Dari sisi etika sosial, tindakan ini juga mengganggu ketertiban jamaah dan menambah beban petugas di tanah suci. Banyak yang akhirnya tidak terlayani secara medis, kehilangan akomodasi, atau bahkan mengalami musibah karena tidak terdaftar dalam sistem haji resmi. Ini membuktikan bahwa perbuatan yang mungkin tampak sepele di awal bisa menimbulkan dampak negatif kolektif.
Akal yang jernih dan hidayah yang terjaga akan memandang bahwa ibadah tidak hanya soal "sampai tujuan", tetapi juga "bagaimana cara sampai ke sana". Islam tidak hanya menekankan hasil (maqasid), tetapi juga prosedur (manhaj) dan niat (niyyah).
Penutup: Keseimbangan antara Usaha dan Tunduk pada Ketentuan
Fenomena penggunaan visa ziarah untuk berhaji adalah ujian nyata tentang bagaimana manusia memanfaatkan akal dan menerima atau menolak hidayah. Akal semestinya digunakan untuk memahami sistem, mempersiapkan keberangkatan secara sah, dan mendoakan jalan terbaik. Hidayah diperlukan agar tetap sabar, taat, dan menghindari jalan pintas yang menodai kemurnian ibadah.
Kesalehan sejati bukan hanya dinilai dari berhasilnya seseorang melakukan ritual, tetapi dari kesetiaan pada nilai-nilai kejujuran, kepatuhan, dan kesabaran yang membingkai setiap langkahnya. Dalam hal ini, hanya mereka yang menyinergikan akal dan hidayah yang benar-benar mendapat ridha Allah dalam perjalanan menuju-Nya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI