikatakan oleh Straubhaar & LaRose (2000:14-15) dalam Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia Vol. 6 Nomor 1 Edisi Oktober 2018, bahwa era internet adalah era masyarakat informasi di mana individu lebih banyak menghabiskan waktu di belakang komputer dan mengubah bentuk media menjadi bentuk tertulis (computer-readable).

Di era sekarang ini perkembangan teknologi dan informasi semakin canggih sehingga setiap individu dituntut selalu meningkatkan kompetensi. Setiap individu harus mampu menjadi manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu mengembangkan potensinya dan siap dengan segala perubahan yang terjadi di dunia ini, termasuk perubahan menuju era revolusi industri 4.0.

Era revolusi industri 4.0 membuka kesempatan bagi sumber daya manusia untuk memiliki keahlian dalam bidang teknologi. Manusia harus memiliki talent dan juga skill yang cukup untuk mengimbangi pesatnya kemajuan teknologi informasi. Talent inilah yang merupakan faktor penentu keberhasilan implementasi revolusi industri 4.0.

Implementasi revolusi industri 4.0 bisa terjadi pada seluruh bidang, termasuk pendidikan. Pendidikan di era revolusi industri 4.0 dinamakan Pendidikan 4.0. Ciri Pendidikan 4.0 adalah pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan sistem siber (cyber sistem) dan mampu membuat proses pembelajaran berlangsung secara kontinu tanpa batas ruang dan waktu.  

Pendidikan 4.0 adalah program untuk mendukung terwujudnya pendidikan cerdas melalui peningkatan dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses, dan relevansi memanfaatkan teknologi dalam mewujudkan pendidikan kelas dunia untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki paling tidak empat keterampilan abad 21, yaitu  berpikit kritis (Cricical Thinking), kolaborasi (collaboration), komunikasi (communication), dan kreativitas (creativity).

Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 21 akan memberikan konsekuensi pada besarnya tantangan di dunia pendidikan yang berbeda dari yang pernah dihadapi sebelumnya. Bahkan, menurut Bayu Endro Winarko, MBA (dalam Tribunnews.com: Kamis, 24 Oktober 2019), tantangan mewujudkan Pendidikan 4.0 adalah target pekerjaan Bapak Nadiem Makarim, selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Bayu juga menjelaskan bahwa digital tidaklah sekedar teknologi tapi menyangkut habit atau budaya. Pesatnya teknologi apabila tidak diarahkan dan digunakan dengan tepat, akan menjadi sia-sia.

Penggabungan teknologi dalam metode pembelajaran akan mendorong budaya generasi muda dalam belajar adalah terobosan bagi Indonesia yang saat ini berada di puncak bonus demografi. Selanjutnya habit dan habitat diyakini akan tercipta dalam bidang pendidikan akan menyokong keberhasilan proses pembelajaran.

Dengan ketersediaan infrastruktur jaringan internet cepat pasca diresmikannya "tol langit" satelit palapa ring, maka makin diyakini pula minat generasi muda untuk menekuni bisnis digital pasti akan melonjak tajam.

Frans Meroga (Tribunnews.com: Kamis, 24 Oktober 2019), yang juga Wakil Ketua Umum Generasi Optimis (GO) Indonesia mengatakan bahwa tantangan prospek ekonomi digital di Asia Tenggara 2025 yang diyakini mampu menembus angka $ 150 Miliar hanya dapat dihadapi dengan membudayakan digital sejak dini. Dengan demikian penyesuaian kurikulum di semua tingkatan sekolah dipastikan akan merangsang generasi muda mahir digital sejak dini. 

Program e-learning saat ini juga menjadi perbincangan hangat di dunia pendidikan, seiring bertambah canggihnya teknologi memengaruhi metode pembelajaran yang akan semakin canggih pula. Di mana model pembelajaran tatap muka yang berubah menjadi daring (online) semakin diminati karena lebih praktis, efisien, dan tidak terbatas ruang waktu. E-learning lebih memberikan kesempatan bagi pembelajar secara mandiri memegang kendali atas keberhasilan belajar. 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya harus siap dengan perubahan-perubahan tersebut. Sekolah harus mampu menerapkan unsur-unsur teknologi informasi dalam pelaksanaan pendidikannya, baik dalam pembelajaran maupun dalam manajemen di sekolahnya. 

Guru sebagai pelaksana pendidikan di kelas pun harus memahami bahwa peserta didik yang dihadapi saat ini adalah kids zaman now yang setiap hari tidak lepas dari teknologi digital.  Mereka sudah akrab sekali dengan internet. Tentu saja cara mendidik anak sekarang sangat berbeda dengan generasi sebelum ada internet. Proses pembelajaran menyangkut model, strategi, pendekatan, metode, teknik, dan juga media pembelajaran pun sudah seharusnya memanfaatkan peran internet dan teknologi digital.

Salah satu solusi pembelajaran pada Pendidikan 4.0 adalah Blended Learning. Menurut para ahli,  Blended Learning merupakan kombinasi antara model pembelajaran berbasis online dengan model pembelajaran melalui tatap muka di kelas. Model pembelajaran tatap muka ini biasa disebut face-to-face, sedangkan model pembelajaran online disebut e-learning yang masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan. Namun, yang dipadukan dalam Blended Learning adalah keunggulan dari kedua model pembelajaran tersebut. Blended Learning tetap mengutamakan interaksi dan komunikasi guru dengan siswa maupun siswa dengan guru.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi dan informasi yang begitu cepat pada era revolusi industri 4.0 ini merupakan tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan.  Pendidik atau guru harus siap melakukan revolusi diri untuk mewujudkan pendidikan 4.0. Di mana guru harus memiliki kemampuan di bidang teknologi dan informasi serta memanfaatkannya dalam proses pembelajaran. 

Sedangkan sekolah sebagai lembaga pendidikan sudah seharusnya menyediakan fasilitas dan memotivasi seluruh stakeholders sekolah agar dapat memanfaatkan teknologi digital baik dalam manajemen pendidikan maupun porses pembelajaran di kelas.      

Daftar Pustaka

Rohida, Leni. 2018-10-1. Pengaruh Era Revolusi Industri 4.0 terhadap Kompetensi Sumber Daya Manusia. Jurnal Manajemen dan Bisnis Indonesia: Vol. 6 Nomor 1. https://fmi.or.id/jmbi/index.php?journal=jurnal&page=article&op=view&path%5B%5D=187. 20 Januari 2010

Ismanto, FX. tribunnews.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun